• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 19 April 2024

Opini

Menyoal Merawat Jagat Membangun Peradaban

Menyoal Merawat Jagat Membangun Peradaban
Foto: Ilustrasi (istimewa)
Foto: Ilustrasi (istimewa)

I​​​​​​nni jailun fil ardli khalifah (sesungguhnya aku menjadikan pengganti di muka bumi). Persisnya Syekh Jalaluddin Al-Mahali memberi menafsirkan khalifah bukan pengganti tetapi lebih tepatnya merawat, sebab Gusti Allah tidak membuntuhkan peran pengganti untuk mengatur dunia atau bumi, posisi manusia hanya merawat dan melestarikannya.


Tema besar menyongsong satu abad Nahdlatul Ulama (NU) atau tepat pada peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-96 versi masehi yang jatuh pada tanggal 31 Januari 2022 atau versi hijriah Harlah ke-99 pada 16 Rajab 1443 adalah 'Merawat Jagat Membangun Peradaban' sebuah brand besar yang akan disandang dan diwujudkan bersama bukan saja slogan. Betapa bumi tempat berpijak, langit sebagai atapnya sepenggal harapan untuk kelestarian jagat tidak cepat rusak oleh waktu prilaku manusia agar setidaknya terhindar dari percepatan dari kehancuran yang disebut global warming.


Faktor dan Dampak


Dampak dari global warming, atau terjadinya pemanasan global yang disebabkan oleh 2 faktor, yakni:

  1. Faktor yang bersifat alamiah, yaitu terjadi karena proses alam itu sendiri untuk menghangatkan badan dan pertumbuhan makhluk hidup.
  2. Faktor perilaku manusia, faktor inilah yang menimbulkan kerusakan alam sehingga merugikan umat manusia. 


Adapun sebab-sebab yang ditimbulkan karena manusia antara lain; terjadinya emisi gas karbon, efek rumah kaca, berkurangnya konvetter gas carbon, peternakan, dan penebangan pohon (penggundulan hutan) secara semana-mena dan masif, akibatnya terjadilah apa yang disebut pemanasan global. 


Dampak yang ditimbulkan akibat pemanasan global tidak saja berpengaruh terhadap berkurangnya curah hujan, melainkan juga terjadinya perubahan iklim, terjadinya peningkatan permukaan air laut, suhu semakin panas dari tahun ke tahun, terjadinya gangguan ekologis, serta terjadinya perubahan sosial yang tidak menentu, sering terjadi angin puting beliung, banjir, dan polusi udara semakin tebal. Dengan demikian akan terjadi gangguan kesehatan pada manusia.


Membangun Peradaban


Penulis tidak setuju dengan istilah membangun peradaban, tetapi lebih elegan dengan mengistilahkan menyempurnakan peradaban. Mengaca dari dawuh Kanjeng Nabi 'Inama buistu liutammima makarimil akhlaq' (saya di utus untuk menyempurnakan peradaban). Karena peradaban telah terlaksana dengan sedemikian rupa, Nahdlatul Ulama (NU) mengingatkan untuk lebih sempurna dalam beradaban. Menyikapi era transformasi global, dengan berbagai macam tantangan yang ada untuk merawat alam melestarikan kelangsungan hayati.


Merawat jagat/ atau bumi ada korelasinya dengan beradab untuk kelangsungan hayati. Perubahan prilaku dalam menyikapi era transformasi dengan sangat berlebih-lebihan tanpa mengindahkan lingkungan ada sebuah perilaku yang fatal dan sangat berdampak pada konflik sosio kultural. Oleh karenanya, merawat jagat yang berarti menumbuhkan perilaku yang beradab, maka perlunya kembali mencontoh pola kehidupan salufus shalih dalam berprilaku.


Beberapa faktor yang mengakibatkan kerusakan jagat peradaban, karana hilangnya sifat zuhud memperlakukan dunia sebagai tujuan akhir, maka perilaku komsumerisme yang mengakibatkan penyakit hidonisme. Kehilangan sifat kezuhudan inilah yang akan merusak semua sendi-sendi kehidupan baik sosial (rakus) untuk kelestarian jagat manusia akan menghalalkan cara untuk mendapatkan (pembalakan liar merusak ekologi). Sebagai solusinya adalah berprilaku bersahaja terhadap alam semesta dan memantapkan sifat zuhud.

 

Penutup


Dhaharol fasyadu fil barri wal bahri bima kasabat aidinnas (kentaranya kerusakan di daratan dan lautan karena ulah atau prilaku manusia). Merawat jagat adalah kewajiban manusia yang telah sanggup menjadi khalifah fil ardli, untuk tidak saling berebut hanya karena perbedaan pendapatan. Sebab sejatinya semua sama di hadapan Gusti Allah kecuali orang yang paling takut terhadap-Nya. 


Semua berkewajiban merawat, yang jadi rakyat atau warga mentaati peraturan dan perintah, yang menjadi pemimpin memberi teladan untuk dapat ditiru warganya, bukan sekadar jargon yang didengungkan tetapi berusaha mengimplentasikan pada prilaku kehidupan keseharian. Terjadi berebut saling sikut menurut penulis semua didasari atas prilaku rakus terhadap kekuasaan atau indahnya dunia semata. Wallahu A'lam Bis Shawab



H Munib Abd Muchith, alumni Pesantren Lirboyo 1992, alumni Pesantren Al-Itqon Bugen Kota Semarang, Wakil Katib PWNU Jateng 
 


Opini Terbaru