• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Kamis, 25 April 2024

Opini

MUKTAMAR KE-34 NU

Catatan Muktamar Ke-34 NU di Lampung

Catatan Muktamar Ke-34 NU di Lampung
Foto: Ilustrasi
Foto: Ilustrasi

Judul tulisan di atas merupakan keniscayaan dari tema yang diusung NU dalam perhelatan terbesar yaitu Muktamar ke-34 NU di Lampung pada tanggal 22-23 desember 2021. Tema 'Menuju Satu Abad NU, Membangun Kemandirian Warga Untuk Perdamaian Dunia' berimplikasi kepada NU baik sebagai jamiyah (organisasi) maupun jamaah (kultural) mampu tampil tidak hanya sebagai organisasi yang pasif dan defensif melainkan benar-benar sebagai organisasi yang aktif dan ofensif. Artinya NU tidak cukup berperan sebagai obyek (terpengaruh) namun harus menjadi subyek (mempengaruhi), NU juga tidak boleh bangga menjadi sebuah sejarah tetapi harus mampu membuat sejarah bagi bangsa dan negara, NU juga tidak tepat kalau hanya dikaji dan ditulis.  yang seharusnya dilakukan NU adalah mengkaji dan melahirkan suatu karya besar, NU sangat rugi kalau hanya diberi, melainkan NU harus bisa memberikan solusi atas problem umat manusia baik dalam skala lokal, nasional, dan global. 


Terpilihnya KH Miftahul Akhyar sebagai Rais Aam dan KH Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya sebagai Ketua Umum PBNU periode 2021-2026 pasti memiliki prioritas program kerja yang mendukung kesuksesan pencapaian tema yang diusung dalam muktamar ke-34 NU di Lampung.


Jangan Jadi Mitos


Kebesaran tokoh-tokoh NU di masa lalu jangan hanya menjadi mitos atau sejarah yang selalu dikenang atau diceritakan kepada kader dan anak cucu warga NU (Nahdliyin). Keberhasilan NU dan para tokohnya di masa lalu selalu dibangga-banggakan sehingga justru menina bobokan warga NU. Di era sekarang yang biasa disebut generasi 4.0 NU tidak cukup hanya menjadi mitos tetapi harus benar-benar membuat atau menciptakan mitos mitos baru dalam beragama, berbangsa dan bernegara. 


Kehebatan dan keteguhan KH Hasyim Asy'ari dalam berpartisipasi mempertahankan tanah air dari serangan penjajah dengan mengeluarkan fatwa Jihad yang dikenal dengan 'Resolusi Jihad' 22 Oktober 1945 tidak cukup hanya dikenang dan diceritakan. NU harus mampu membuat mitos baru sejenis resolusi jihad di zaman sekarang. Karena era sekarang justru problem bangsa Indonesia sangat kompleks yang memerlukan kehadiran tokoh NU sekelas KH Hasyim Asy'ari untuk memberikan solusi atas berbagai problem bangsa. Artinya bagaimana NU mampu membuat resolusi jihad gaya baru yang lebih relevan dengan dinamika masyarakat kekinian. 


Kearifan seorang ulama sekaligus tokoh NU KH Wahid Hasyim dalam ikut merumuskan Pancasila dan menjaga keutuhan Indonesia yang buktikan dengan penghasilan tujuh kata dalam piagam Jakarta tidak cukup hanya dijadikan dokumen sejarah dan ilmiah, melainkan harus dijadikan semangat baru untuk melahirkan KH Wahid Hasyim baru di era sekarang sehingga NU lebih disegani semua elemen bangsa di tingkat lokal, nasional, maupun global (dunia).


Kebesaran jiwa nasionalisme yang dimiliki KH Achmad Siddiq dan KH Abdurrahman Wahid dalam menerima asas tunggal Pancasila bukti nyata kalau ulama dan tokoh NU memiliki komitmen kuat menjaga Pancasila dan NKRI. Semangat dua ulama kharismatik ini tidak cukup hanya dibanggakan oleh kader NU tetapi bagaimana NU bisa melahirkan KH Achmad Siddiq dan KH Abdurrahman Wahid muda yang lebih kontekstual dengan tuntutan zaman sekarang.


Era sekarang dinamika, tuntutan, problem kemanusiaan, keagamaan, dan kebangsaan makin kompleks baik di tingkat lokal, nasional maupun global. Hal ini membawa konsekuensi bagi NU untuk memperkuat jatidirinya baik sebagai jamiyah maupun jamaah untuk lebih giat berkiprah agar NU bisa diakui tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia. Artinya NU akan bisa berperan membangun peradaban dunia jika NU lebih aktif, kreatif, dan inovatif dalam menunjukkan karya nyatanya. Sehingga NU tidak hanya ditulis oleh orang lain tetapi justru NU yang menulis untuk Indonesia dan dunia. 


Di bawah nahkoda duet KH Miftahul Akhyar dan Gus Yahya NU diharapkan bisa menjadi organisasi sosial keagamaan yang tidak hanya sebagai dijadikan obyek tetapi benar-benar sebagai subyek dan selalu tampil terdepan dalam membangun bangsa dan negara dengan tetap memperhatikan nilai nilai ahlussunnah wal jamaah (Aswaja) an-nahdhiyah. Semoga pasca-muktamar ke-34 di Lampung NU benar-benar bisa menulis dan membuat sejarah tidak sekadar ormas yang ditulis dan menjadi sejarah. Wallahu a'lam bis shawab



M Saekan Muchith, Dosen UIN Walisongo Semarang dan Sekretaris Majelis Alumni IPNU Jateng


Opini Terbaru