Mbah Maimoen Zubair Dianugerahi Penghargaan Adiluhung, Gus Yasin: Beliau Teladan Persatuan Bangsa
Jumat, 25 Juli 2025 | 19:30 WIB
Semarang, NU Online Jateng
Mendiang KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen, ulama kharismatik asal Rembang, dianugerahi Penghargaan Adiluhung Jawa Tengah dalam ajang Detik Awards 2025 yang digelar di Gradhika Bhakti Praja, Semarang. Rabu (23/7/2025).
Penghargaan tersebut diberikan atas dedikasi dan keteladanan Mbah Moen sebagai ulama dan tokoh bangsa, khususnya dalam membangun peradaban berbasis ilmu, kemanusiaan, dan semangat persatuan. Penghargaan diterima langsung oleh putranya, Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin), yang kini menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa Tengah.
Gus Yasin menegaskan bahwa penghargaan ini tepat momentum, karena sejalan dengan cita-cita luhur Mbah Moen.
“Cita-cita beliau adalah agar pemimpin bangsa tidak saling menggantikan, melainkan saling melanjutkan untuk menjaga keutuhan negara,” ujarnya dalam keterangannya. Jumat (25/7/2025).
Dikenal sebagai tokoh nasionalis-religius, Mbah Moen semasa mudanya juga sempat mengabdi sebagai Tentara Rakyat saat masa perjuangan kemerdekaan.
“Beliau pernah menjadi prajurit yang ditugaskan di Koramil Sarang, Rembang. Namun, kemudian memilih pensiun dini untuk mengabdi melalui jalur pendidikan dan pesantren,” terang Gus Yasin.
Dari situlah, Mbah Moen mendirikan Pondok Pesantren Al Anwar di Sarang, Rembang. Sosoknya kemudian dikenal sebagai kiai sepuh yang konsisten menyuarakan pentingnya persatuan dan politik jalan tengah.
“Beliau memberi teladan agar tidak menyalahkan pemimpin sebelumnya, tetapi meneruskan amanah dengan sebaik-baiknya,” tambahnya.
Gus Yasin mengungkapkan, ayahandanya itu pernah meminta dirinya terjun ke dunia politik untuk melanjutkan perjuangan dalam menjaga keutuhan NKRI.
“Mbah Moen selalu mengedepankan musyawarah dan titik temu dalam menyikapi perbedaan. Beliau mengkritik tanpa menyinggung, bahkan memberi solusi,” kenangnya.
Pemimpin Redaksi Detik.com, Alfito Deannova, menyampaikan bahwa Mbah Moen adalah tokoh pemersatu yang pandangannya tetap relevan hingga kini.
“Beliau kerap menjadi penengah di tengah gesekan sosial maupun konflik elit politik. Pemikirannya tentang lita’arafu dan kalimat sawa’ menjadi warisan penting bagi bangsa,” katanya.
KH Maimoen Zubair lahir di Sarang, Rembang pada 28 Oktober 1928. Ia merupakan putra dari pasangan KH Zubair Dahlan dan Nyai Mahmudah. Selain dikenal sebagai pendiri Pesantren Al Anwar, Mbah Moen juga pernah menjabat sebagai anggota MPR RI dan menjadi tokoh penting di Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Terpopuler
1
Bentrok FPI dengan PWI-LS, Ini Tanggapan Rais Syuriyah PCNU Pemalang
2
Peringati Harlah ke-79, Muslimat NU Purworejo Launching Tiga Program Mustika sebagai Ikhtiar Dakwah dan Pemberdayaan
3
Khutbah Jumat: Sikap Orang Tua terhadap Guru Anak demi Kesuksesan dan Keberkahan
4
LP Ma’arif NU Magelang Gelar Rakerdima 2025: Kobarkan Semangat Digitalisasi Menuju Generasi Emas Berakhlak Mulia
5
Tolak Lima Hari Sekolah, IPNU-IPPNU Purworejo: Pendidikan Agama dan Budaya Tak Boleh Tersingkir
6
Lailatul Ijtima' PWNU Jateng: Jalankan Enam Visi Misi NU dengan Tulus, Raih Barokah Dunia Akhirat
Terkini
Lihat Semua