SMK NU Gebang Purworejo Deklarasikan Sekolah Ramah dan Bebas Kekerasan
Ahad, 27 Juli 2025 | 10:00 WIB
Achmad Rohadi
Kontributor
Purworejo, NU Online Jateng
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Nahdlatul Ulama (NU) Gebang, Kabupaten Purworejo, mendeklarasikan diri sebagai Sekolah Ramah dan Bebas Kekerasan. Deklarasi ini digelar pada Jumat (27/7/2025) dan diikuti oleh seluruh elemen sekolah mulai dari kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, hingga para siswa dari semua tingkat kelas.
Kegiatan tersebut merupakan bentuk komitmen nyata sekolah dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan terbebas dari segala bentuk kekerasan serta perundungan (bullying).
Seluruh warga sekolah menandatangani lembar deklarasi sebagai simbol penolakan terhadap praktik kekerasan dalam bentuk apapun.
Kepala SMK NU Gebang, Wasiman, menegaskan pentingnya menjaga lingkungan sekolah sebagai zona aman bagi pertumbuhan karakter siswa.
"Bullying bukan sekadar tindakan iseng, tetapi bisa menghancurkan rasa percaya diri dan menghambat potensi siswa. Sekolah ini harus menjadi tempat yang mendukung semua siswa berkembang tanpa rasa takut,” ujarnya.
Selain penandatanganan, kegiatan juga diisi dengan penyuluhan dan edukasi mengenai jenis-jenis perundungan, dampaknya bagi korban, serta strategi pencegahan.
Materi disampaikan oleh para narasumber dari unsur kepolisian, konselor sekolah, dan tokoh pendidikan lokal, yang menyampaikan pesan-pesan tentang pentingnya empati, komunikasi sehat, dan keterlibatan aktif dalam mencegah kekerasan di lingkungan pendidikan.
Sekretaris LP Ma’arif NU Kabupaten Purworejo, Muhammad Mafatihudin, yang turut hadir dalam acara ini menyatakan apresiasi atas langkah progresif SMK NU Gebang.
Ia menyebut deklarasi ini selaras dengan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah yang menjadi pijakan pendidikan di bawah LP Ma’arif NU.
"Tantangan pendidikan saat ini tidak hanya soal capaian akademik, tapi juga bagaimana membentuk lingkungan sosial yang sehat secara psikologis. Apa yang dilakukan SMK NU Gebang ini harus menjadi contoh,” tegasnya.
Ia juga mendorong agar kegiatan ini tidak berhenti pada deklarasi semata, tetapi dilanjutkan dengan pembiasaan karakter, pendampingan psikososial, dan pelibatan aktif orang tua serta masyarakat dalam menjaga iklim sekolah yang sehat.
Deklarasi ini diharapkan menjadi tonggak awal dalam membangun budaya sekolah yang inklusif, adil, dan bebas diskriminasi. Pihak sekolah menyatakan komitmennya untuk terus melanjutkan agenda ini melalui program pembinaan, konseling, dan penguatan karakter yang berkelanjutan.
Terpopuler
1
Bentrok FPI dengan PWI-LS, Ini Tanggapan Rais Syuriyah PCNU Pemalang
2
Khutbah Jumat: Sikap Orang Tua terhadap Guru Anak demi Kesuksesan dan Keberkahan
3
Tolak Lima Hari Sekolah, IPNU-IPPNU Purworejo: Pendidikan Agama dan Budaya Tak Boleh Tersingkir
4
Sejumlah Tokoh PBNU dan PWNU Dinobatkan sebagai Tokoh Pamomong Jawa Tengah 2025
5
Khutbah Jumat: Membina Persaudaraan dan Kerukunan Umat Beragama
6
Mbah Maimoen Zubair Dianugerahi Penghargaan Adiluhung, Gus Yasin: Beliau Teladan Persatuan Bangsa
Terkini
Lihat Semua