• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Kamis, 2 Mei 2024

Opini

Menyambungkan Sanad Kepada Rasulullah Lewat Al-Qur'an

Menyambungkan Sanad Kepada Rasulullah Lewat Al-Qur'an
Foto: Ilustrasi
Foto: Ilustrasi

Islam adalah jalan hidup para nabi dan para utusan-Nya serta para  pengikutnya. Jarak waktu antara nabi dan rasulullah adalah masa yang tidak pendek, yang sebelum masa Nabi Muhammad SSAW disebut sebagai zaman fatrah. Karena jarak waktu yang jauh, maka menjaga kemurnian ajaran nabi dan utusan-Nya sebelum Nabi Muhammad SAW bukan pekerjaan yang mudah, karena banyaknya penyimpangan yang terjadi pada zaman fatrah tersebut.

 

Umat Rasulullah Muhammad SAW diwajibkan meyakini empat kitab suci. Yakni kitab Taurat yang diwahyukan Nabi Musa AS, Zabur yang diwahyukan kepada Nabi Dawud AS, Injil yang diwahyukan kepada Nabi Isa AS, dan Al-Qur'an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Untuk menemukan tiga kitab sebelum kitab suci Al-Qur'an juga bukan perkara mudah.

 

Sebagai wahyu terakhir yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, Al-Qur'an melengkapi kitab-kitab suci sebelumnya, sehingga Al-Qur'an merupakan mukjizat terbesar yang diterima oleh Rasulullah untuk disampaikan kepada umat manusia. Al-Qur'an bukan semata-mata berfungsi sebagai petunjuk, melainkan juga obat,  rahmat, dan hujjah bagi orang-orang mukmin. 

 

Allah Taala menurunkan dan menjaga Al-Qur'an, sehingga banyak orang mukmin yang dapat menghafalkan secara fasih, memahami maknanya serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Orang-orang yang tidak percaya dengan Al-Qur'an dipersilahkan membuat redaksi yang semisal dengan Al-Qur'an, namun mereka tidak mampu menandingi keindahan bahasanya, tidak mampu menandingi kedalaman maknanya, tidak mampu menangkap hal-hal yang gaib, dan masa depan setelah kehidupan di dunia ini.

 

Setelah ayat-ayat Al-Qur'an diterima Rasulullah secara bertahap, Rasulullah menyampaikan kepada umat manusia waktu itu juga secara bertahap sesuai dengan pengalaman hidupnya. Al-Qur'an juga dipraktikkan oleh Rasulullah, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya. Karena itu Al-Qur'an tidak hanya dihafal, namun juga difahami, diyakini, dan dilaksanakan.

 

Karena itu mempelajari Al-Qur'an terdapat sanadnya, tata cara membacanya, pemahaman makna kandungannya atau tafsirnya, dan amaliyahnya. Hal ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, sehingga sunah Rasulullah yang terdiri dari qauliyah (perkataan), fi'liyah (tindakan), taqririyah ,dan hammiyah (cita-cita) juga merupakan satu kesatuan yang utuh, dan tidak dapat dipisahkan.

 

Sayyidah Aisyah RA ditanya tentang akhlak Rasulullah, ia menjawab bahwa akhlak Rasulullah adalah Al-Qur'an. Allah Ta'ala memuji kepada akhlak Baginda Nabi Muhammad sebagai akhlak yang agung. Nabi Muhammad juga mengatakan bahwa sesungguhnya ia diutus oleh Allah Ta'ala kecuali untuk menyempurnakan akhlak manusia. Karena itu sanad Al-Qur'an bukan semata-mata tentang tata cara bacaannya, keindahan suaranya, melainkan juga amaliyahnya yang mencerminkan akhlak yang terpuji.

 

Bagi orang yang bacaan atau hafalan Al-Qur'an-nya bagus, diharapkan juga dapat memperindah tutur kata dan tindakannya menjadi lebih baik, yang mencerminkan nilai-nilai Al-Qur'an. Jika belum sampai terwujud dalam keindahan tutur kata dan tindakannya, maka barangkali keimanannya baru sampai di tenggorokannya, belum sampai ke 'hati'nya.

 

Karena itu Ibnu Sirin meriwayatkan Sabda Nabi SAW, "ilmu adalah bagian dari agama, maka teliti dan perhatikanlah dari mana engkau mengambil ilmu agamamu". Dengan kebenaran Nabi Muhammad, para sahabat, dan keluarganya. Semoga Allah Ta'ala memberikan hidayah, taufiq, dan inayah-Nya kepada kita bersama, anak cucu dan saudara kita, sehingga indah bacaan Al-Qur'an-nya serta halus budi pekertinya, aamiin. Wallahu a'lam Bisshawab

 

H Mohamad Muzamil, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah


Opini Terbaru