• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 3 Mei 2024

Opini

Keutamaan Merayakan Maulidurrasul

Keutamaan Merayakan Maulidurrasul
Foto: Ilustrasi (nu online)
Foto: Ilustrasi (nu online)

Bulan ini adalah bulan Oktober 2021 bertepatan pula dengan bulan Rabiul Awwal 1443 M (Mulud) jika dihitung dengan kalender Qamariyah. Di bulan ini pula dalam Islam selalu diperingati sebagai hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, yaitu tiap tanggal 12 Rabiul Awwal. Biasanya hal yang sering dilakukan oleh umat Islam di berbagai daerah adalah membaca al-Barzanji, Ad-dibai, Burdah setiap malam,mulai dari tanggal 1-12 Rabiul Awwal. Namun ada juga yang melakukannya hingga akhir bulan.

 

Ulama Asy-Syekh Al-Hafidz As-Suyuthi menerangkan bahwa ‎mengadakan peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan cara mengumpulkan banyak ‎orang dan dibacakan ayat-ayat al-Qur'an dan diterangkan (diuraikan) sejarah kehidupan dan ‎perjuangan Nabi sejak kelahiran hingga wafatnya dan diadakan pula sedekah berupa ‎makanan dan hidangan lainnya dengan cara yang tidak berlebihan adalah merupakan ‎perbuatan bid’ah hasanah. Perbuatan ini akan mendapatkan pahala bagi orang yang mengadakannya ‎dan yang menghadirinya, sebab merupakan wujud kegembiraan, dan kecintaan (mahabbah) ‎kapada Rasullullah SAW.‎

 

Seperti yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW :‎

 

مَنْ أَحَبَّنِى كَانَ مَعِيْ فِي الْجَنـَّةِ

 

‎“Barang siapa yang senang, gembira, dan cinta kepada saya maka akan berkumpul bersama ‎dengan saya masuk surga”.‎

 

Dalam kitab 'Anwarul Muhammadiyah' karangan Syekh Yusuf Bin Ismail An-Nabhani ‎diterangkan bahwa pada saat hari kelahiran Nabi Muhammad SAW seorang wanita budak ‎belian dari Abu Lahab (tokoh kafir jahiliyah) yang bernama Tsuwaibah menyampaikan kabar ‎gembira tentang kelahiran Nabi Muhammad SAW kepada Abu Lahab. Karena senangnya Abu ‎Lahab mendapat berita itu, spontan budak wanitanya yang bernama Tsuwaibah itu ‎dibebaskan dan dihadiahkan kepada Siti Aminah Ibunda Muhammad Saw untuk menyusui ‎bayinya tersebut.‎

 

Ketika Abu Lahab telah meninggal dunia seorang sahabat Nabi ada yang bertemu dalam ‎mimpinya dan menanyakan tentang nasibnya di akhirat.‎

 

Abu Lahab menjawab, Saya disiksa selama-lamanya karena kekafiran saya tetapi pada tiap-‎tiap hari Senin saya diberi keringanan dari siksaan bahkan aku bisa mencium dua jari tanganku ‎dan bisa keluar airnya untuk saya minum.‎ Dan ketika ditanya, mengapa bisa demikian? Abu Lahab menjawab, Ini adalah merupakan ‎hadiah dari Allah karena kegembiraanku pada saat kelahiran Nabi Muhammad SAW.‎

 

Dalam sebuah hadits dikatakan :‎

 

مَنْ عَظَّمَ مَوْلِدِىْ كُنْتُ شَفِيْعًا لَهُ يَـوْمَ الْقِيَا مَةِ. وَمَنْ أَنْفَقَ دِرْهَمًا فِى مَوْلِدِى فَكَأَ نَّمَا اَنْفَقَ جَبَلاً مِنْ ذَ هَبٍ فِى سَبِيْلِ اللهِ

 

‎“Barangsiapa yang memuliakan (memperingati) hari kelahiranku maka aku akan memberinya ‎syafa’at pada hari kiamat. Dan barang siapa memberikan infaq satu dirham untuk ‎memperingati kelahiranku, maka akan diberi pahala seperti memberikan infaq emas sebesar ‎gunung fi sabilillah.‎

 

Sahabat Abu Bakar Ash-Shidiq berkata : ‎

 

مَنْ أَنْفَقَ دِرْ هَماً فِى مَوْ لِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ رَفِيْقِيْ فِى الْجَنَّةِ

 

‎“Barangsiapa yang memberikan infaq satu dirham untuk memperingati kelahiran Nabi SAW, ‎akan menjadi temanku masuk surga”.‎

 

Sahabat Umar Bin Khatthab berkata :‎

 

مَنْ عَظَّمَ مَوْ لِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَدْ أَحْيَا اْلإِسْلاَمَ

 

‎“Barangsiapa yang memuliakan (memperingati) kelahiran Nabi SAW, berarti telah ‎menghidupkan Islam”.‎

 

Sahabat Ali Bin Abi Thalib berkata :‎

 

مَنْ عَظَّمَ مَوْ لِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَخْرُجُ مِنَ الدُّنْياَ اِلاَّ بِاْلإِ يْمَانِ

 

‎“Barangsiapa yang memuliakan (memperingati) kelahiran Nabi SAW, apabila pergi ‎meninggalkan dunia pergi dengan membawa iman”.‎

 

Melihat besarnya pahala tersebut maka banyaklah kaum muslimn muslimat yang selalu ‎melahirkan rasa cintanya kepada Nabi dan mengagungkan hari kelahiran Nabi dengan cara-‎cara yang terpuji seperti pada tiap-tiap malam Senin atau malam Jumat mengadakan jamaah ‎membaca kitab Al-Barzanji, shalawat maulud, dan ada pula yang menyediakan tabungan ‎yang berwujud uang hasil tanaman atau sebagian gajinya untuk kepentingan memperingati ‎kelahiran Nabi SAW.‎

 

 

Perintis Peringatan Maulid Nabi

 

Peringatan Maulid Nabi sudah diadakan oleh kalangan umat Islam sejak pada kurun ketiga ‎atau tiga ratus tahun setelah hijrah Nabi,yang pada saat itu kondisi umat Islam mulai rusak ‎dalam berbagai hal.‎

 

Tokoh pemerintahan yang pertama kali menyelenggarakan peringatan Maulud Nabi adalah ‎Penguasa Irbil Raja Mudzaffar Abu said Al Kukburi bin Zainuddin Ali bin Buktikin. Beliau ‎adalah Raja yang cerdas ahli strategi di bidang pemerintahan, pemurah, alim dan adil. Saat itu ‎pemerintahannya terasa kurang stabil, rakyatnya mulai banyak meninggalkan syariat ‎agamanya, akhlaqnya mulai rusak, mulai terjadi banyak kerusuhan-kerusuhan dan ‎kemaksiatan-kemaksiatan.‎

 

Raja Mudzaffar berinisiatif menyelenggarakan peringatan Maulid nabi setiap bulan Robiul ‎Awwal secara besar-besaran, dengan mengumpulkan semua masyarakat dari tokoh-tokohnya ‎sampai rakyat kecil. Pada peringatan Maulid itu disampaikan penjelasan tentang sejarah dan ‎perjuangan, serta keteladanan Nabi Muhammad SAW sejak lahir sampai wafatnya. Seorang ‎ulama besar Syekh Al-Hafidz Ibnu Dahyah yang mengarang kitab tentang sejarah Nabi yang ‎diberi nama At-Tanwir fi Maulidil Basyir An-Nadzir diberi hadiah oleh Raja 1000 dinar.‎

 

Setelah diadakan peringatan Maulid Nabi SAW tersebut, pemerintahan kembali stabil, ‎semangat pengamalan agamanya makin baik, negaranya aman, tentram dan bertambah ‎makmur. Sesuai dengan Firman Allah SWT:‎

 

 

   وَلَوْ اَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوْا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَاكَانُوْا يَكْسِبُوْنَ ‎

 

 

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami (Allah) akan ‎melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-‎ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS: Al-A’raf :96).‎

 

 

Anjuran memperingati Maulid Nabi

 

Anjuran supaya memperingati Maulid Nabi sudah diisyaratkan oleh Allah SWT, dan oleh nabi ‎sendiri. Firman Allah surat Al-A’raf : 157 

 

 (الأعراف :١٥٧‏‎)‎   فَالَّذِيْنَ آمَنُوْا بِهِ وَعَزَّرُوْهُ وَنَصَرُوْهُ وَاتَّبَعُوا النُّوْرَ الَّذِيْ أُنْزِلَ مَعَهُ وَاُولئِكَ هُمُ اْلمُفْلِحُوْنَ

 

Maka orang-orang yang beriman kepadanya (Muhammad) memulyakannya, menolongnya dan ‎mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur’an), mereka itulah orang-‎orang yang beruntung. (QS. Al A’raf :157)‎

 

Termasuk orang-orang yang memulyakan (dalam ayat ini) adalah orang-orang yang ‎memperingati Maulid Nabi SAW, yang membaca Barzanji, Marhaban, Burdah, syair-syair dan ‎qasidah-qasidah dan pengajian-pengajian, kalau dimaksudkan untuk memuliakan Nabi, maka ‎akan mendapat pahala yang banyak dan akan beruntung.‎

 

Nabi Muhammad SAW juga sudah memberikan isyarat tentang perlunya memperingati ‎kelahiran Nabi sebagaimana hadits riwayat Muslim yang bersumber dari Abu Qotadah Al -Anshory ra:‎

 

(رواه مسلم‎)‎ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلعم سُئِلَ عَنْ صَوْمِ اْلإِثْنَيْنِ فَقَالَ فِيْهِ وُلِدْتُ وَفِيْهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ

 

‎“Sesungguhnya Rasulullah SAW ditanya seorang sahabat tentang puasa hari Senin, maka beliau ‎menjawab, sebab di hari Senin itu hari kelahiranku dan wahyu diturunkan kepadaku”. ( HR. ‎Muslim). 

 

Dari hadits ini Nabi sendiri juga memuliakan hari kelahirannya, dengan berpuasa ‎‎(amal yang baik).‎ Wallahul a'lam bisshawab

 

 

Tahmid Zamzami, Ketua Koordinator Satuan Komunitas (Sako) Ma’arif NU Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal, Kontributor NU Online Jateng


Opini Terbaru