Di Balik Kisah Ibadah Kurban Nabi Ibrahim, Teladani Keikhlasan dan Kesabaran Tanpa Batas
Rabu, 11 Juni 2025 | 11:00 WIB
Muhammad Mukromin
Kontributor
Pengasuh Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan, KH Achmad Chalwani Nawawi, menyampaikan kisah penuh makna tentang kurban dan kesabaran Nabi Ibrahim AS dalam Pengajian Rutinan Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyyah yang digelar di Masjid Zarkasyi, Ahad (8/6/2025) bertepatan dengan 12 Dzulhijjah 1446 H.
Dalam pengajiannya, Kiai Chalwani menjelaskan bahwa setiap nabi memiliki keistimewaan dan ujian masing-masing. Nabi Ibrahim as yang dikenal sebagai Khalilullah (kekasih Allah), pun tak luput dari ujian yang sangat berat, terutama dalam hal kesabaran.
“Harta benda Nabi Ibrahim sangat banyak, ia memiliki banyak hewan ternak, seperti halnya sapi, unta dan kambing. Dengan banyaknya harta tersebut, maka menjadi perbincangan para malaikat, dan pada akhirnya malaikat pun bertanya kepada Allah swt, ‘Yā Rabbi, innalahu mālan wa waladan wa imra’atan, fa kaifa yakūnu khalīlaka? Ma’a hādhihi al-syawāghil?’ (Ya Allah, mengapa Engkau memberikan julukan Khalilullah kepada Nabi Ibrahim? Dengan alasan apa? Padahal Nabi Ibrahim memiliki banyak harta, apakah dia tidak sibuk dengan hartanya?),” ungkap KH Achmad Chalwani.
Baca Juga
Kisah Juraij dan Bayi yang Berbicara
Allah swt pun menjawab bahwa harta benda tidak melalaikan Nabi Ibrahim dari ibadah dan ketaatan.
“Wa kāna li Ibrāhīma isnā ‘asyarah alfa kalbin li syay’i hifzhi al-ghanami, wa likulli kalbin tūqūn dzahabin (Nabi Ibrahim itu memiliki 12.000 anjing penjaga kambingnya, dan setiap anjing dikalungi emas. Tapi semua itu tidak membuat Nabi Ibrahim lalai dari perintah Allah),” tambah Kiai Chalwani.
Lebih lanjut, Kiai Chalwani mengisahkan cobaan lain yang dialami Nabi Ibrahim, yakni tentang keikhlasannya dalam melepaskan harta benda. Malaikat Jibril, yang menyamar sebagai manusia, menguji keikhlasan tersebut dengan meminta sebagian hartanya.
“Malaikat Jibril yang menyamar menjadi manusia kemudian menemui Nabi Ibrahim dan berkata ‘Harta ini milik siapa Ibrahim?’ Nabi Ibrahim menjawab ‘Ini semua milik Allah swt,,” terangnya.
Malaikat pun meminta sebagian hartanya, dan Nabi Ibrahim bersedia memberikannya dengan syarat berdzikir terlebih dahulu.
“Malaikat meminta satu harta dengan berkata, ‘tabarrak bi wāḥidatin minhā’, Nabi Ibrahim menjawab, ‘Udzkurullāh wa khud ṡulutsahā’, kamu boleh ambil sepertiganya setelah berdzikir. Malaikat Jibril lalu membaca, ‘Subḥun quddusun Rabbunā wa Rabbu al-malāikati wa al-rūḥ’. Permintaan itu terus berulang hingga hartanya habis,” jelas Kiai Chalwani.
Menurutnya, dzikir yang dibaca malaikat tersebut kini menjadi salah satu doa yang diyakini dapat membuka pintu rezeki.
“Dengan adanya peristiwa ini, dzikir tersebut menjadi doa agar rezeki seseorang lancar,” imbuhnya.
Lebih jauh, Kiai Chalwani juga menyinggung peristiwa agung saat Nabi Ibrahim diuji untuk menyembelih putranya, Ismail as.
“Jika Aku diberikan anak laki-laki, kemudian diperintahkan untuk diqurbankan, maka aku akan mengqurbankannya juga. Setelah beberapa tahun lahirlah Ismail. Ketika berumur 11 tahun, Allah memerintahkan melalui mimpi: ‘Aufi bi nadzrīk!’” jelasnya.
Perintah ini terjadi pada malam 8 Dzulhijjah yang dikenal sebagai tarwiyah, di mana Nabi Ibrahim masih merenung. Lalu malam 9 Dzulhijjah disebut ‘arafah, saat keyakinannya mulai tumbuh, dan pada 10 Dzulhijjah, ia mantap melaksanakan perintah Allah yang disebut sebagai yaumun naḥar (hari penyembelihan).
Godaan iblis pun mewarnai peristiwa agung tersebut.
“Penggaweane iblis kuwi gawe mamang menungso, mulo podo moco surah An-Nās,“ terang Kiaii Chalwani, menekankan pentingnya menjaga hati dari godaan setan.
Ia juga mengingatkan pentingnya orang tua untuk terus mendoakan anak-anaknya agar menjadi generasi saleh.
“Ismail, aku ngimpi ketemu Allah, perintah nyembelih siro. Nabi Ismail matur, ‘Pak monggo njenengan laksanaaken, insyā’Allāh bapak badhe pirso dateng kulo bilih kulo meniko kalebet lare ingkang sabar, nampi pepestene Gusti Allah’. Nabi Ibrahim ngendika:
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ.
Mulo penting wong tuwo ndungoake anak turunne ben sholih-sholihah,” pungkas KH Chalwani.
Terpopuler
1
Jadwal Kepulangan Jamaah Haji Asal Jateng dan DIY, Gelombang 1
2
Innalillahi, Ketua MUI Kota Surakarta KH Abdul Aziz Ahmad Wafat
3
An Nida’ Festival 2025: Santri Ukir Prestasi, Lestarikan Budaya, dan Giat Berdakwah
4
Fatayat dan Muslimat NU Kebonagung Istiqamah Selenggarakan Selapanan Ahad Legi
5
Perkuat Tata Kelola Organisasi, Fatayat NU Karanganyar Demak Gelar Rakor
6
Peringati Harlah ke-91, PC GP Ansor Kendal Tanam Ratusan Pohon dan Galakkan Konservasi Alam
Terkini
Lihat Semua