• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Minggu, 5 Mei 2024

Keislaman

Kisah Juraij dan Bayi yang Berbicara

Kisah Juraij dan Bayi yang Berbicara
ilustrasi bayi (sumber: kanal kalimantan)
ilustrasi bayi (sumber: kanal kalimantan)

Nama Juraij ini pernah disebutkan Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Hurairah RA: “Tidak seorang pun yang dapat berbicara ketika masih dalam ayunan (bayi) kecuali tiga orang, yaitu Isa bin Maryam, bayi di masa Juraij, dan bayi yang lain.

 

Tentang kisah Nabi Isa yang dapat berbicara, termaktub dalam Al-Quran. Sedangkan Kisah mengenai bayi yang dapat berbicara di masa Juraij ini, di antaranya diterangkan dalam kitab Ar-Risalah Al-Qusyairiyah.

 

Juraij sendiri merupakan seorang ahli ibadah di kalangan Bani Israil . Dia mempunyai seorang ibu . Suatu hari ibu Juraij memanggil Juraij, ketika ia tengah mengerjakan shalat.

 

"Wahai Juraij," Ibunya memanggil Juraij.

 

Mendengar ibunya memanggil, di dalam hati Juraij berkata. "Ya Tuhan, apakah saya mengerjakan shalat akan lebih baik ataukah saya harus mendatangi ibu?" gumam Juraij.

 

Akan tetapi, Juraij lebih senang meneruskan shalatnya. Ibunya memanggilnya lagi dan Juraij hanya menyahut dalam hati sebagaimana jawaban semula. Setelah itu dia kembali melanjutkan shalatnya.

 

Hal itu membuat ibunya marah, lantas dia berdoa. "Ya Allah, jangan Kau matikan Juraij sebelum Kau perlihatkan kepadanya kecantikan wanita pezina (fitnah wanita pezina)," kata sang ibu.

 

Beberapa waktu berselang, setelah peristiwa Juraij dan ibunya tadi. Saat itu di kalangan Bani Israil terdapat seorang perempuan pezina. Dia bersumpah di hadapan orang-orang Israil, bahwa dia akan memfitnah Juraij hingga bersedia menzinahi dirinya.

 

Perempuan itu akhirnya mendatangi Juraij dan merayunya, tetapi dia tidak berhasil. Bersamaan dengan itu, terdapat seorang penggembala yang tinggal di dasar tempat peribadatan (milik Juraij), di waktu tengah malam.

 

Ketika Juraij mengusirnya, perempuan pezina itu merayu agar penggembala itu menyetubuhi dirinya, sampai apa yang direncanakan berhasil dan perempuan itu hamil. Setelah dia melahirkan, orang-orang bertanya tentang anak yang ia lahirkan.

 

"Anak ini hasil persetubuhan dengan Juraij!" kata perempuan itu terus mengumbar fitnah.

 

Berita itu menyebar, meluas dan menimbulkan emosi warga. Orang-orang Israil marah. Mereka segera mendatangi Juraij dan menghancurkan tempat peribadatannya, seraya mencaci maki dengan kata-kata kotor.

 

Menghadapi segala fitnah itu. Juraij hanya terdiam. Kemudian dia beranjak mengambil wudhu lalu shalat dan berdoa. Setelah itu Juraij menepuk punggung bayi, yang dituduhkan perempuan tadi sebagai anak Juraij, seraya berkata.

 

"Hai, bayi. Siapakah ayahmu?"

 

Secara ajaib, bayi tersebut dapat menjawab pertanyaan Juraij.

 

"Ayahku adalah penggembala," kata sang bayi.

 

Orang-orang Israil terhenyak dan tekagum-kagum. Sesuatu yang luar biasa menghantam kesadaran mereka. 

 

Mereka menyesal atas apa yang telah mereka perbuat terhadap Juraij. Mereka bersimpuh di hadapan Juraij dan mohon maaf . "Tempat ibadahmu akan kembali kami bangun," 

 

Akan tetapi Juraij menolak. Dia lebih senang membangunnya sendiri sebagaimana semula.

 

Hikmah yang bisa diambil dari kisah Juraij dan bayi yang dapat berbicara ini, pertama hendaknya kita harus selalu patuh dengan orang tua, khususnya Ibu. Di sisi lain, hendaknya orang tua, khususnya ibu, supaya tidak mudah melontarkan kalimat yang tidak baik untuk anaknya. Karena di setiap doa dan ucapannya, akan dikabulkan oleh Allah SWT.

 

Pelajaran lain yang dapat kita petik dari peristiwa ini, hendaknya setiap permasalahan apapun yang kita hadapi maka jangan meninggalkan Allah SWT. Sebesar dan sesulit apapun masalah yang kita hadapi, jika kita bersama dengan Allah maka masalah tersebut akan ditolong Allah dan berakhir dengan kebahagiaan.

 

A.M. Mustain Nasoha, Ketua PC LBM-NU Kota Surakarta


Keislaman Terbaru