Kerja Sama Kiai dan Warga, Kunci Sukses Terselenggaranya Muktamar tahun 1939 (6)
Selasa, 21 Desember 2021 | 11:00 WIB
Ajie Najmuddin
Penulis
Akhirnya, Muktamar ke-34 NU jadi digelar di Lampung. Berbagai persiapan tentu telah dilakukan oleh pihak panitia penyelenggara. Mulai dari soal lokasi, fasilitas, akses transportasi dan sebagainya.
Baca juga:
Muktamar NU dari Masa ke Masa (1)
Untuk Pertama Kalinya, Muktamar NU Dihelat di Jawa Tengah (2)
Muktamar NU Tahun 1930 di Pekalongan Dihadiri Ribuan Ulama (3)
Kota Bengawan Jadi Tuan Rumah Muktamar NU Tahun 1935 (4)
Namun, seberapa banyak serta sulitnya persiapan yang dilakukan, tentu tak lebih sulit dibandingkan dengan persiapan yang dilakukan panitia Muktamar NU di masa lampau. Terlebih ketika dilaksanakan di zaman penjajahan. Salah satunya Muktamar ke-14 NU di Magelang yang dilaksanakan pada bulan Juli tahun 1939.
Seperti yang dikisahkan KH Saifuddin Zuhri dalam salah satu bukunya yang berjudul Berangkat dari Pesantren (BDP). Ketika itu, ayah Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin tersebut, yang sedang mengemban amanah sebagai Sekretaris Majelis Konsul NU Daerah Banyumas ikut terlibat dalam mempersiapkan terselenggaranya Muktamar NU.
Sehabis Muktamar ke-13 di Menes, Konsul Raden Haji (RH) Mukhtar bekerja keras untuk 'membabat hutan' serta meratakan jalan menuju ke muktamar Magelang. dengan didampingi Sekretaris Majelis Konsul Kiai Ahmad Zuhdi, dibantu Ketua NU Cabang Purworejo KH Jamil dan Ketua Cabang Temanggung di Parakan, Mas Fandi. Konsul RH Mukhtar memasuki Kota Magelang yang baginya masih asing. Berhari-hari ia pelajari situasi dan kondisi Magelang dan sekitarnya, sesudah itu barulah direncanakan dari mana kerja harus dimulai. (BDP hal. 178)
Berbagai pendekatan kemudian dilakukan panitia untuk mensosialisasikan muktamar, dengan ikut meramaikan shalat berjamaah dan Jumat di beberapa tempat, mengunjungi berbagai pesantren dan pengajian. Dengan berbagai usaha dan sosialisasi tersebut, bangkitlah semangat para ulama di sekitar Magelang beserta para santrinya. Semangat mereka tergugah untuk menerima Muktamar NU.
Namun, yang lebih penting panitia juga telah mendapat dari para ulama besar di sekitar Magelang. Mereka adalah KH Dalhar Watucongol Muntilan, KH Raden Alwi Tonoboyo, KH Moh. Siraj Wates Magelang, dan KH Hudlori Tegalrejo. Dengan kata lain, panitia juga telah menemukan 'empat pintu', empat arah angin daerah Magelang dari keempat kiai tersebut.
Gotong Royong
Segala persiapan telah dilakukan dari panitia. Lalu, bagaimana soal dana penyelenggaraan? Dukungan dana rupanya tidak hanya mengandalkan para donatur. Beberapa hari sebelum pembukaan muktamar, masyarakat setempat secara berduyun-duyun mengunjungi kantor Hoofd Committee Congres (HCC) NU yang berpusat di Hotel Semarang Pacinan Magelang.
Mereka secara beriring-iringan memikul beras, sayuran, kayu bakar, menuntun beberapa ekor kambing dan membawa beberapa ekor ayam. Dalam pembukaan muktamar, sumbangan-sumbangan itu diumumkan. (BDP hal. 180)
Pada akhirnya, dengan semangat, restu, dan dukungan dari berbagai pihak tersebut, selama seminggu (15 - 21 Juli 1939), Muktamar ke-14 NU di Magelang dapat terlaksana dengan lancar.
Muktamar ke-14 di Magelang tahun 1939, tercatat dihadiri oleh 358 utusan Syuriyah, 123 Tanfidziyah, 33 Pemuda Ansor NU, 25 Muslimat, 50 anggota Barisan Ansor NU (BANU), dan 181 anggota panitia
Penulis: Ajie Najmuddin
Editor: M Ngisom Al-Barony
Terpopuler
1
Mikrofon Kemanusiaan: Kekuatan Media Menjadi Jembatan Kepedulian
2
Yuni Yusrotin, Anak Tukang Becak Asal Bojonegoro Raih Wisudawan Terbaik di UIN Walisongo Semarang
3
RSI NU Cakra Medika Mayong Jepara Jalani Visitasi Izin Operasional, Siap Layani Masyarakat
4
Idul Adha Jatuh pada Hari Jumat, Apakah Masih Wajib Shalat Jumat?
5
Pemkab Purbalingga Salurkan Bantuan untuk 87 Penyandang Talasemia Mayor
6
Cek Banjir Rob Demak, Gubernur Agmad Luthfi Kerahkan Jajarannya Bantu Kemen-PU
Terkini
Lihat Semua