Fragmen

Telaah Manuskrip Tafsir Mbah Sahid: Warisan Intelektual dari Jepat Lor Pati

Rabu, 28 Mei 2025 | 10:00 WIB

Telaah Manuskrip Tafsir Mbah Sahid: Warisan Intelektual dari Jepat Lor Pati

Manuskrip Tafsir Mbah Sahid (Foto:Istimewa)

Sebuah manuskrip kuno tafsir Al-Qur’an ditemukan tersimpan rapi di rumah Fajrul Hakam (Mas A’ang), warga Desa Jepat Lor, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati. Naskah berharga ini diperkirakan telah berusia lebih dari 65 tahun dan merupakan karya Mbah Sahid, seorang santri yang pernah menimba ilmu di kawasan pesantren Kajen, Margoyoso, Pati.


Penemuan manuskrip ini menarik perhatian para akademisi karena mengandung nilai keagamaan dan kebudayaan yang tinggi. Manuskrip ini terdiri dari 565 halaman (tidak lengkap) dan ditulis tangan menggunakan aksara Arab dan Pegon dengan gaya khat naskhi yang rapi.


Menurut penuturan Fajrul Hakam, naskah tafsir tersebut awalnya mencakup penafsiran terhadap 30 juz Al-Qur’an, mulai dari surat Al-Fatihah hingga juz terakhir. Namun, karena keterbatasan pengetahuan keluarga dalam merawat manuskrip kuno, sebagian naskah telah dimakan rayap dan tidak terselamatkan.


“Kitab ini dulu sempat dipinjam oleh KH Munawwir dari pesantren terdekat, lalu dikembalikan saat saya mulai mondok di Sarang. Sejak saat itu, kitab ini disimpan oleh ibu saya,” tutur Fajrul dari laporan yang diterima NU Online Jateng Senin (26/05/2025).


Teks ayat Al-Qur’an dalam manuskrip ini ditulis menggunakan tinta merah, sedangkan syarah (penjelasan) dan makna gandul ditulis dengan tinta hitam. Gaya penulisan dengan aksara Pegon menjadikan naskah ini lebih mudah dipahami oleh kalangan santri dan masyarakat lokal.


Sayangnya, sebagian halaman telah hilang dan tidak ditemukan penomoran atau tanda pembatas surat dan juz, sehingga menyulitkan pembacaan secara sistematis.


Manuskrip ini ditulis di atas kertas berkualitas tinggi buatan Eropa, sebagaimana terlihat dari watermark bergambar singa dan tulisan PRPATRIA EENDRACHT MAAKT MACHT. Istilah PRPATRIA berasal dari bahasa Latin yang berarti “Untuk Tanah Air”, sementara frasa EENDRACHT MAAKT MACHT dalam bahasa Belanda berarti “Persatuan Membawa Kekuatan”. Kertas semacam ini lazim digunakan untuk naskah penting seperti Al-Qur’an tulisan tangan dan dokumen resmi. Selain itu, terdapat pula countermark “VDL” yang semakin memperkuat dugaan bahwa kertas tersebut berasal dari produksi luar negeri.


Menariknya, manuskrip ini pernah dikisahkan memancarkan cahaya saat listrik padam, menambah daya tarik spiritual sekaligus mistis bagi masyarakat sekitar. Kisah ini bahkan mengundang sejumlah peneliti dari luar daerah untuk mengkaji lebih dalam.


Kini, manuskrip tafsir karya Mbah Sahid menjadi perhatian kalangan akademisi dalam upaya pelestarian literatur Islam tradisional. Naskah ini menjadi bukti nyata bahwa tradisi keilmuan pesantren di tanah Jawa telah berkembang jauh sebelum era digital.


Pelestarian manuskrip semacam ini merupakan langkah penting untuk menjaga jati diri keilmuan dan sejarah bangsa. Manuskrip tafsir Al-Qur’an karya Mbah Sahid menjadi saksi hidup bahwa pesantren tidak hanya menjadi pusat ibadah, tetapi juga pusat produksi keilmuan Islam yang berakar kuat dalam budaya lokal.

Penulis: Muhammad Nuril Anwar