• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Senin, 29 April 2024

Obituari

Innalillahi, Cucu Pendiri NU KH Abdul Hakam Tebuireng Wafat

Innalillahi, Cucu Pendiri NU KH Abdul Hakam Tebuireng Wafat
Almarhum KH Abdul Hakam Kholiq (Foto: Dok)
Almarhum KH Abdul Hakam Kholiq (Foto: Dok)

Jombang, NU Online Jateng
Inna lillahi wainna ilaihi rajiun, keluarga Besar Pesantren Tebuireng berduka dan Nahdliyin berduka. Salah satu cucu keluarga Hadrotus Syekh KHM Hasyim Asy'ari yakni KH Abdul Hakam Bin KH Abdul Kholiq Bin KH Hasyim Asy'ari, Wafat Selasa (09/11) sore sekitar pukul 14.30 WIB di rumah duka. 

 

Jenazah dishalatkan di Masjid Tebuireng sebanyak dua kali jamaah. Bertindak sebagai imam jamaah pertama adalah Ust Su’udi, sedangkan jamaah kedua adalah Ust Dawam. Kemudian, Jenazah dimakamkan di Pemakaman Keluarga Besar Pesantren Tebuireng, berada di satu komplek bersama sang Ayah KH.Abdul Kholiq Hasyim, kakek KHM Hasyim Asy’ari dan beberapa keluarga Pesantren Tebuireng lainnya. 

 

Proses pemakaman dimulai sekitar pukul 16.00 WIB setelah Ashar. Proses pemakaman berjalan lancar walau gerimis turun. Ratusan pelayat mengantarkan jenazah menuju tempat pemakaman hingga proses selesai.  

 

Terlihat yang hadir beberapa keluarga, seperti anak dan cucu, pengasuh Pesantren Madrasatul Qur’an, para pengurus dan santri Pesantren Tebuireng dan Pesantren Darul Hikam yang didirikan Gus Hakam. Pesantren Tebuireng akan mengadakan  tahlilan bersama di Masjid Tebuireng Hingga tujuh hari kedepan

 

Nama panggilan akrabnya Gus Hakam. Beliau adalah anak tunggal dari KH Abdul Kholiq Hasyim pengasuh ke-4 Pesantren Tebuireng yang merupakan cucu Hadratus Syekh KH Muhammad Hasyim Asya’ri pendiri Nahdlatul Ulama dan Pesantren Tebuireng).

 

Dilansir dari portal tebuireng online, Gus Hakam pernah  mondok di Pondok Lekok (Roudlotul Mustofa) Pasuruan, sekitar tahun 1965-an didampingi langsung oleh ayahandanya menghadap almarhum Kiai Mustofa. Setiba di Pondok Lekok tersebut, Kiai Mustofa dan Kiai Kholiq sepakat kalau Gus Hakam mondok di Lekok itu minimal lima bulan.

 

Beliau adalah sosok kiai yang sederhana. Baik dalam berpakaian atau kesehariannya. Dalam keseharianya beliau lebih banyak menghabiskan waktu di tempat kediamannya. Karena beliau, bukan kiai dari panggung ke panggung atau kota ke kota. Beliau juga bukan kiai yang sibuk menerima banyaknya tamu. Hanya ada sebagian tamu yang datang untuk bersilahturahim, itupun di waktu tertentu. Dan beliau tentunya bukan kiai yang sibuk mencari popularitas atau kedudukan duniawi semata.

 

Sampai wafatnya, Gus Hakam setia menjaga keistikamahannya. Salah satunya berziarah dan menabur bunga di makam para Masyaikh Pesantren Tebuireng setelah shalat Jumat dengan diikuti para rombongan santrinya. “Akehno-akehno moco istighfar lan shalawat”. Ini salah satu dawuh beliau yang sering disampaikan baik kepada santri-santrinya ataupun orang-orang yang bertamu.

 

Gus Hakam ialah sosok yang memiliki banyak misteri. Sebab, sulit menarik sebuah kesimpulan tentang sosok Gus Hakam. Meskipun ada banyak tafsiran penilaian dari berbagai sisi oleh orang-orang yang mengenal beliau. Ada sebagian orang mengenal beliau sebagai ahli hikmah atau ilmu kanuragan. Karena pada masa mudanya beliau terkenal dengan kanuragannya atau ilmu bela diri. Sebagian orang mengenal beliau sebagai ahli hikam atau ilmu tasawuf. Karena melihat kehidupan beliau yang tidak terlalu bergantung pada duniawi. Dan masih banyak tafsiran penilaian lainnya tentang beliau. Lahul Fatihah

 

Kontributor: Imam Hamidi Antassalam
Editor: M Ngisom Al-Barony


Obituari Terbaru