Islam Nusantara dalam Pemikiran Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari: Memperkuat Tradisi, Merawat Keindonesiaan
Kamis, 15 Mei 2025 | 13:00 WIB
Pemikiran Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari tentang Islam di Nusantara menjadi fondasi penting dalam menjaga harmoni antara nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jama’ah dengan budaya lokal. Kiai Hasyim, pendiri Nahdlatul Ulama, dengan bijak meramu corak Islam tradisional agar tetap relevan dan diterima dalam konteks masyarakat Indonesia yang beragam, tanpa kehilangan akar keilmuannya.
KH Hasyim Asy’ari lahir pada 14 Februari 1871 di Desa Gedang, Jombang, Jawa Timur. Ia tumbuh di lingkungan pesantren, dididik langsung oleh ayah dan kakeknya yang juga seorang kiai terpandang. Garis keturunannya tidak hanya kuat secara keilmuan, namun juga berdarah bangsawan. Dari ibunya, ia merupakan keturunan Raja Brawijaya VI, dan dari jalur ayahnya tersambung ke Sultan Hadiwijaya serta Sunan Giri (Tuti, Munfaridah. 2017. ISLAM NUSANTARA SEBAGAI MANIFESTASI NAHDLATUL ULAMA (NU)
DALAM MEWUJUDKAN PERDAMAIAN. Wahana Akademika: IAIIG Cilacap. Vol. 4, No. 1).
Sejak muda, Hasyim Asy’ari aktif menimba ilmu ke berbagai pondok pesantren hingga berguru kepada Kiai Kholil Bangkalan, yang kemudian memberi restu dan amanat penting dalam perjalanan dakwahnya.
Dalam pemikirannya, Kiai Hasyim menekankan pentingnya mempertahankan Islam tradisional karena dianggap sebagai warisan para Walisongo yang telah terbukti berhasil membumikan Islam secara damai di Nusantara (Bagus, Novianto. 2021. Moderasi Islam di Indonesia Perspektif Pendidikan Islam. Jurnal
Pendidikan Islam: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Vol. 5, No. 2.). Ia menolak paham-paham keagamaan yang ekstrem dan tidak kontekstual, seperti Wahabi dan ajaran-ajaran sinkretik yang menyalahi prinsip tauhid.
Melalui kitabnya, Ar-Risalah at-Tauhidiyyah, beliau menegaskan bahwa setiap Muslim wajib memahami sifat-sifat Allah SWT dan Rasul-Nya dengan dalil yang shahih. Ia menulis, “Utawi kawitane perkoro kang wajib ingatase wong aqil baligh lanang lan wadon iku kudu ngaweruhi ing Pangerane kelawan yakin…” (uhammad Hasyim Asy’ari. 1943. ar-Risalah at-Tauhidiyah. Tebu Ireng: Jombang ). Penegasan ini menunjukkan kedalaman pemikiran teologis beliau, sekaligus menjadi landasan pendidikan akidah di pesantren-pesantren NU hingga kini.
Dalam bidang fikih, Kiai Hasyim menjunjung tinggi pendekatan bermadzhab yang moderat. Ia mengikuti empat madzhab utama, khususnya madzhab Syafi’i, tanpa fanatisme yang membabi buta. Beliau mengajarkan bahwa tradisi lokal yang tidak bertentangan dengan akidah Islam tetap bisa dirawat dan dilestarikan (Mukhlis Lbs. 2020. KONSEP PENDIDIKAN MENURUT PEMIKIRAN KH. HASYIM ASY’ARI. Jurnal As-Salam: FKIP UGN Padangsidimpuan. Vol. 4, No. 1). Di sinilah letak keistimewaan konsep Islam Nusantara yang ia rintis: Islam yang ramah, adaptif terhadap budaya, namun tetap kokoh dalam prinsip keimanan.
Lebih dari itu, Kiai Hasyim memadukan perjuangan keagamaan dan kebangsaan. Ia mendirikan Nahdlatul Ulama sebagai organisasi keagamaan dan sosial yang bertujuan menjaga tradisi keilmuan sekaligus merespons isu-isu sosial-politik. Ketika bangsa ini menghadapi penjajahan, beliau mengeluarkan fatwa resolusi jihad pada 22 Oktober 1945: “Membela tanah air melawan penjajah hukumnya fardlu ‘ain.” Pernyataan ini menjadi tonggak penting dalam sejarah perjuangan umat Islam di Indonesia (Bagus, Novianto. 2021. Moderasi Islam di Indonesia Perspektif Pendidikan Islam. Jurnal
Pendidikan Islam: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Vol. 5, No. 2.)
Melalui pesantrennya di Tebuireng, Jombang, Kiai Hasyim juga berperan besar dalam membentuk sistem pendidikan Islam di Indonesia. Konsep pendidikan yang ia bawa berangkat dari semangat membentuk insan berilmu, beradab, dan berakhlakul karimah.
Islam Nusantara dalam perspektif Kiai Hasyim bukan sekadar slogan, melainkan praksis keberislaman yang membumi, berakar pada tradisi, dan sekaligus menjawab tantangan zaman. Seperti yang diungkapkan oleh Katib Syuriyah PBNU KH Yahya Cholil Staquf dalam berbagai forum, "Islam Nusantara adalah Islam yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan keadaban publik." Warisan pemikiran Hadratussyekh inilah yang menjadi pondasi NU hingga kini: menjaga keberagaman dalam bingkai keislaman yang rahmatan lil alamin.
Terpopuler
1
Mengenal Pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo, Tempat Berlangsungnya Pelantikan JATMAN 2025–2030
2
Fatayat NU Banyumanik Gelar Khitanan Massal Gratis untuk Wujudkan Generasi Sehat dan Berakhlak
3
Gongcik, Kesenian Tradisional di Pati Saat Era Kolonial yang Sarat Nilai Perjuangan dan Dakwah
4
Sekolah Lansia Qurrota A’yun Hadir di Jatinegara Tegal: Upaya Wujudkan Lansia Bahagia dan Mandiri
5
PMII Pekalongan Dilantik, Tegaskan Komitmen Inklusif dan Kritis Bangun Daerah
6
Muharram dan Refleksi Hijrah: Saatnya Menyulam Harapan dan Memperbarui Langkah
Terkini
Lihat Semua