• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Rabu, 24 April 2024

Dinamika

Pesan Pengasuh Pesantren Sunan Giri Salatiga: Jangan Mencari Keabadian Nikmat

Pesan Pengasuh Pesantren Sunan Giri Salatiga: Jangan Mencari Keabadian Nikmat
Pengasuh PPH Dafa Salatiga Kiai Muhammad Badaruddin Al-Hafidz saat membuka semakan kubro. (Foto: dokumentasi)
Pengasuh PPH Dafa Salatiga Kiai Muhammad Badaruddin Al-Hafidz saat membuka semakan kubro. (Foto: dokumentasi)

Salatiga, NU Online Jateng

Setiap manusia pasti menginginkan kemudahan urusan dunia dan mendambakan kenikmatan dunia dan akhirat. Sejalan dengan hal itu, manusia kerap dibuat lupa karenanya.

 

"Ojo puas utowo ngarep langgenge nikmat, ning sawangen sing pareng nikmat (jangan puas atau mengharapkan keabadian nikmat, tapi lihatlah pemberi nikmat, -red)," kata Pengasuh Pesantren Sunan Giri, Krasak, Salatiga, KH Maslihudin Yazid.

 

Pesan dalam kitab Hikam tersebut disampaikan tokoh Qadiriyah wan-Naqsabandiyah Salatiga ini kepada para santri Pondok Pesantren Huffadz (PPH) Darul Falah (Dafa) Desa Dukuh, Kota Salatiga, utamanya yang telah menamatkan belajar Al-Qur'an.

 

Menurutnya, hafalan Al-Qur'an merupakan sebuah nikmat tersendiri. Karena itu santri harus menyadari hal itu bukan diraih oleh kecerdasan semata, namun lebih dari itu karena kehendak Allah dalam memberikan nikmat hafalan Al-Qur'an. 

 

"Santri harus berpegang dengan prinsip yang sama dengan kiainya, terutama dalam hal i'tiqad ahlussunnah wal-jama'ah," lanjut adik ipar KH Ubaidillah Shadaqah ini menuturkan.

 

Sementara, Pengasuh PPH Dafa, Kiai Muhammad Badarudin Al-Hafidz menyebutkan, secara keseluruhan terdapat 35 santri yang diwisuda di antaranya 11 santri putra khatam Al-Qur'an bin-nadhri 11, dan 13 santri putri. Sedangkan yang khatam hafalan atau bil-hifdzi (istilah populernya bil-ghaib) ada 11 santri putri.

 

"Angkatan pertama ada enam santri tapi karena tahun kemarin kegiatan distop karena dampak pandemi, maka digabung jadi satu ada sebelas santri," ungkap Kiai Badar kepada NU Online Jateng, Ahad (14/3).

 

Dijelaskan, rangkaian kegiatan Tasyakuran Khatmil Qur'an dimulai dengan Semakan Kubro, sebuah istilah untuk santri yang membaca 30 Juz secara hafalan dalam waktu sehari dengan disaksikan santri dan warga sekitar. "Semakan Kubro dibagi 3 gelombang agar sesuai pembatasan sosial," ujarnya.

 

Ia pun bersyukur lantaran para santrinya, khususnya yang akan diwisuda turut diberkati dengan kehadiran dan doa dari Pengasuh Pesantren Huffadz Nazzalal Furqoon (PPHNF), Tingkir Tengah, Salatiga, KH Munawir Munajat Al-Hafidz atau yang dikenal dengan panggilan Mbah Nawir Tingkir. "Alhamdulillah, Mbah Yai kerso rawuh, paring barokah doa kanggo santri," tuturnya.

 

Kegiatan Tasyakuran Khatmil Qur'an lanjutnya, digelar dengan beberapa rangkaian acara di Bulan Maret 2021 ini. Dia sebut di antaranya pengajian Hikam, semakan kubro, mujahadah, dan puncaknya prosesi wisuda akan digelar dengan pengajian umum.

 

Dalam kesempatan Ngaji Hikam, Mbah Nawir juga ikut mengingatkan para santri tentang pentingnya memahami tanda alam sebagai sebuah nikmat yang bakal diterima oleh manusia. "Sahab utawa mega kuwi ora nandakke arep udan, neng arep tukule woh-wohan," tuturnya penuh makna.

 

Mursyid tarekat Qadiriyah wan-Naqsabandiyah yang merupakan 'santri sepuh' KH Arwani Amin Kudus pun mewanti-wanti untuk menjaga tauhid dengan membebaskan diri dari keinginan kecuali ingin selalu mengagungkan Allah Ta'ala. "Kepengen sakliyane Allah iku nuduhake nek awake dewe durung kenal Gusti Allah," ungkapnya.

 

Terkait nikmat yang diberikan oleh Allah Ta'ala, Mbah Nawir Tingkir memberikan pesan senada dengan Kiai Maslihuddin, yakni menyadari segala kenikmatan dan kesusahan merupakan sarana mengingat Allah, Dzat yang berkuasa atas diri manusia. "Susah kelangan nikmat kuwi nuduhake nek durung iso wushul maring Gusti Allah," pesannya.  

 

Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat

Editor: Ahmad Mundzir 


Dinamika Terbaru