• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 19 April 2024

Dinamika

Mirip Idul Adha, Nyadran Unik di Petilasan Kiai Guru Semarang

Mirip Idul Adha, Nyadran Unik di Petilasan Kiai Guru Semarang
Suasana nyadran ketika warga berdoa bersama, mendoakan arwah leluhur. (Foto: Istimewa)
Suasana nyadran ketika warga berdoa bersama, mendoakan arwah leluhur. (Foto: Istimewa)

Semarang, NU Online Jateng
Nyadran atau Sadranan merupakan tradisi masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah di bulan Ruwah. Ruwah atau ngrumat arwah merupakan sebutan untuk bulan Sya'ban yang difokuskan oleh masyarakat untuk mendoakan arwah orang tua yang telah meninggal atau para leluhur, khususnya yang dianggap berjasa dan ditokohkan masyarakat sekitar.

 

Tradisi Sadranan di Dukuh Jetis, Kelurahan Ngijo, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang ini terbilang unik. Selain doa bersama di makam 'petilasan' Kiai Ashari atau Kiai Guru, juga dilaksanakan penyembelihan kambing yang kemudian langsung diolah dan dibagikan ke jamaah yang hadir untuk dibawa pulang selayaknya ibadah kurban pada Hari Raya Idul Adha.

 

"Alhamdulillah, total ada 51 ekor hewan kambing yang disedekahkan pada acara sadranan tahun ini," kata Penyuluh Agama Kemenag Kota Semarang, Ahmad Yasa disela kegiatan, Kamis, (4/3).

 

Kepada NU Online Jateng, ia menuturkan sekilas riwayat Kiai Ashari. Menurutnya Kiai Guru merupakan sesepuh agama di Kerajaan Mataram yang mengembara untuk berdakwah menyiarkan agama Islam. "Pada waktu itu dia sampai di Kota Semarang terus mengembara sampai di Kelurahan Ngijo. Kemudian wilayah-wilayah yang disinggahi sering disebut Sentoso, karena dulu dari Sentono Dalem," ungkapnya.

 

Kegigihan Kiai Ashari dalam berjuang menyebarkan Islam, kata Yasa berakhir di Kaliwungu Kendal. "Mbah Kiai Ashari atau Kiai Guru singgah terakhirnya di sana dan dimakamkan di sana, Kaliwungu," bebernya.

 

Terkait dengan kurun waktu atau periode dakwah Islam pada tahun berapa, dia tidak berani memastikan tanpa adanya penelitian sejarah dari para pakar atau sejarawan. "Kita tidak bisa menjelaskan di tahun berapa," akunya.

 

Senada, Ketua Takmir Masjid Nurul Iman, Jetis, Sugiyono menerangkan, sebanyak 51 ekor kambing yang disedekahkan oleh warga dengan berbagai macam alasan, ada yang karena nadzar (janji), aqiqah, dan ada juga sedelah biasa sebagai bentuk rasa syukur telah diberikan kecukupan dan kemudahan oleh Allah Ta'ala. Uniknya seluruh hewan yang disedekahkan diproses oleh yang punya hajat.

 

"Di sini yang punya hajat, mereka yang bertugas memproses hewan sembelihan. Namun ada juga yang meminta tolong orang lain untuk membantunya. Dan semua yang memproses atau mencacah serta memasaknya adalah lelaki semua setelah pak Mudin (Penyuluh Agama) selesai menyembelihnya," terangnya.

 

Perlu diketahui, Santri Pesantren Durrotu Aswaja dalam perannya bermasyarakat memberikan rasa aman dan nyaman dalam proses Sadranan Kiai Guru atau Kiai Ashari. Caranya dengan membantu proses desain persiapan hingga saat Sadranan dengan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.

 

Warga Kelurahan Ngijo ini pun mengucapkan terima kasih kepada para santri yang menyukseskan acara tersebut. Setidaknya, dari unsur Tentara dan Kepolisian yang hadir cukup puas dengan lancarnya hajatan tersebut, terlebih adanya peran santri dan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) yang ikut mendukung tertibnya protokol kesehatan.

 

Untuk penyemprotan dan pembagian masker dilakukan oleh santri Pesantren Durrotu Aswaja Banaran yang tengah mengikuti program Amal Bakti Santri (Abas), sebuah program Kuliah Kerja Nyata (KKN) ala pesantren yang diasuh oleh Kiai Agus Ramadhan.


"Iya, ini merupakan hajat warga yang mana bersamaan dengan kami yang sedang melakasankan amal bakti santri, jadi kami diminta untuk melakukan penyemprotan disenfektan dan pembagian masker bagi warga yang lupa membawa masker," jelas Koordinator Abas Durrotu Aswaja yang berposko di Dukuh Jetis, Maulana Fathul Alim.

 

Meski demikian, dia mengucap terima kasih kepada warga, utamanya tokoh masyarakat yang kooperatif dengan kondisi pandemi Covid-19 yang belum berakhir ini. "Terima kasih kepada seluruh warga umumnya, pak Yoyok selaku ketua RT 6 dan Pak Kalijo selaku ketua RT 4 yang selalu berkoordinasi baik dengan kami untuk membantu proses penyemprotan disinfektan dan pembagian masker," tuturnya.

 

 

Kontributor: Dhiyaul Azis

Editor: Ahmad Rifqi Hidayat


Dinamika Terbaru