• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Kamis, 18 April 2024

Regional

IDUL FITRI 1443 H

Lebaran Ketupat Tradisi Ulama Salafus Shalihin yang Perlu Dilestarikan

Lebaran Ketupat Tradisi Ulama Salafus Shalihin yang Perlu Dilestarikan
Selamatan lebaran ketupat di Demak (Foto: NU Online Jateng/Eko Siswanto)
Selamatan lebaran ketupat di Demak (Foto: NU Online Jateng/Eko Siswanto)

Demak, NU Online Jateng
Pagi buta setelah shalat subuh masyarakat Dukuh Bengkah, Kecamatan Karangawen, Kabupaten Demak berduyun-duyun menuju masjid dan mushala terdekat untuk merayakan selametan kupatan pada Senin (9/5/2022).


Salah satunya adalah jamaah masjid Nurhikmah dukuh bengkah, Mereka membawa sendiri ketupat, lepat, lontong, dan sayuran berkuah ke masjid yang nantinya disantap bersama tetangga.  Menurut Pengurus Masjid Nurhikmah Zaenal Arifin, tradisi kupatan di Jawa khususnya di Bengkah , Demak, dan sekitarnya digerakkan oleh kiai-kiai NU yang mengambil pelajaran dari Rasulullah. Oleh karena itu perlu dilestarikan.


“Rasulullah dahulu mengadakan hari raya sesudah bulan Ramadhan. Sebab pada bulan Ramadhan kita sudah memohon ampun kepada Allah sebagai haqqullah. Kedua, haqqul adam dengan bentuk memohon maaf kepada sesama manusia,” terang Ustadz Zuhri.


Disampaikan, momentum lebaran adalah saat yang tepat untuk bisa saling memaafkan sesama manusia. Menurutnya, lebaran ketupat sebagai penyempurna ibadah yang dilaksanakan selama ramadhan dan puasa sunah syawal.


Sejarah Kupatan 


Ketupat sebenarnya sudah ada sejak zaman Hindu-Budha di Jawa. Pada tahun 1600-an, di mana Islam mulai menyebar di Jawa, ketupat diperkenalkan dengan filosofi bermakna. Sosok yang memperkenalkan filosofi ketupat adalah Raden Mas Sahid atau yang dikenal sebagai Sunan Kalijaga.


Pada masa ini, Sunan Kalijaga memperkenalkan ketupat sebagai makanan dengan filosofi khas lebaran. Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat. Ketupat menjadi simbol perayaan hari raya Idul fitri pada masa kerajaan Demak yang dipimpin oleh Raden Patah.


Lebaran ketupat dilaksanakan tiap 8 Syawal di mana sebelumnya umat Islam melakukan puasa Syawal pada tanggal 2-7 Syawal. Perayaan tradisi lebaran ketupat ini dilambangkan sebagai simbol kebersamaan dengan memasak ketupat dan mengantarkannya kepada sanak kerabat. 


Berbagai macam ketupat disajikan dalam menyambut makna tradisi lebaran ketupat oleh masyarakat Jawa ini. Ada ketupat glabed yang berasal dari Tegal, ketupat babanci dari Betawi serta ketupat bawang khas Madura. 


Puasa 6 hari di bulan syawal ini merupakan ibadah sunah yang sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW karena keutamaannya yang sangat besar. Nabi Muhammad SAW bersabda: "Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh." (HR Muslim)


Pengirim: Eko Siswanto


Regional Terbaru