• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Senin, 29 April 2024

Opini

RMI Lembaga Vital Pengkaderan di Nahdlatul Ulama

RMI Lembaga Vital Pengkaderan di Nahdlatul Ulama
Foto: Ilustrasi
Foto: Ilustrasi

Susunan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmat 2022-2027 resmi dikukuhkan, Senin (31/1) di Balikpapan, Kalimantan Timur bertepatan dengan peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-96 versi masehi. Pengukuhan dipimpin langsung oleh Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar. Sebuah tanda para punggowo sudah mulai siap pada garis start untuk berkerja atau berkhidmat pada organisasi keulamaan terbesar ini. KH Miftachul Akhyar membacakan teks baiat pengukuhan PBNU dan diikuti oleh para pengurus yang hadir.


Entah apa yang menjadi alasan para kiai struktur yang disusun amat sangat gemuk, sehingga penulis tidak membayangkan ketika PBNU akan mengambil keputusan pada persoalan yang strategis sementara anggota rapat yang begitu besar dari penjuru daerah yang luas, lalu yang hadir tidak memunuhi kuorum pasti terjadi deadlock atau mauquf. Penulis menganggap tidak etis menganalisanya, namun masih ada PR untuk kelengkapan PBNU masih belum sempurna sebelum memilih para ketua lembaga dengan kelengkapanya untuk menjadi perpanjangan tangan para kiai menjadi eksekutor di lapangan.


Ada garapan yang sangat vital dan penting untuk tidak terlupakan, tetapi garapan ini justru sangatlah urgen dan perlu perhatian khusus yaitu Lembaga Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) asosiasi pondok pesantren NU ruang garapannya mengkoordinir pesantren Nahdlatul Ulama yang notabene pesantren adalah tempat pengkaderan para pemimpin ke depan Nahdlatul Ulama.


Maraknya berita akhir-akhir ini pelecehan seksual di Bandung ada Boarding School atau sekolah yang diasramakan, di Cilacap, guru agama di Tasikmalaya, dan yang terakhir di Bekasi, semua pemberitaan bersentuhan dengan pesantren atau tempat menempa pendidikan Agama adalah sebuah tamparan keras pada para pemangku pesantren yang tidak lain para kiai.


Antara Pesantren dan RMINU


Ada perbedaan yang kuat antara keberadaan RMI dan LP Maarif NU, tetapi ada kesamaan yakni sama-sama lembaga yang koordinasinya di bawah Nadlatul Ulama dalam berbagai tingkatan. Pesantren dan NU itu bagai ayam dan telur, siapa dan apa yang harus di dahulukan untuk di mulai, sebab pesantren yang dikenal dengan berbagai macam kekhususan adalah kerajaan-kerajaan kecil dan di situ terdapat raja dan pangeran-pangeran yang mempunyai keistimewan tersendiri yang di sebut para gawagis. Masing-masing pesantren yang berdiri dan diampu oleh para kiai tidak lain mempunyai peranan yang istimewa di Nahdlatul Ulama yaitu Syuriyah NU di berbagai tingkatan kepengurusan. Pesantren yang didirikan dengan kesadaran dan kegigihan para kiai muasis melahirkan kefanatikan para santri yang pada waktunya menjadi pengajar sebagai santri senior berdasarkan tunjukan kiai tanpa lewat SK pengangkatan.


Sedang LP Ma'arif NU tata laksana dan koodinasinya bisa dikendalikan dan dapat diikat dengan SK pendirian, para guru diikat dengan SK pengangkatan. Kesadaran guru-guru di bawah LP Ma'arif NU relatif dapat terkondisi dengan ikatan SK pengangkatan sehingga pembangkangan dapat tereliminasi.


RMI Lembaga yang Tak Berdaya


Melihat kondisi yang terjadi di lingkungan pesantren dan pendirian pesantren, seolah-olah RMINU kebagian fungsi sebagai kumpulan atau ajang silaturrahmi yang sedikit punya fungsi koordinasi. Fungsi silaturahim ini mempunyai beberapa faidah yang sangat perlu dikerjakan oleh RMI antara lain:

  1. Studi banding pesantren dengan berbagai macam karakter dan kelebihan dapat di timba untuk dapat diadopsi di pesantren yang lainnya.
  2. Pendataan betapa sangatlah penting akurasi data peserta anggota silaturahim pesantren sebagai bukti bahwa pesantren ini berafiliasi kepada Nahdlatil Ulama. RMI dapat mengklasifikasikan pesantren dengan kekhususan tertentu dan memetakannya.
  3. Advokasi pesantren dengan berbagai macam problematika RMI sebagai lembaga koordinasi dapat membantu penyelesaian.
  4. Peningkatan mutu tafaquh fiddin sebagai landasan berdirinya pesantren-pesantren tersebut dengan berbagai macam kegiatan bahsul masail santri atau lomba baca kitab kuning santri.


Dalam ketidakberdayaan, RMI mempunyai fungsi yang sangat vital sehingga bukan menjadi organisasi yang wujuduhu kaadamihi. Belum juga ada tugas yang sangat penting di perhatikan adalah pengelolaan madrasah diniyah di kampung  untuk di koordinir keberadaannya. Sebab hampir saja punah atau nilai-nilai dasar berdirinya madrasah diniyah di kampung-kampung mulai tergeser fungsi pendidikan tafaquh fiddin yang diprakarsai oleh pendirinya.


Madrasah Diniyyah di Kampung


Madrasah madrasah ini umumnya didirakan oleh tokoh kiai setempat atau sekelompok tokoh di masyarakat untuk membentengi anak-anak usia dini dan menengah untuk dapat mengenal tulisan dan bacaan Al-Qur'an, ubudiyah, akidah, dan akhlak yang benar. Berdirinya di setiap desa bahkan melihat geografi desa tersebut bisa lebih dari satu, umumnya masih membutuhkan arahan binaan baik keberadaannya atau guru pengajarnya.


Maka fungsi RMI sangatlah penting sebagai induk di tingkatan masing-masing untuk membina dan mengarahkannya. Madrasah-madrasah ini sangat membutuhkan eksistensi RMI sebagai induk penyelenggara pendidikan diniyah Nahdlatul Ulama dengan berbagai macam gawean yang besar dan banyak, di antaranya:

  1. Penguatan kurikulum pembelajaran ala pondokan, sebagai pengenalan pelajaran pesantren.
  2. Pembinaan terhadap para pengajar
  3. Pengenalan metode pembelajaran
  4. Pendataan santri dan pengajar 
  5. Pengusahaan kesejahteran oleh pemda atau pemprov


Penutup


RMI (Asosiasi Pondok Pesantren NU ) adalah tangan panjang dari NU untuk mengurus lembaga pesantren di lingkungan NU, sedang pesantren adalah tempat pengkaderan NU.  Keseriusan untuk mewujudkan generasi-generasi penerus yang tangguh dan berkualitas mutlak dibutuhkan perhatian yang khusus, bukan sekadar asal-asalan. Oleh karena jangan sampai diabaikan dalam forum muktamar, dalam komisi organisasi lebih RMI harus menjadi perhatian khusus, agar eksestensinya bukan wujuduhu ka adamihi. Atau sekadar organisasi papan nama.


Visi, misi, dan fungsi keberadaan RMI diperjelas dan dipilihnya pemegang kendali yang visioner juga agar mampu mewujudkan mimpi-mimpi besar para kiai. Wallahu a'lam bis shawab



H Munib Abdul Muchith, alumni Lirboyo kediri, alumni Pesantren Al-Itqon Bugen Kota Semarang, mantan Sekretaris RMINU Kendal, saat ini Wakil Katib PWNU Jateng


Opini Terbaru