• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 3 Mei 2024

Opini

Kewajiban Rawat Jagat Lestarikan Peradaban

Kewajiban Rawat Jagat Lestarikan Peradaban
Foto: Ilustrasi (nu online)
Foto: Ilustrasi (nu online)

Masih saja terobsesi terhadap tema 'merawat jagat membangun peradaban' sebuah tema yang disematkan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada hari lahir (harlah) ke-96 Nahdlatul Ulama (NU) (31 Januari 1926 M) atau ke-99 (16 Rajab 1344 H) pada era transformasi global perlunya pemahaman secara komprehensif tentang merawat jagat, agar memahami sebuah tema tidak sepotong potong atau secara parsial, ini sangat erat kaitannya dengan pola kehidupan keseharian atau perilaku kehidupan manusia yang di sebut dengan ekosistem. Terkandung dalam ilmu ekologi, manusia sebagai micro organisme makhluk penghuni jagat raya dan yang telah diembankan pada pundaknya khalifah fil ardhi itu sebagai amanat yang akan dipertanggungjawabkan kelak.


Sebagai masyarakat ilmiah yang hidup di zaman modern seperti saat ini dalam mengatasi problematika kehidupan tentunya membutuhkan jawaban yang dapat diterima secara akal (rasional) dan mampu menyelesaikan problematika yang ada. Berangkat dari latar belakang yang jelas dan dapat dikaji secara empiris, seperti halnya dalam isu global warming yang amat kompleks ini tentunya membutuhkan pemecahan yang tepat yang tidak mungkin hanya dipecahkan dari kacamata ilmu pengetahuan modern saja, melainkan juga dari kacamata ilmu agama. Sebab, persoalan tersebut tidak sekadar menyangkut masalah saint ansich, pada kenyataannya justru menyangkut  permasalahan kelangsungan hayati. Hal ini membutuhkan pemecahan secara komprehensif yang bertalian dengan persoalan relijius, alamiah, sosial, maupun ekonomi.


Gerakan Merawat Jagat


Berbicara tentang pemanasan global tidak terlepas dari lingkungan hidup. Tempat tinggal di dunia ini dikenal dengan sebutan alam sekitarnya. Dan Manusia sebagai khalifah fil ardhi terhadap alam sekitarnya berkewajiban penuh menempatkan jagat raya sebagai suatu tempat yang mesti dipelihara, mengingat peranannya amat penting bagi kelangsungan hidup semua makhluk, termasuk manusia. Oleh karenanya melihat keadaan yang demikian miris oleh ulah manusia perlu segera diatasi secara serius. Jika tidak, khawatir akan menimbulkan bencana kemanusiaan yang maha hebat. 


Merawat jagat perlu adanya gerakan yang dilakukan untuk menyadarkan kepada seluruh komponen masyarakat di muka bumi guna mencintai alam sekitar supaya tetap hijau, bersih, kondusif, dan sejuk, serta terjauhkan dari berbagai mara bahaya atau bencana. Gerakan seperti ini beragam namanya, ada yang membuat jargon Green Peace (kehidupan damai dalam suasana yang sehat), ada pula menyebut dirinya Green Earth  (kehidupan yang sehat), dan lain sebagainya. Semua kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mengembalikan suasana kehidupan yang sehat serta lingkungan berimbang.


Komitmen menjaga jagat


Waidza qila lahum la tufsyiduu fil ardhi, qolu innama nahnu mushlihun alaa innahum humulmufsyiduna walakin la yas'urun abil fida'. Ismail ibn kasir melansir dawuh Abu Ja'far dari Robi' ibn Anas ibn Abi Aliyah menafsirkan ayat tersebut : jangan berbuat maksiat di muka bumi perbuatan maksiat terhadap Allah Taala di muka bumi atau memerintah berbuat maksiat sungguh berbuat kerusakan di muka bumi, karena kelestarian bumi dan langit dengan hanya selalu berbuat taat. Ayat tersebut khitabnya terhadap orang-orang munafiq yang diketahui sifat orang munafiq itu ada tiga :

1. Apabila di percaya dia berkhianat adalah penghianat.
2. Ketika berjanji mengingkari, adalah janji palsu.
3. Ketika berbicara berbohong adalah penipu


Etika atau akhlak yang dilabelkan terhadap orang munafik ada korelasinya dengan pengerusaan alam semesta, untuk menjaga kelangsungan hayati, mengalih fungsikan lahan untuk kepentingan pragmatisme, merusak keragaman hayati, dengan berbagai macam perilaku yang mengakibatkan kerusakan di bumi adalah maksiat atau tindakan yang tidak taat terhadap Allah. Telah diketahui jagat semesta alam ini dipikulkan kelestariaanya untuk kelangsungan hidup terhadap manusia inni jailun fil ardhi khalifah.


Penutup


Dampak terbesar akibat pemanasan global adalah timbulnya bencana alam di muka  bumi, terutama di Indonesia. Bencana yang datang silih berganti bagai angin yang bertiup tak pernah berhenti mulai dari kekeringan, kebakaran hutan, dan gempa bumi. Fenomena itu muncul bukan tanpa sebab, juga bukan karena takdir Ilahi semata tetapi lebih banyak karena ulah manusia. Sifat rakus yang dimiliki seperti pengalihan fungsi lahan, illegal loging, maraknya galian C, pengeprasan gunung yang jelas fungsi gunung dalam Al-Qur'an disebutkan untuk kekokohan jagat punya peran autada fungsi pasak atau pakunya jagat. Alih fungsi lahan pengeprasan gunung menjadi faktor salah satu hilangnya keseimbangan jagat raya alam semesta. Inilah yang dikenal dengan pemanasan global (the global warming).


Perusakan semesta alam untuk kelestarian jagat adalah bagian dari maksiat terhadap semesta alam (dzalim), ini sebuah pemahaman secara kontektual. Adapun secara tekstual orang hanya memahami banyak bencana alam adalah faktor perilaku dzalim yang melanda bangsa atau akibat kekufuran dan keingkaran manusia terhadap nikmat yang dikarunikan Tuhan kepada kita. Karena perbuatan dosa yang dilakukan manusia lalu Tuhan murka terhadap perilaku hamba-Nya. Oleh karenanya solusi yang ditawarkan berkaitan dengan kejeraan (pertaubatan secara jamaah) terhadap sang Khaliq dengan senantiasa meninggalkan segala larangan Allah dan melaksanakan perintah-Nya. 


Penulis sekadar menyuguhkan pemikiran secara kontektual tanpa meninggalkan secara tektual, sebagai upaya keberimbangan berpikir. Semua untuk  kelestarian lingkungan di jagat raya sesuai dengan tema Harlah NU ke-96 atau 99 yakni 'Merawat Jagat dan Membangun Peradaban'. Wallahu a'lam bis shawab



H Munib Abd Muchith, alumni Lirbiyo '92, alumni Al-Itqon Bugen Kota Semarang, Wakil Katib PWNU Jateng


Opini Terbaru