Yaaqawiyyu Jatinom: Warisan Ulama, Perekat Umat, dan Syiar Islam Nusantara
Senin, 11 Agustus 2025 | 13:00 WIB
Moh. Zainal Abidin
Kolomnis
Di Jatinom, Klaten, setiap 19 Shafar suasana berubah menjadi lautan manusia. Warga dari berbagai daerah berkumpul untuk mengikuti Saparan Yaaqawiyyu tradisi sebar kue apem yang telah berlangsung lebih dari empat abad sejak masa Kyai Ageng Gribig.
Bukan sekadar pesta rakyat, Yaaqawiyyu adalah simbol dakwah dan kebersamaan. Kata Yaa Qowiyyu diambil dari salah satu Asmaul Husna (يَا قَوِيُّ) yang berarti Yang Maha Kuat, sedangkan apem dipercaya berasal dari bahasa Arab ‘affum (عَفْوٌ) yang bermakna ampunan.
Tradisi ini berawal ketika Kyai Ageng Gribig pulang dari ibadah haji, lalu membagikan apem kepada para santri dan warga sebagai oleh-oleh dakwah. Sejak itu, setiap 19 Shafar, masyarakat Jatinom menggelar kirab, zikir, tahlil, shalawat, dan puncaknya sebar apem kepada ribuan jamaah.
Landasan Syariat: Menghidupkan Syiar Allah
Allah swt berfirman:
ذَٰلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَائِرَ ٱللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى ٱلْقُلُوبِ
Artinya: "Demikianlah, dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati." (QS. Al-Hajj [22]: 32)
Imam al-Tabari menafsirkan bahwa mengagungkan syiar Allah mencakup memuliakan tanda-tanda yang mengingatkan manusia kepada-Nya, baik berupa ibadah maupun adat yang selaras dengan syariat (Imam al-Tabari, Jami‘ al-Bayan, [Kairo: Dar Hijr, 2001], juz 17, hal. 201).
Dalam Yaaqawiyyu, penyebaran apem bukan tujuan akhir, melainkan wasilah untuk menghadirkan masyarakat dalam kegiatan ibadah: zikir, doa, shalawat, dan silaturahmi.
Rasulullah saw bersabda:
Baca Juga
Syawalan Tradisi Unik di Kota Pekalongan
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
Artinya: "Barangsiapa menunjukkan kepada kebaikan, maka ia mendapat pahala seperti pahala pelakunya." (HR. Muslim, no. 2674)
Pandangan Ulama tentang Tradisi
Imam al-Syathibi menegaskan bahwa adat yang tidak bertentangan dengan syariat, dan justru membawa maslahat, termasuk dalam ‘urf shahih yang boleh diamalkan (Imam al-Syathibi, al-I‘tiṣam, [Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1997], juz 2, hal. 294).
Syaikh Nawawi bin Umar al-Bantani menjelaskan bahwa kebiasaan yang membawa kebaikan, mempererat persaudaraan, dan mengingatkan kepada Allah masuk kategori al-maslahah al-mursalah yang dibenarkan (Imam Nawawi, Nihayatuz Zain, [Mesir: Dar Ihya al-Kutub, tt.], hal. 112).
KH Hasyim Asy’ari pun menulis:
العَادَاتُ إِذَا احْتَوَتْ عَلَى مَصَالِحَ وَقُرْبَاتٍ وَلَمْ تُخَالِفِ النُّصُوصَ الشَّرْعِيَّةَ فَهِيَ مَشْرُوعَةٌ
Artinya: "Adat kebiasaan, jika mengandung maslahat dan mendekatkan diri kepada Allah serta tidak bertentangan dengan nash syar‘i, maka ia disyariatkan."
(Hadratus Syeikh Muhammad Hasyim Asy’ari, al-Tanbihat al-Wajibat, [Jombang: Maktabah Pesantren Tebuireng, 1419 H], hal. 21)
Maslahat dan Mafsadat
Maslahat:
1. Media dakwah kreatif: Mengajak masyarakat hadir dalam majelis zikir, shalawat, dan doa.
2. Pelestarian budaya Islam Nusantara: Menyatukan nilai keislaman dan kearifan lokal.
3. Penguatan ukhuwah: Mempertemukan ribuan orang lintas daerah dan ormas.
4. Peningkatan ekonomi lokal: Ribuan pengunjung memberi dampak ekonomi pada UMKM.
Mafsadat (jika tidak diatur):
1. Potensi keyakinan keliru bahwa apem memberi keberkahan khusus tanpa izin Allah.
2. Kericuhan akibat berebut apem, sehingga perlu sistem distribusi yang tertib.
3. Hura-hura berlebihan yang mengaburkan tujuan spiritual.
Fiqih: Apakah Bertentangan dengan Islam?
Kaedah fiqih menyebut:
الْعَادَةُ مُحَكَّمَةٌ
Artinya: "Kebiasaan itu bisa menjadi dasar hukum." (Imam al-Suyuthi, al-Asybah wa al-Nazhair, [Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1990], hal. 119)
Selama Yaaqawiyyu dilaksanakan dengan niat ibadah dan bebas dari unsur syirik atau maksiat, maka hukumnya mubah cenderung sunnah. Bahkan, jika menjadi sarana dakwah yang efektif, nilainya bisa menjadi maslahat muhaqqaqah (manfaat nyata) yang dianjurkan.
Relevansi di Zaman Sekarang
Ketika masyarakat menghadapi polarisasi sosial, tradisi seperti Yaaqawiyyu menjadi contoh wasathiyah (jalan tengah). Nilai kebersamaan, memohon ampun (‘affum), dan meminta kekuatan kepada Allah (Yaa Qowiyyu) sangat relevan untuk membangun harmoni bangsa.
Dengan manajemen yang baik, Yaaqawiyyu bisa menjadi wisata religi edukatif yang menguatkan akidah, melestarikan budaya, dan menggerakkan ekonomi. Ini sejalan dengan pesan Allah:
وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْبِرِّ وَٱلتَّقْوَىٰ وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْإِثْمِ وَٱلْعُدْوَٰنِ
Artinya: "Tolong-menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan." (QS. al-Maidah [5]: 2)
Saparan Yaaqawiyyu adalah warisan ulama yang memadukan nilai spiritual, sosial, dan kultural. Tugas kita adalah menjaga kemurniannya, memastikan tetap menjadi syiar dakwah, dan menghindarkannya dari unsur yang bertentangan dengan akidah.
Dengan demikian, ia akan terus menjadi perekat umat, benteng budaya Islam Nusantara, dan ladang pahala yang mengalir hingga akhir zaman.
Kesimpulanya, Tradisi Saparan Yaaqawiyyu di Jatinom yang dilaksanakan setiap 19 Shafar bukanlah sekadar pesta rakyat, melainkan warisan dakwah Kiai Ageng Gribig yang memuat nilai zikir, doa, shalawat, silaturahmi, dan sedekah. Selama dilaksanakan dengan niat ibadah, bebas dari keyakinan khurafat, serta dikelola secara tertib, tradisi ini tidak bertentangan dengan Islam.
Dari perspektif fiqih, ia termasuk ‘urf shahih yang membawa maslahat besar: memperkuat ukhuwah, melestarikan budaya Islam Nusantara, dan menggerakkan ekonomi lokal. Tantangannya adalah menjaga kemurnian makna dan tujuan spiritualnya, agar tidak bergeser menjadi sekadar hiburan atau perebutan simbolik.
Di tengah zaman yang sarat perpecahan, Yaaqawiyyu menjadi contoh wasathiyah: dakwah yang merangkul, menghidupkan syiar Allah, dan meneguhkan identitas Islam Nusantara.
Ustadz H Moh Zainal Abidin, Wakil Rais Syuriyah PCNU Surakarta, Pengajar PP Al-Muayyad Surakarta (SOLO)
Terpopuler
1
SMK Darul Amanah Bersinar di Jogja Fashion Week, Ning Nawal Dukung Tembus Pasar Global
2
Gus Ahmad Kafa Tegaskan Santri Adalah Takdir Terbaik Seorang Hamba
3
Pemkab Pati Batalkan Kenaikan Tarif PBB-P2, Masyarakat Terlanjur Bayar Akan Dikembalikan
4
Jelang Haul Akbar Al Fithrah Semarang 2025, Panitia Siapkan Layanan Lengkap dan Imbauan Lalu Lintas
5
Karang Taruna Dondong Bersama GP Ansor Gelar Shalawat Akbar Peringati HUT ke-80 RI
6
Aliansi Masyarakat Pati Bersatu Tetap Gelar Aksi Meski Kenaikan Pajak Dibekukan
Terkini
Lihat Semua