• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Selasa, 14 Mei 2024

Opini

Refleksi 68 Tahun IPPNU, Catatan Kecil Seorang Kader

Refleksi 68 Tahun IPPNU, Catatan Kecil Seorang Kader
Foto: Ilustrasi (nu online)
Foto: Ilustrasi (nu online)

Ikatan Pelajar Putri Nahdhatul Ulama (IPPNU) merupakan bagian dari 'anak' termuda organisasi Nahdhatul Ulama (NU) yang kini telah berusia 68 tahun. Melansir dari data Kongres IPPNU di Jakarta pada 2022 dalam laman NU Online, jumlah partisipan pimpinan wilayah ada 27, sedangkan pimpinan cabang sebanyak 319. Jumlah keseluruhan tersebut belum mencakup Pimpinan Anak Cabang (PAC) dan Pimpinan Ranting (PR) di seluruh Indonesia. 


Sejak beberapa tahun silam, IPPNU dikenal oleh masyarakat Indonesia melalui latar belakang pesantren atau pendidikan agama Islam. Dalam perkembangnnya, kini IPPNU telah 'lahir' dalam bentuk keahlian dan keterampilan. Dimulai dari perempuan atau yang biasa disebut dengan rekanita dengan kelihaiannya mengatur keuangan, teknologi informasi, berbisnis, membaca kitab kuning, mubalighah, dan masih banyak lainya. Hingga kini, wajah IPPNU dikenal oleh khalayak melalui media sosial dalam inisiasinya menggerakkan citra diri IPPNU yang sesungguhnya. 


Sebagai kader muda NU, di internal perlu memahami bahwa IPPNU dibangun, digerakkan, serta dijaga atas dasar keloyalitasan para kader terdahulu. Merekalah yang secara bergiliran mengisi dan memainkan peran penting dari zaman ke zaman. Menata bata demi bata hingga akhirnya dapat menjadi bangunan tinggi seperti sekarang ini. Sebagaimana salah satu 'ngendikan' pendiri NU KH Hasyim Asyari, “Siapa yang mau mengurusi NU, saya anggap santriku, siapa yang jadi santriku saya doakan husnul khatimah beserta anak dan cucunya.“


Proses kaderisasi yang berlangsung di IPPNU berjalan secara alamiah, sesuai dengan arahan pimpinan pusat yang tertuang dalam pedoman buku kaderisasi. Biasanya setiap pimpinan wilayah beserta cabang memiliki buku pedomannya tersendiri berdasarkan dengan kondisi regional masing-masing. Kemudian dalam hal ini, keduanya akan melakukan penafsiran buku kaderisasi pusat.   Lazimnya, para aktivis IPPNU berlatar belakang keluarga aktivis NU mulai dari orang tua, paman, ibu, atau kerabat dekat lainnya menjadi pengurus NU. Bahkan dalam obrolan kesehariannya, pembahasan terkait persoalan-persoalan NU secara tidak langsung membentuk kesadaran untuk memahami serta meneruskan perjuangan NU dengan segala dinamikanya. 


Tak dipungkiri, hal ini mendorong kita  untuk tergabung dalam organisasi IPPNU sekaligus menjadi wadah menyalurkan potensinya. Wadah ini yang kemudian membentuk watak dan menggerakkan secara lebih formal kiprah para generasi muda NU dan pilihan-pilihan bidang yang ingin mereka tekuni sesuai dengan minat dan keahliannya. 


Pada organisasi IPPNU sendiri memiliki tiga jenjang pengkaderan formal yang meliputi Masa Kesetiaan Anggota (Makesta), Latihan Kader Muda (Lakmud), dan Latihan Kader Utama (Lakut). Badan otonom lain juga memiliki mekanisme berbeda dalam pengkaderannya. Tantangan yang di hadapi IPPNU saat ini bukan lagi terpaku pada persoalan pencarian kader. Akan tetapi, lebih pada pengelolaan para kader IPPNU agar mampu memberikan kontribusi secara efektif dan efisien kepada IPPNU. Di satu sisi, tidak sedikit orang memiliki cita-cita berkontribusi di dalam IPPNU sesuai dengan keahlian yang dimiliki, namun sebagian dari mereka pula kurang memahami mekanismenya. Sementara, IPPNU membutuhkan orang-orang dengan spesifikasi tertentu, justru kewalahan menemukan orang yang sesuai. 


Persoalan semacam ini pernah dialami oleh salah satu teman penulis dalam menjalankan roda organisasi di desanya. Ada satu masa ketika IPPNU di ranting (desa) kesulitan mencari kader untuk menjadi pengurus, ketua, pengelola media, dan posisi lainnya, sampai akhirnya dapat memanfaatkan media sosial melalui ‘rekruitmen anggota baru’ untuk mempertemukan dengan para kader IPPNU yang kompetensinya linear dengan kebutuhan organisasi. 


Hal lain adalah alokasi waktu yang diberikan oleh tiap orang tidaklah sama, sebab perbedaan tanggungan dari masing-masing pribadi. Ada kelompok yang memang masuk kategori 'gila IPPNU' dan mengabdikan seluruh hidupnya untuk IPPNU. Biasanya mereka berada di jajaran para ketua ataupun aktivis militan yang setiap saat bersentuhan dengan berbagai persoalan organisasi. Namun, ada pula orang-orang yang hanya bisa berkontribusi beberapa jam dalam seminggu atau bahkan hanya pada momen-momen tertentu saja.


Untuk itu perlunya kontribusi orang-orang dalam melayani serta mengelola kelompok besar ini supaya sejalan dengan hasil yang maksimal. Apabila respons yang diberikan lamban, kurang ramahnya pelayanan, pekerjaan tumpang tindih, maka para 'relawan' ini akan enggan berkontribusi kembali. Adanya potensi relawan-relawan baru kini semakin banyak seiring dengan masifnya kemajuan teknologi yang mampu menghubungkan dari berbagai ruang. Pekerjaan-pekerjaan tertentu tidak lagi harus dilakukan dari kantor. Melainkan menjadi lebih fleksibel dan terpenting ialah koordinasi. Sebagaimana amanat visi besar oleh para pendiri IPPNU, yakni memerlukan kerja besar yang harus dilakukan oleh banyak orang dan memerlukan durasi waktu yang panjang. 


Para aktivis IPPNU dari zaman ke zaman telah memberikan kontribusinya, dan sebagian besar telah kembali kepada Allah Yang Maha Kuasa. Poin penting adalah bagaimana mempersiapkan kader-kader baru untuk meneruskan dan merawat capaian sebelumnya. Tanpa adanya kontinyuitas, maka kerja besar tersebut akan berakhir rusak. Selama masih terdapat kader yang turut menggerakkan IPPNU, maka akan terus dapat menjalankan perannya kepada umat dan bangsa. Melalui visi yang dimiliki IPPNU, membuat dominan orang tertarik dan tergerak memberikan kontribusinya dalam rangka membantu mencapai tujuan jangka panjang. Dengan demikian, tata kelola yang baik akan berujung pada hasil maksimal.


Selamat Hari Lahir ke-68 IPPNU, semoga semakin dapat berkontribusi untuk perempuan muda NU, masyarakat, bangsa, dan NKRI. Wallahu a'lam bis shawab


Masruroh Annur, Ketua Pimpinan Komisariat (PK) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) UIN Walisongo Semarang


Opini Terbaru