• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Kamis, 9 Mei 2024

Opini

Kepemimpinan Visioner Kuatkan Marwah Organisasi

Kepemimpinan Visioner Kuatkan Marwah Organisasi
Foto: kepemimpinan visionel (Ilustrasi) (id.scribd.com)
Foto: kepemimpinan visionel (Ilustrasi) (id.scribd.com)

Manusia sebagai individu dan makhluk sosial yang hidup berinteraksi dengan yang lainnya, sudah barang tentu tidak bisa terlepaskan dengan yang namanya 'kepemimpinan'. Baik kepemimpinan yang kaitan dengan memimpin diri sendiri ataupun kepemimpinan pada suatu kelompok atau organisasi. Kepemimpinan yang akan saya ulas yaitu tentang kepemimpinan visioner yang bisa menguatkan marwah organisasi. Tentu kita sering menyebut atau mendengar kata imam, lalu apakah imam berarti pemimpin ? berikut penjelasannya.

 

Kepemimpinan dalam bahasa Inggris disebut sebagai leadership sedangkan dalam bahasa arab disebut ziamah atau imamah. Dan dalam terminologi yang dikemukakan oleh Marifield dan Hamzah, kepemimpinan adalah suatu upaya yang bersaangkutan dengan menstimulasi, memobilisasi, mengarahkan, mengkoordinasi motif-motif, dan peran kesetiaan orang-orang yang terlibat dalam mewujudkan usaha secara bersama-sama. 

 

Di dalam Al-Qur’an Allah SWT bahwasanya telah menerangkan setiap individu manusia diberikan tugas oleh Allah SWT menjadi khalifah fil ardl, artinya pemimpin di muka bumi, Allah SWT berfirman: 

 

يٰدَاوٗدُ اِنَّا جَعَلْنٰكَ خَلِيْفَةً فِى الْاَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوٰى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَضِلُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيْدٌ ۢبِمَا نَسُوْا يَوْمَ الْحِسَابِ

 

Artinya: Sesungguhnya engkau kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah SWT. (QS Shad : 26)

 

Dalam berorganisasi kita tentu membutuhkan seorang pemimpin yang mempunyai jiwa visioner yang tinggi dan mampu menciptakan visi dan tujuan yang jelas berkenaan dengan pemahaman tentang masa depan yang lebih maju, mantap dan dengan dibarengi usaha-usaha dalam peningkatan mutu yang lebih terarah. Parameter seorang pemimpin yang visioner biasanya cederung berpikir kreatif, inovatif, dan mempunyai gagasan masa depan yang bisa menjadi acuan bagi bawahannya guna menciptakan organisasi maju yang dipimpinnya. 

 

Pada tipe kepemimpinan visioner atau visionary leadership, seorang pimpinan mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam menciptakan, merumuskan, mengkomunikasikan, mensosialisasikan, mentrasformasikan, dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya dan mampu mengkomunikasikan dengan baik kepada para anggotanya, sehingga akan tumbuh interaksi sosial dengan anggota organisasi yang lainnya. Dengan demikian, hasilnya akan bisa ketahui bersama bahwa seorang pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang visioner nantinya mampu menguatkan marwah kuatnya sebuah organisasi. 

 

Dalam khasanah sosiologi Islam, Ibnu Khaldun dikenal sebagai peletak dasar teori solidaritas masyarakat atau dikenal dengan teori Ashabiyat. Pada teori ini merupakan pengejawantahan dari teori harmoni kal jasadil wahid dalam ajaran Islam, yang menggambarkan kelaziman saling melindungi dan mengembangkan potensi serta saling mengisi dan membantu antarsesama. Melalui teori ini seperti, kehidupan komunitas muslim dengan kal bunyan yasuddu ba’duha ba’dha bagaikan sebuah bangunan, antara elemen bangunan yang satu dengan yang lainnya saling memperkokoh dan memperkuat teori ashabiyat. 

 

Serta menurut Habib Quraish Shihab, imam dan khalifah meruapakan dua istilah yang digunakan dalam Al-Qur’an untuk menunjuk pemimpin. Kata imam diambil dari kata amma-ya’ummu, yang berarti menuju dan meneladani. Kata khalifah berakar dari kata khalafa yang pada mulanya berarti 'di belakang'. Kata khalifah sering diartikan 'pengganti' karena yang menggantikan selalu berada di belakang atau datang sesudah yang digantikannya. 

 

Dari kedua argumen tokoh di atas dapat kita pahami bahwa kepemimpinan visioner bukan hanya melulu baik dan lugas dalam memimpin bawahannya. Akan tetapi selain itu, juga harus mempunyai totalitas dan loyalitas, seorang pemimpin visioner juga dipastikan harus mampu berlaku adil, artinya pemimpin yang selalu mengutamakan rakyatnya dan bawahannya ketimbang harus menguntungkan diri sendiri atau kelompoknya. Pemimpin visioner juga harus memiliki ubudiyah yang bagus serta mendirikan shalat dan zakat. 

 

Hal ini sesuai dengan surat Al-Anbiya Ayat 73. Allah SWT berfirman, 

 

وَجَعَلْنٰهُمْ اَىِٕمَّةً يَّهْدُوْنَ بِاَمْرِنَا وَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرٰتِ وَاِقَامَ الصَّلٰوةِ وَاِيْتَاۤءَ الزَّكٰوةِۚ وَكَانُوْا لَنَا عٰبِدِيْنَ ۙ - ٧٣

 

Artinya: Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan, melaksanakan salat dan menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka menyembah. (QS. Al-Anbiya: 73). 

 

Berdasarkan tafsiran Kemenag RI ayat di atas menerangkan bahwa sosok pemimpin harus menjadi imam atau pemimpin umat yang mengajak orang untuk menerima dan melaksanakan agama Allah, dan mengajak kepada perbuatan-perbuatan yang baik dan bermanfaat, berdasarkan perintah dan izin Allah.

 

Kepemimpinan dalam Islam digambarkan oleh sosok Nabi Muhammad SAW, beliau selain menjadi utusan Allah SWT, juga merupakan sosok kepala negara dan kepala rumah tangga yang hebat dan luar biasa. Sosok kharismatik pada diri beliau telah membuat banyak orang tertarik untuk masuk Islam. Tidak hanya itu, beliau juga memberikan pengaruh yang cukup besar kepada para pengikutnya sehingga para pengikutnya yang tadinya memerangi Islam justru berbalik menjadi pembela dan pejuang Islam.

 

Sosok kepribadian dan kepimpinan Rosulullah SAW dalam pimpinannya sangat identik dengan cara Nabi Muhammad SAW menjadi kepala negara dan pemimpin umat Islam. Kepemimpinan beliau merupakan bagian yang berperan penting dalam membangun peradaban Islam, hingga pada akhirnya Islam dapat diterima oleh bangsa arab. Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai pribadi yang memiliki sifat jujur, amanah, cerdas, dan tabligh. Beliau selama hidupnya tidak pernah dusta dan beliau juga merupakan sosok yang cerdas dan ahli menyusun strategi. Hal itu dapat dibuktikan oleh sejarah nabawiyah yang menggambarkan kecerdasan Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi musuh ketika berperang. Perilaku-perilaku kepemimpinan tersebut menjadi hal yang patut diteladani oleh seluruh pemimpin yang ada setelahnya. 

 

Semoga dari beberapa uraian singkat di atas, dapat menambah kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW yang sudah mewariskan suri tauladan bagi kita semua, Khususnya dalam hal kepemimpinan. Dan kita semua menjadi pemimpin untuk dirinya sendiri yang kelak di hari akhir akan di mintai pertanggungjawaban terhadap perilaku, perbuatan yang sudah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari di hadapan Allah SWT. Dan semoga dalam dunia Islam, akan terus melahirkan pemimpin yang jujur, amanah, fathanah, tabligh supaya bisa menjadikan umat dan para pengikutnya menjadi aman tentram dan damai. Wallahu a’lam bissawab 

 

 

A'isy Hanif Firdaus, mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Walisongo Semarang, Sekretaris Umum IKAF Babakan-Tegal, Sekretaris PR IPNU Dukuh Kedawon, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Lembaga Pers dan penerbitan PAC IPNU Larangan 


Opini Terbaru