• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Sabtu, 18 Mei 2024

Opini

Jalan Dakwah melalui Tembang

Jalan Dakwah melalui Tembang
Foto: Ilustrasi
Foto: Ilustrasi

Indonesia sebagai negara yang berpedoman pada Bhinneka Tunggal Ika, sudah barang tentu memiliki banyak keanekaragaman bahasa dan budaya serta ragam kesenian lokal yang ada dan melekat di daerah setempat sehingga menjadikan banyak daerah di negara Indonesia mempunyai lagu daerah dengan menggunakan bahasa daerah yang sangat khas dan dialeknya yang cukup unik. Khususnya di Jawa Tengah, ada lagu daerah yang cukup terkenal yaitu gambang suling, suwe ora jamu, gundul-gundul pacul, lir ilir, cublek cublek suweng, dan lagu daerah di berbagai daerah Indonesia lainnya, seperti apuse dari Papua, sipatokaan dari Sulawesi Utara, bubuy bulan dari Jawa Barat, ampar-ampar pisang dari Kalimantan Selatan, dan tentunya masih banyak lagi, lagu daerah yang bisa kita ketahui untuk bisa kita lestarikan bersama. 

 

Secara sederhana lagu merupakan gubahan seni nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan gubahan musik yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan. Dan ragam nada atau suara yang berirama disebut juga dengan lagu. Lagu dapat dinyanyikan secara solo, berdua, bertiga, atau beramai-ramai (kelompok) dan biasa disebut sebagai paduan suara (koor).  

 

Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak, dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah sesuai dengan garis aqidah, syariat, dan akhlak Islam. Dari kedua pengertian di atas maka dapat menjadi sebuah kombinasi yang sangat elaborative karenanya mampu menjadikan dakwah dan tembang atau lagu dapat bersatu. 

 

Zaman dahulu saat sebelum datangnya Islam di Nusantara, para penyebar Islam di tanah Jawa (Walisongo) menggunakan lagu-lagu daerah sebagai sarana metode dakwah untuk mengajak orang yang belum mengenal Islam secara lebih mendalam. Tentu metode dakwah dengan menggunakan lagu daerah dan di iringi alat musik tradisional itu dipilih karena lagu dan iringan alat musik bisa menentramkan pikiran kita dan membuat hati kita lebih tenang. Melalui lagu-lagu seperti cublek-cublek suweng, lir-ilir, dan lagu daerah lainnya para Walisongo dalam hal ini melalui Sunan Kalijaga berdakwah menggunakan wayang, gamelan, dan seni suara tembang sebagai sarana dakwah. Beberapa lagu suluk ciptaannya yang sangat terkenal adalah Lir ilir dan gundul-gundul Pacul. Selain berdakwah menggunakan lagu daerah, Sunan Kalijaga juga merupakan tokoh penggagas adanya baju takwa (baju muslim), perayaan sekaten, grebeg maulid, dan beberapa pementasan lakon cawangan layang kalimasada dan Petruk Dadi Ratu. 

 

Berkat usaha itulah kemudian banyak orang yang berbondong-bondong memeluk ajaran agama Islam. Tentu, dakwah dengan perpaduan tembang di zaman sekarang sudah banyak yang mempraktikkan. Beberapa ulama atau mubaligh yang sedang menyampaikan ceramah keagamaannya sering menyelingi tembang shalawat di tengah-tengah ceramahnya dengan diiringi alat rebana dan lain sebagainya sebagai bentuk upaya melestarikan budaya peninggalan dakwah para Walisongo. 

 

Berdakwah bukan kewajiban yang diperintahkan oleh para ulama, kiai, atau siapapun. Akan tetapi merupakan perintah dari Allah SWT dan Utusan-Nya yakni Nabi Muhammad SAW yang secara langsung kepada setiap individu muslim. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT :

 

يٰبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلٰوةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلٰى مَآ اَصَابَكَۗ اِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ - ١٧

 

Artinya: Wahai anakku! laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting. (QS Luqman: 17)

 

Senada dengan hal di atas di dalam surat Ali Imran juga di terangkan bahwa dakwah secara sederhana menjadi landasan kewajiban setiap orang Islam, baik laik-laki maupun perempuan untuk berdakwah. Allah SWT berfirman:


 
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ - ١٠٤

 

Artinya: Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS Ali Imran : 104). 

 

Dengan demikian dapat kita pahami bersama bahwa berdasarkan tafsir Kemenag RI, Allah memerintahkan orang mukmin agar mengajak manusia kepada kebaikan, menyuruh perbuatan makruf, dan mencegah perbuatan mungkar. Dan hendaklah di antara kamu, orang mukmin, ada segolongan orang yang secara terus-menerus menyeru kepada kebajikan yaitu petunjuk-petunjuk Allah, menyuruh (berbuat) yang makruf yaitu akhlak, perilaku, dan nilai-nilai luhur dan adat istiadat yang berkembang di masyarakat yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama, dan mencegah dari yang mungkar, yaitu sesuatu yang dipandang buruk dan diingkari oleh akal sehat. Sungguh mereka yang menjalankan ketiga hal tersebut mempunyai kedudukan tinggi di hadapan Allah dan mereka itulah orang-orang yang beruntung karena mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat.

 

Tentu tugas kita sebagai generasi muda Indonesia supaya mampu melestarikan beberapa hal terkait kebudayaan yang sudah diwariskan oleh leluhur nenek moyang dan para Walisongo yang sudah menjadi sebuah warisan yang patut kita pertahankan hingga anak cucu dan generasi-generasi kita berikutnya. Sehingga kebudayaan kita miliki ini tidak serta merta terjajah oleh berbagai budaya dari luar yang kian merajalela dan hampir menguasai mindset dan pola laku kita di setiap hari. Wallahu a’lam bisshawab

 

 

A’isy Hanif Firdaus, mahasiswa Ilmu Al-Qur’an & Tafsir UIN Walisongo Semarang, Sekretaris Umum Ikatan Keluarga Al-Fajar Babakan-Tegal, Sekretaris PR IPNU Dukuh Kedawon, Kecamatan Larangan, Kab. Brebes  


Opini Terbaru