• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 29 Maret 2024

Opini

HAUL GUS DUR 2021

Gus Dur Seorang Penulis Produktif

Gus Dur Seorang Penulis Produktif
KH Abdurrahman Wahid (nu online)
KH Abdurrahman Wahid (nu online)

Gus Dur adalah salah satu ulama Indonesia dan sekaligus Presiden Indonesia keempat yang cukup produktif dalam menghasilkan karya tulis. Hingga wafatnya tercatat ada 17 buku yang berhasil beliau buat, belum lagi kaya tulis lain yang beliau buat dalam bentuk jurnal dan lain sebagainya.


Sekalipun demikian 12 Tahun telah berselang, beberapa gagasan dan pemikiran Gus Dur tetap dikenang dan senantiasa relevan untuk menjawab persoalan zaman dan senantiasa dikenang sepanjang masa. Konsistensi perjuangan dan keberanian Presiden ke-4 Indonesia ini dalam menegakkan kebenaran menjadi salah satu faktor pemikirannya selalu menginspirasi seluruh masyarakat.


Kesejukan dalam mengurai berbagai masalah yang ada juga selalu dicontoh sebagai landasan berperilaku masyarakat. Tidak mudah dan membutuhkan pengorbanan saat Gus Dur harus menyelesaikan masalah yang selalu muncul dari masa ke masa. Penentu kesuksesannya adalah dengan landasan yang bersih dan benar. Menapaktilasi jejak Gus Dur bisa dengan membaca karya tulis dan mendengarkan pidatonya.      


Gus Dur, sosoknya sebagai kiai, tokoh politisi, dan juga akademisi. Hal ini terlihat dari sejumlah karyanya yang memiliki visi dan berbobot. Selain itu, Gus Dur adalah seorang humanis dan nasionalis yang begitu mencintai rakyatnya tanpa membeda-bedakan agama, suku, dan latar belakangnya. Gus Dur membuat keislaman menjadi begitu indah dan dicintai, bahkan oleh umat lain. Nilai humanisme (humaniterian islam) ini tidak lain dalam rangka mewujudkan nasionalisme dan kemanusiaan yang berkeadilan sosial. Dan disaat situasi kebangsaan Indonesia yang penuh dengan kekisruhan, kini banyak orang merasa sangat rindu dengan Gus Dur, dengan rangkulan humanismenya dan rasa humornya.


Menelusuri alur pemikiran Gus Dur merupakan kerja ilmiah tersendiri. Pasalnya, tokoh yang satu ini selain melintas, bermain, dan terlibat langsung dalam pelbagai diskursus, kini ia telah menjadi sebuah diskursus itu sendiri. Banyak jalan yang bisa dipakai untuk memahami kompleksitas tingkah laku politik dan gaya unik aktifitas Gus Dur lainnya. Di samping menengok historisitas perjalanan hidup Gus Dur, hal paling lumrah dan jamak dilakukan peneliti adalah membaca akar epistemologis dan jalan pikirannya melalui uraian-uraian tertulis yang tersebar dalam bermacam bentuk tulisan. Mengingat, Gus Dur sendiri terkenal sebagai penulis produktif bercakupan luas yang turut menyesaki ruang media nasional.


Salah satu kecerdasan Gus Dur adalah keinginannya untuk selalu mencari dataran-dataran baru yang bisa menjadi titik temu bagi berbagai perbedaan. Tetapi titik temu yang dimaksud bukanlah sesuatu yang final. Ia hanya sebagai sebuah tempat untuk titik tolak yang darinya dapat diupayakan jawaban-jawaban baru yang lebih kreatif.                   


KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) adalah salah satu dari segelintir orang itu. Hingga kini, lama setelah wafatnya, gagasan dan pemikirannya tetap diperbincangkan dan dipikirkan. Mengapa Gus Dur menjadi sedemikian kuat pengaruhnya? Jawabannya bisa sangat kompleks dan beragam. Salah satunya adalah karena dia tidak hanya orang yang bicara dan menuangkan gagasan dalam tulisan, namun juga bekerja memperjuangkan apa yang ia pikirkan.


Sejarah atau biografinya dengan terang benderang menerangkan perjalanan hidupnya yang penuh dengan pelaksanaan kata-kata. Mulai dari mengajar di pesantren, mengurus dan merawat organisasi NU, hingga menjadi politikus dan presiden. Basis pemikiran dan tindakan Gus Dur yang membuatnya menjadi orang besar tentu berpijak pada pondasi nilai tertentu.       


Paling tidak, dengan membaca Gus Dur disarikan dari berbagai perjumpaan, kesaksian, tindakan, dan tentu saja beragam percikan pemikiran Gus Dur yang tersebar di berbagai tempat dan ingatan, kita bisa menemukan nilai utama pikiran dan tindakan Gus Dur. Nilai-nilai itu adalah ketauhidan, kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, pembebasan, kesederhanaan, persaudaraan, kesantriaan, dan kearifan lokal. Sembilan nilai itulah yang kemudian menjadi panduan bagi para Gusdurian, murid-murid dan pengagum Gus Dur yang bertekad untuk meneruskan garis pemikiran dan perjuangannya.


Berikut ini adalah daftar buku kaya Gus Dur yang hingga kini dapat dinikmati pembaca:

  • Bunga Rampai Pesantren (Darma Bahkti, 1979)
  • Muslim di Tengah Pergumulan (Leppenas, 1981)
  • Kiai Nyentrik Membela Pemerintah (Yogyakarta: LKiS, 1997)
  • Tabayyun Gus Dur (Yogyakarta: LKiS, 1998)
  • Islam Tanpa Kekerasan, LkiS, Jogjakarta, 1998.
  • Tuhan Tidak Perlu Dibela (Yogyakarta: LKiS, 1999)
  • Membangun Demokrasi (Remaja Rosda Karya, 1999)
  • Gus Dur Menjawab Perubahan Zaman, Kompas, Jakarta, 1999.
  • Islam, Negara, dan Demokrasi, Erlangga, Jakarta, 1999.
  • Mengurai Hubungan Agama dan Negara, Grasindo, Jakarta, 1999.
  • Tuhan Tidak Perlu Dibela, LkiS, Jogjakarta, 1999.
  • Gila Gus Dur, LkiS, Jogjakarta. 2000.
  • Menggerakkan Tradisi, Esai-Esai Pesantren, LkiS, Jogjakrta, 2001.
  • Pergulatan Negara, Agama, dan Kebudayaan (Desantara, 2001)
  • Gus Dur Bertutur, 2005.
  • Islamku, Islam Anda, Islam Kita: Agama, Masyarakat, Negara, Demokrasi, Wahid Institute, 2006.
  • Islam Kosmopolitan: Nilai-Nilai Indonesia dan Transformasi Kebudayaan, 2007.

                                          

Tidak hanya buku, artikel, ulasan di majalah serta pidato dalam bentuk audio visual semua terdokumentasikan dengan baik di Yayasan Bani KH Abdurrahman Wahid - Jl Taman Amir Hamzah No 8 - Jakarta 10320 - Indonesia.  Selain itu, untuk untuk membaca lengkap mengenai pemikiran dan tulisan Gus Dur, sejak 2008 telah dibuat web : www.gusdur.net.            


Menurut Alissa Wahid, situs ini dijadikan media penyampaian gagasan Gus Dur secara utuh. Berbagai komentarnya, yang dipandang kontroversial, selama ini muncul karena kutipan pers secara sepotong-sepotong, sehingga kurang dipahami masyarakat. "Mudah-mudahan, dengan situs ini, tak ada lagi plintiran pers," kata Alissa. 


Selain itu, target utama adalah supaya masyarakat luas bisa mengakses untuk mendapatkan pemikiran-pemikiran bekas ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ini soal berbagai persoalan. "Mulai dari demokrasi, humanisme, agama, dan dunia seni," ujar perempuan yang akrab disapa Lisa ini.


Sebenarnya Alissa menambahkan, homepage buat menyampaikan gagasan bekas ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ini sudah dibangun sejak Gus Dur masih menjabat sebagai kepala negara. Namun karena sibuk, peluncuran situs dengan nama www.gusdur.net terpaksa ditunda. "Bapak dulu masih sibuk mengikuti perkembangan politik di Tanah Air," kata Lisa.


Berbagai fitur ditampilkan dalam www.gusdur.net. Di antaranya berita seputar aktivitas dan ide-ide Gus Dur, berbagai tulisan Gus Dur, biografi, anekdot dan joke yang selama ini sering dilontarkan bekas pemimpin kaum nahdliyin ini, kolom artikel para pakar, galery foto, dan sejumlah artikel berbahasa Inggris. Situs ini juga menyediakan fasilitas interaktif yang dapat digunakan masyarakat untuk berdialog langsung dengan dirinya.               


Selain buku yang membahas khusus tentang Gus Dur dan terdokumentasi, diresensi dan didiskusikan dalam laman khusus pembaca buku, www.goodreads.com. Sementara jika kita mencarinya di mesin pencari Google, terdapat lebih dari sejuta ulasan tentang buku berbau Gus Dur.                                    


Belum lagi skripsi, tesis, dan disertasi yang ditulis jutaan Mahasiswa Indonesia, bahkan dari berbagai negara lain, yang membahas pemikiran Gus Dur. Puteri Gus Dur, Alissa Wahid, yang kini aktif mengelola lembaga The Wahid Institut (WI) dan Yayasan Bani Abdurrahman Wahid, mengakui pihaknya kerap menerima sejumlah penulis yang berdiskusi tentang buku mengenai Gus Dur yang telah atau hendak diterbitkan.


"Kalau buku yang ditulis Gus Dur, ada sekitar tiga puluhan. Tapi kalau buku yang mengulas tentang beliau, belum terdokumentasikan seluruhnya di perpustakaan Wahid Institute," kata Alissa.


Ia mengaku bersyukur, sang ayah kini menjadi inspirasi banyak orang. Ia juga berharap semangat kebangsaan dan kasih sayang Gus Dur tetap lestari dan diejawantahkan oleh generasi muda Indonesia. Karenanya, keberadaan Wahid Institute dan Yayasan Abdurrahman Wahid yang dipimpinnya kini, berupaya untuk tetap melakukan kajian tentang keagamaan dan keindonesiaan. Bersyukurnya lagi, kata Alissa, para pengagum Gus Dur dengan sukarela membentuk lembaga informal bernama Gusdurian.


"Diskusi rutin digelar secara terbuka di kantor Wahid Institute. Di daerah-daerah, para Gusdurian juga rajin menggelar diskusi tentang pemikiran Gus Dur," ujarnya.



Aji Setiawan, demisioner Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat KH Wachid Hasyim UII Jogjakarta.


Opini Terbaru