• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 19 April 2024

Opini

HAUL GUS DUR 2021

Mengungkap Kewalian Gus Dur dalam Tulisan Perdana Ketua Umum PBNU

Mengungkap Kewalian Gus Dur dalam Tulisan Perdana Ketua Umum PBNU
Foto: Ilustrasi
Foto: Ilustrasi

Tiga hari setelah Gus Yahya terpilih sebagai ketua Umum PBNU dalam Muktamar ke-34 Nahdkatul Ulama di Lampung NU Online Jateng memuat tulisan  Gus Yahya berjudul 'Sekelumit Kisah Kasih Sayang Gus Dur'


Melalui tulisan perdana usai terpilih sebagai Ketua Umum PBNU itu seolah Gus Yahya ingin mengabarkan kepada kita bahwa terpilihnya beliau sebagai Ketua Umum PBNU adalah jawaban atas sikap dan perlakuan Gus Dur pada dirinya yang pernah mencegah menjadi anggota DPR meskipun sebenarnya Gus Yahya secara urut kacang punya hak atas Pergantian Antar Waktu (PAW) itu.


Gus Dur nampaknya mempunyai pembacaan tersendiri terhadap masa depan putra almaghfurlah KH Cholil Bisri. 'Weruh sakdurunge Winarah' (mengetahui sebelum kejadian) adalah kemampuan yang dimiliki oleh orang yang memiliki maqam khusus sekelas waliyullah.

 

Baca Juga:

Sekelumit Kisah Kasih Sayang Gus Dur Sumber: https://jateng.nu.or.id/opini/sekelumit-kisah-kasih-sayang-gus-dur-KsSnZ



Dalam tulisan itu Gus Yahya mengisahkan dirinya yang mempunyai hak atas PAW anggota DPR Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan diangkatnya Alwi Shihab menjadi Menteri Luar Negeri namun Gus Dur justru memberikan kepada orang lain. Demikian juga saat H Matori Abdul Jalil diangkat menjadi Menteri Pertahanan, ada kursi kosong yang mestinya menjadi haknya. Lagi-lagi Gus Dur tidak memberikan PAW kepada Gus Yahya. Melalui ayahandanya KH Cholil Bisri Gus Dur memberi alasan punya rencana lain untuk Gus Yahya. Puncak kekesalan Gus Yahya Kepada Gus Dur terjadi ketika Pemilu 2004 dirinya dipasang sebagai Caleg PKB di Daerah Pemilihan (Dapil) Kalimantan Timur yang menurutnya pemilihnya hanya segelintir orang.


Kekesalan Gus Yahya kepada Gus Dur tentu sangat manusiawi, namun demikian seiring dengan perjalanan waktu dan perenungan diri yang dilakukan, Gus Yahya bisa menemukan hikmah di balik itu semua. Banyaknya anggota DPR yang rontok di tangan Polisi maupan KPK seakan telah menyadarkan dirinya tidak semua pejabat atau anggota DPR bisa selamat dari jeratan korupsi yang sudah tersistem dan menggurita.


Demikian juga Gus Dur tidak memberikan alasan yang jelas dan tidak mau 'Nggege Mongso' membocorkan pembacaannya terhadap masa depan Gus Yahya. Bahkan rahasia itu dibawanya sampai beliau wafat. Yang ia lakukan hanya memberikan proteksi terhadap Gus Yahya untuk tidak menjadi anggota DPR agar terhindar dari kemungkinan nasib buruk manakala menjadi anggota DPR. Pelarangan itu nampaknya juga bentuk kasih sayangnya kepada calon penerusnya kelak yang akan memimpin PBNU di awal abad 2 sekaligus Ketua Umum PBNU pertama dari Jawa Tengah sejak NU didirikan pada 31 Januari 1926.


Gus Dur nampaknya juga membiarkan cucu almaghfurlah KH Bisri Mustofa itu menemukan jawaban sendiri atas sikap dan keputusannya melarang Gus Yahya menjadi anggota DPR. Jawaban itu diperoleh Gus Yahya dalam rentang waktu puluhan tahun dan pada Muktamar ke-34 NU di Lampung yang merupakan muktamar terakhir abad pertama NU Gus Yahya terpilih menjadi Ketua Umum PBNU.


Tulisan pertama Ketua Umum PBNU itu kini telah menambah jumlah daftar kisah-kisah Gus Dur sebelumnya yang mengindikasikan kewalian Gus Dur. Semoga upaya menghadirkan Gur Dur dalam muktamar kemarin dapat terwujud dengan terpilihnya Gus Yahya sebagai Ketua Umum PBNU. Tulisan ini juga dimaksud ikut mengenang Gur Dur dalam haulnya di akhir bulan Desember yang diidentikan dengan bulan Gus Dur. Wallahu'alam bis shawab. Lahul fatihah untuk Gus Dur.



Fahrojii, Kontributor NU Online Jateng, Wakil Sekretaris PCNU Kendal 2012-2017 


Opini Terbaru