Khutbah

Khutbah Jumat: Meneladani Kasih Sayang Rasulullah Saw

Kamis, 3 Oktober 2024 | 12:00 WIB

Khutbah Jumat: Meneladani Kasih Sayang Rasulullah Saw

Ilustrasi (Foto:NU Online)

Rasulullah saw dikenal sebagai teladan utama dalam menunjukkan kasih sayang yang tulus kepada seluruh makhluk. Sebagai nabi yang diutus untuk membawa rahmat bagi alam semesta, setiap tindakan dan tutur kata beliau mencerminkan kelembutan hati serta cinta kasih yang melampaui batas-batas suku, ras, dan agama. Melalui teladan kasih sayangnya, Rasulullah saw mengajarkan kepada umat manusia tentang pentingnya saling menghargai, mengasihi, dan menjaga keharmonisan dalam kehidupan sosial. 


Khutbah Jum’at kali ini berjudul “Meneladani Kasih Sayang Rasulullah Saw” Semoga bermanfaat! Untuk mendowload teks khutbah klik judul di atas!


Khutbah I 


الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ، وَأَنْزَلَ كِتَابَهُ هُدًى لِلْمُتَّقْيْنَ
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، إِلهُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْآخِرِيْنَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ
سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَاتَمُ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ.

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِينَ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ أَمَّا بَعْدُ : فَيَا عِبَادَ الله ، أَوْصِيْكُم وَ نَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ
وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي القُرْآنِ الْكَرِيمِ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا
تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللَّهُ الْعَظِيْمِ.
وقال تعالى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطع الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا


Jamaah Jum’ah rahimakumullah, 


Marilah kita tingkatkan Iman dan takwa kita kepada Allah swt, yaitu dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta berbuat baik kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya. Marilah kita mengevaluasi diri, apakah keimanan dan ketakwaan kita saat ini sudah lebih baik dari hari-hari yang lalu? Karena keimanan dan ketakwaan adalah bekal kita dalam mengarungi kehidupan ini, agar kita selalu mendapatkan ketenangan dan keberkahan, serta kebahagiaan baik di dunia, maupun di akhirat. 


Jamaah Jum’ah rahimakumullah, 


Nabi kita, Sayyiduna Muhammad saw adalah seorang mursyid sejati yang membimbing umat manusia. Beliaulah sebaik-baik teladan dalam mengarungi kehidupan ini. Beliaulah pelita dalam kegelapan dan rembulan yang bercahaya di tengah gelapnya malam. Allah swt berfirman:


وَّدَاعِيًا اِلَى اللّٰهِ بِاِذْنِهٖ وَسِرَاجًا مُّنِيْرًا ۝٤٦ يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ اِنَّآ اَرْسَلْنٰكَ شَاهِدًا وَّمُبَشِّرًا وَّنَذِيْرًاۙ ۝٤٥


"Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi, dan pembawa kabar gemgira serta pemberi peringatan. Dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi." (QS. Al-Ahzab ayat 45-46).


Dialah purnama yang memencarkan belas kasih, menebar cahaya kasih sayang ke segala penjuru. Dalam jiwa raganya tersimpan rasa kasih sayang. Allah swt telah menyanjungnya dalam firman-Nya:


وَمَا أَرْسَلْنَكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَلَمِينَ


"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. " (QS. Al-Anbiya ayat 107). 


Rasulullah saw menyampaikan dalam sabdanya :


إِنَّمَا أَنَا رَحْمَةٌ مُهْدَاةٌ


"Aku ini hanya rahmat yang dikaruniakan dan dihadiahkan." (HR. Ad-Darimi dan Baihaqi)


Jamaah Jum’ah rahimakumullah, 


Rahmat yang dibawa Nabi Muhammad SAW. mencakup semua ummat manusia dan seluruh makhluk ciptaan Allah. Bahkan terhadap orang-orang yang memusuhinya dan memusuhi Islam, beliau selalu mendoakan agar kelak mendapat hidayah dari Allah swt. 


Hal tersebut dapat kita ketahui dari peristiwa Thaif, yaitu di saat Rasulullah mendapatkan serangan dari orang-orang kafir Qurasy yang menghalangi dakwahnya. Pada saat yang bersamaan, malaikat Jibril memohon kepadanya agar berdoa dan meminta kepada Allah swt agar ia diizinkan menghancurkan penduduk Thaif dengan gunung-gunung yang telah siap diangkat. 


Tawaran Jibril tersebut ditolak. Rasulullah saw justru memilih untuk mendoakan penduduk Thaif dengan kebaikan. Memohon kepada Allah agar mereka bisa mendapatkan hidayah sehingga bisa menerima ajaran Islam. 


Sambil mengalir darah di wajah Nabi Muhammad saw, ia mengangkat tangannya seraya memanjatkan doa :


إِنَّ اللَّهَ لَمْ يَبْعَثْنِي طَعَانًا وَلَا لَعَاثًا وَلَكِنْ بَعَثَنِي دَاعِيًا وَرَحْمَةً، اللهم اهْدِ قَوْمِي فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ


Artinya, “Sungguh Allah tidak mengutusku untuk menjadi orang yang merusak dan bukan (pula) orang yang melaknat. Akan tetapi Allah mengutusku untuk menjadi penyeru dan pembawa rahmat. Ya Allah, berilah hidayah untuk kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui!” (HR Al-Baihaqi).


Jamaah Jum’ah Rahimakumullah 


Sosok Rasulullah saw adalah sosok yang sangat berkarisma, orang yang melihatnya untuk pertama kali akan merasa kagum, dan orang yang mengenalnya akan mencintainya. Orang yang bertemu dan berinteraksi dengan Nabi, akan selalu meninggalkan kesan, “Aku tidak pernah melihat orang seperti beliau sebelum dan sesudahnya”. Dalam Al-Qur’an pada surah al Qalam [68] ayat 4, digambarkan dengan jelas terkait keluhuran akhlak Rasulullah SAW. Allah SWT berfirman;


وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ


Artinya; "Sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung"


Jamaah Jum’ah Rahimakumullah


Imam al-Qurthubi menjelaskan, “sebagaimana dikutip dari kitab Shahih Muslim, Ibunda Aisyah ra menyatakan bahwa akhlak Rasulullah saw adalah seperti Al-Quran. Tidak akan didapati akhlak yang lebih mulia di banding budi pekerti Nabi. Pasalnya, Rasulullah diutus ke dunia, untuk menyempurnakan akhlak manusia. 


Di antara akhlak beliau yang sangat mulia ialah cara Rasulullah saw
dalam menghadapi orang-orang yang suka bermaksiat. Beliau tidak pernah bersikap keras atau menghakimi pelaku maksiat, melainkan selalu berusaha untuk memberikan bimbingan dan nasihat dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. 


Rasulullah mengajarkan agar tidak melaknat dan menghakimi orang lain, sekalipun ia seorang yang pendosa. Manusia tidak berhak untuk memutuskan siapa yang pantas masuk surga dan siapa yang pantas masuk neraka. Hanya Allah yang memiliki hak untuk itu. Rasulullah bersabda:


مَنْ غَيَّرَ أَخَاهُ بِذَنْبٍ لَمْ يَمُتْ حَتَّى يَعْمَلَهُ


Artinya; Barangsiapa yang mencela saudaranya karena suatu dosa, maka ia tidak akan mati sebelum ia melakukan dosa tersebut. (HR. Tirmidzi)


Hadits ini mengajarkan kita untuk tidak menghakimi orang yang berbuat dosa. Sebab, siapa pun bisa saja berbuat dosa, dan siapa pun juga bisa bertaubat. Oleh karena itu, kita harus selalu bersikap terbuka dan berprasangka baik kepada orang lain. Kita harus memberikan kesempatan kepada mereka untuk memperbaiki diri dan bertaubat. Janganlah kita menjadi batu sandungan bagi mereka untuk meraih ampunan Allah. 


Jamaah Jum’ah Rahimakumullah


Marilah kita berusaha semaksimal mungkin dan berdoa agar senantiasa diberikan rahmat dan hidayah oleh Allah swragar dapat meneladani segala hal yang diajarkan oleh Rasulullah serta mendapatkan syafaatnya kelak di yaumil akhir. Amin ya rabbal ‘alamin


بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ. أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيمَ، لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلَّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيمِ


Khutbah II


الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَالشَّكْرُ لَهُ عَلَىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. قَالَ اللَّهُ
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ
تعالَى إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلى النَّبي يا أيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ
وَسَلَّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ وَعَلَى آلِ
سَيِّدِنا مُحَمَّدٍ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءُ مِنْهُمْ
وَأَلْأَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا البَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلَازِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتْنَةِ
وَالْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَاصَّةً وَسَائِرِ الْبُلْدَانِ
الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ . اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِينَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا،
وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِي فِيهَا مَعَاشْنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِي إِلَيْهَا مَعَادُنَا،
وَاجْعَلْ الحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِ خَيْرٍ، وَاجْعَلْ المَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍ. رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ ! إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَيَ وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرِ


Kiai Muhammad Fiky Ardhiansyah, Lc., M.S.I. ( Wakil Sekertaris LD-PWNU Jawa Tengah )