Keislaman

Khutbah Jumat: Rasulullah Pembawa Rahmat Bagi Alam Semesta

Selasa, 24 September 2024 | 17:00 WIB

Khutbah Jumat: Rasulullah Pembawa Rahmat Bagi Alam Semesta

Ilustrasi Nabi Muhammad. (Foto: NU Online)

Rasulullah saw dengan akhlak mulianya memberikan teladan bagi kita semua dalam hal kasih sayang, keadilan, dan kebijaksanaan. Sebagai umatnya, sudah selayaknya kita meneladani beliau dengan menyebarkan rahmat dan kebaikan kepada sesama, mencintai lingkungan, serta menjaga hubungan baik dengan semua ciptaan Allah. Khutbah Jum’at kali ini berjudul “Rasulullah Pembawa Rahmat Bagi Alam Semesta” Semoga bermanfaat!


Khutbah I


   اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَرْسَلَ مُحَمَّدًا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ فَبِذَلِكَ أَمَرَنَا أَنْ نَفْرَحَ وَنَشْكُرَ بِوُجُوْدِ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ فَاتِحِ كُلِّ بَابٍ مِنْ أَبْوَابِ الْمَحُجُوْبِيْنَ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.   بَعْدُ. فَاتَّقُوْا اللهَ يَا عِبَادَ اللهِ حَيْثُمَا كُنْتُمْ وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا عَلىَ نَبِيِّكُمْ صلى الله عليه وسلم وَاشْكُرُوْا اللهََ تَعَالىَ عَلىَ مَا مَنَّ عَلَيْنَا بِهِ مِنْ طُلُوْعِ هَذَا الْبَدْرِ الْمُنِيْرِ فِي هَذِهِ الدَّارِ الْفَانِيَةِ فَبِمُتَابَعَتِهِ وَوَسِيْلَتِهِ وَمَحَبَّتِهِ حَصَلَ النَّجَاةُ فِي تِلْكَ الدَّارِ الْآخِرَةِ الْخَالِدَةِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ


Hadirin sidang Jumat rahimakumullah,


Sebelum saya menyampaikan khutbah dengan tema “Rasulullah pembawa rahmat bagi alam semesta”, Melalui mimbar ini saya berwasiat kepada diri saya sendiri dan hadirin sekalian untuk senantiasa meningkatkan takwa kita kepada Allah swt pada waktu kapanpun, di lokasi manapun, dan dalam kondisi apapun. Yakni senantiasa menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya serta janganlah sekali-kali kita mati kecuali dalam pelukan Islam.


Hadirin sidang Jumat Rahimakumullah,


Allah swt menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini untuk mengatur alam semesta dan isinya, termasuk mengatur sesama manusia, dengan prinsip kesetimbangan dan keadilan. Kita dilarang melakukan tindakan sewenang-sewenang atau melakukan eksploitasi yang berlebihan atau berbuat aniaya terhadap alam semesta dan isinya termasuk pada sesama manusia. Bila hal itu terjadi maka prinsip kesetimbangan dan keadilan itu akan terguncang. 


Akibatnya Hadirin sekalian, muncul beragam bencana alam seperti banjir, kekeringan, tanah longsor, gempa bumi, dan beragam polusi baik polusi tanah, air, maupun polusi udara. Dari polusi-polusi tersebut muncul beragam wabah dan penyakit yang ujung-ujungnya tentu akan makan banyak korban.


Di sisi lain, jika manusia berbuat aniaya terhadap sesama maka terjadilah pertikaian antarumat manusia, ujung-ujungnya pun terjadi pertumpahan darah di alam ini. Untuk menekan dan mengatasi problematika itulah, Allah swt mengutus Rasulullah Muhammad saw Allah menugaskan kepada Muhammad saw untuk menjadi rahmat bagi alam semesta ini, memberikan curahan kasih sayang pada semua penghuni alam. Hal itu sesuai firman Allah swt  dalam Alquran Surat Al-Anbiya’, 107 sebagai berikut:


وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ


Artinya: Dan tiadalah Kami utus kamu (hai Muhammad) kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.


Dari ayat tersebut tampak, para hadirin, curahan rahmat tersebut tidak diberikan kepada makhluk tertentu, benda tertentu, apalagi diskriminasi kelompok atau golongan, pangkat, jabatan, kekayaan, suku bangsa, dan sebagainya. Sebab, Islam tidak mengenal konsep diskriminasi. Posisi status atau derajat tertinggi manusia hanya diukur melalui kadar ketakwaannya kepada Allah swt. Hal itu sesuai firman Allah dalam Alquran Surat Alhujurat ayat 13 yang berbunyi:


اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ


Artinya: Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara kamu.


Di samping tugas umum yakni menjadi rahmat bagi alam semesta tersebut, para hadirin, Rasulullah juga mempunyai tugas khusus yaitu untuk menyempurnakan akhlak manusia yang tentu pada saat itu masih brutal, barbar, dan amoral. Hal itu sesuai dengan sabdanya yang berbunyi:


إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ


Artinya : Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.


Hadirin sidang Jumat Rahimakumullah,


Karena Rasulullah telah menebar rasa kasih sayang pada umat manusia hingga kini dan kita selalu mengharap syafaat darinya, maka sebagai Muslim tentu kita harus mengikuti dan meneladani Rasulullah dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sebab apa yang terdapat pada Rasulullah baik yang berupa ucapan, perbuatan, dan ketetapan adalah uswatun khasanah (teladan yang baik). Hal itu sebagaimana firman Allah dalam Quran surat Al-Ahzab: 21 yang berbunyi:


لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ


Artinya: Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan datangnya hari kiamat dan dia banyak berdzikir kepada Allah.


Hadirin sidang Jumat Rahimakumullah,


Ada 4 sifat wajib yang melekat pada Rasul yang harus kita teladani dalam kehidupan ini, yakni sifat sidiq, amanah, tabligh, dan fathonah. Keempat sifat tersebut harus selalu kita pegang dan kita aplikasikan dalam bentuk tindakan atau perbuatan  nyata dalam menata kehidupan, dalam mengatur alam semesta, dalam mengatur negara, dan dalam mengatur sesama manusia. 


Sifat yang pertama adalah sifat sidiq artinya Rasulullah selalu berbicara dan berbuat benar. Maksudnya para hadirin bahwa semua perkataan rasul, semua perbuatan rasul, semua ketetapan rasul senantiasa bertolak pada kebenaran yang datang dari Allah swt yang Mahabenar.


Oleh karena itu para hadirin, kita sebagai umat Rasulullah saw harus senantiasa meneladani sifat ini. Alangkah damainya alam semesta dan alangkah indahnya negeri ini, alangkah sejuknya hati manusia bila kita memanage kehidupan ini dengan berpegang pada prinsip kebenaran. Namun sebaliknya para hadirin jika kita tak mampu mengaplikasikan prinsip kebenaran dalam  kehidupan ini, maka kacaulah alam semesta, kacaulah negeri ini, dan panaslah hati semua manusia. Bila ini terjadi maka situasi akan menjadi chaos, undang-undang, peraturan, norma-norma hukum  akan menjadi hiasan, aparat hukum akan menjadi badut yang lucu, dan anarkipun akan membudaya. Akhirnya Azab Allah pun akan datang melanda manusia, naudzubillah min dzalik.


Hadirin sidang Jumat Rahimakumullah,


Sifat rasul yang kedua adalah amanah artinya dapat dipercaya. Artinya bahwa Rasulullah SAW senantiasa berpegang pada amanah Allah dalam menata kehidupan ini. Sifat kedua ini pun sangat ampuh dalam menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan di bumi ini. Prinsip amanah harus senantiasa kita aplikasikan dalam kehidupan nyata, sebab kita-kita ini adalah para pemimpin dalam kapasitas yang berbeda, dan kita akan dimintai pertanggungjawabannya atas kepemimpin kita. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw yang berbunyi


كُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ


Artinya : Setiap diantara kamu adalah pemimpin, dan masing-masing kamu akan dipertanyakan akan hasil kepemimipinannya.


Hadirin sidang Jumat Rahimakumullah,


Jabatan apapun jenis dan tingkatannya yang diberikan kepada kita adalah amanah Allah swt yang harus dijalankan sesuai dengan peraturan yang ada dengan senantiasa bersandar pada nilai-nilai yang digariskan Allah lewat Rasul-Nya, yaitu menjunjung tinggi nilai kejujuran, kebenaran, dan keadilan sehingga kita akan dipercaya oleh sesama manusia.


Namun para hadirin jika kita menganggap jabatan itu sebagai bentuk kekuasaan yang diperoleh dengan susah payah, dengan cara-cara yang tidak benar, bahkan dengan mengorbankan atau mengeluarkan harta yang cukup banyak, maka niscaya kita tidak akan mampu memanage manusia, bangsa, dan negara ini dengan amanah karena setan akan senantiasa membisikkan kata-kata indah pada hati kita sehingga lambat laun kita akan terjerumus dalam lubang korupsi, lebih-lebih jika kita melihat jabatan sebagai kekuasaan mutlak yang harus dinikmati dan dipertahankan maka jadilah kita pemimpin yang adigang, adigung, dan adiguna yang menghalalkan segala cara.


Akibatnya para hadirin kita tidak akan mampu memegang amanah tetapi berbelok ke jalur khianat, yakni akan menyengsarakan negara, menyengsarakan rakyat, dan menyengsarakan diri kita sendiri, sebab dengan tindakan nista yang demikian itu sebenarnya menunjukkan kekerdilan kita, rendahnya kualitas kita sendiri di hadapan manusia dan di hadapan Allah swt. Naudzubillahi min dzalik.


Hadirin sidang Jumat Rahimakumullah,


Sifat Rasul yang ketiga adalah tabligh, artinya menyampaikan firman Allah. Maksudnya, bahwa Rasul selalu senantiasa menyampaikan ketentuan-ketentuan Allah, aturan-aturan Allah. Rasul adalah muballigh sejati yang selalu mengajak dan berdakwah kepada manusia untuk berbuat kebajikan dan menjunjung tinggi nilai moral atau akhlaqul karimah. Kita sebagai umatnya pun diperintah untuk berdakwah mengajak umat manusia untuk melakukan kebaikan-kebaikan dan mengajak sesama manusia untuk meninggalkan hal-hal yang munkar, atau lebih dikenal dengan amar ma’ruf dan nahil munkar. Rasulullah saw pernah bersabda:


بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً


Artinya: Sampaikanlah dari saya meskipun hanya satu ayat.


Dari sabda itu jelas sekali, bahwa tugas tabligh dan da’wah bukan semata-mata tugas Rasulullah, ulama, ustadz, kiai, maupun muballigh atau dai formal tetapi siapapun umat Rasul ditugasi untuk berdakwah baik dalam sekup kecil ataupun luas sehingga nilai-nilai kebenaran yang datang dari Allah dapat tersebar luas. Tentu, para hadirin, sebagai dai kita pun harus menyuarakan kebenaran kepada siapapun sekalipun itu kepada saudara kita, istri kita, keluarga kita, orangtua kita, atasan atau bawahan kita. Katakanlah kebenaran itu meskipun akibatnya sangat pahit     

                       .
Jika mereka diajak berbuat baik tidak mau bahkan malah nekat berbuat mungkar maka gunakanlah kekuasaanmu, lisanmu atau teguranmu serta hatimu untuk meluruskannya. Rasulullah saw bersabda:


مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ, فَأِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِه, فَأِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَالِكَ أَضْعَفُ الْأِيْمَانِ


Artinya: Barangsiapa diantara kamu melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangan/kekuasaan, jika kamu tidak mampu maka gunakanlah lisanmu, jika kamu tidak mampu maka gunakanlah hatimu. Maka itulah selemah-lemah iman.


Hadirin sidang Jumat Rahimakumullah,


Sifat yang keempat Rasulullah adalah fatonah, artinya cerdik atau pandai. Rasul adalah hamba Allah yang amat pandai. Dengan kecerdikan dan kepandaianyalah Rasul dapat dengan mudah menerima firman-firman Allah serta dapat menyampaikan firman-firman itu kepada kaum jahiliah sehingga mampu merubah mereka menjadi orang-orang yang beradab.


Oleh karena itu, sebagai umatnya pun kita harus berusaha untuk memperoleh beragam ilmu, baik ilmu pengetahuan agama maupun pengetahuan umum lainnya sehingga kita menjadi orang yang mampu menggali ayat-ayat Allah, ayat-ayat yang tampak seperti alam semesta maupun ayat-ayat yang tidak tampak seperti adanya kehidupan abadi setelah mati. Untuk menjadikan umat menjadi pandai itulah maka Rasul menegaskan bahwa mencari ilmu itu hukumnya wajib, batasannya pun sangat panjang yaitu sepanjang kehidupan manusia di dunia.


Setelah ilmu itu dikuasai, para hadirin, ilmu tersebut harus diamalkan kepada sesama manusia, digunakan untuk kemaslahatan umat di dunia. Namun seringkali manusia lupa, ilmu yang diberikan Allah itu tidak digunakan untuk menyinari manusia tetapi digunakan untuk memperdaya manusia, menzalimi manusia, untuk berbuat manipulasi, korupsi, kolusi dan sebagainya yang akhirnya menyengsarakan manusia. Naudzubillah min dzalik.


Hadirin Rahimakumullah,


Akhirnya sebagai penutup khutbah yang pertama ini, Mari kita renungkan kembali seraya menanyakan kejujuran hati kita, sebagai umat Rasul sudahkan kita menjalankan kehidupan fana ini dengan berpegang pada prinsip kebenaran yang senantiasa menjaga amanah Allah, sudahkah kita mengajak diri kita, keluarga kita, saudara kita, sahabat-sahabat kita, lingkungan kerja kita untuk mengajak kebaikan dan meninggalkan kemungkaran, sudahkah kita gunakan ilmu atau kepandaian kita untuk tujuan kemaslahatan umat manusia. Kalau belum marilah segera kita akhiri perilaku kita yang tidak benar, tidak amanah dan segeralah bertobat kepada Allah sebelum Allah menurunkan azab-Nya atas diri kita. Marilah kita berdoa mohon ampun kepada allah mumpung kita masih diberi kesempatan untuk menghirup udara segar di dunia yang fana ini.  


بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم


Khutbah II


  اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ .اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِهِ  وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْنِ. فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا . اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
 

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ
سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْن ، اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا، اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلاً وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَحَلاَلاً طَيِّبًا وَتَوْبَةً نَصُوْحًا. اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالسَّلاَمَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ وَالْغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالْفَوْزَ بِالْجَنَّةِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ. اللّهُمَّ قَنِّعْنَا بِمَا رَزَقْتَنَا وَبَارِكْ لَنَا فِيْمَا أَعْطَيْتَنَا وَاخْلُفْ عَلَيْنَا كُلَّ غَائِبَةٍ لَنَا مِنْكَ بِخَيْرٍ بِرَحْمَتِكَ يآ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


Drs. KH. Muzakka, M.Hum (Pembina LD PCNU Kendal)