KH. Ahmad Asnawi: Memuliakan Manusia dan Tujuh Strategi untuk Mendidik Anak Sholeh
Senin, 7 Oktober 2024 | 14:00 WIB
KH. Ahmad Asnawi saat menyampaikan tausiyah di pesantren Al-Munawwir Gringsing Batang (Dok.Istimewa)
Nazlal Firdaus Kurniawan
Kontributor
Batang, NU Online Jateng
Haul KH Ahmad Munawwir ke-35, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, dan Khotmil Qur'an ke-22 yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Al Munawwir, Gringsing, Batang, pada Ahad (6/10/2024), menjadi momen berharga untuk menggali kembali nilai-nilai luhur dalam kehidupan, khususnya tentang kemuliaan manusia dan pentingnya mendidik generasi yang sholeh. Pada acara ini, KH Ahmad Asnawi, pengasuh Pondok Pesantren Darun Na’im Kudus, memberikan tausiyah sarat makna yang mengingatkan bahwa manusia, sebagai ciptaan Allah, memiliki kedudukan yang sangat mulia di sisi-Nya.
Baca Juga
Makna Nyekar dan Tradisi Haul
Mengawali tausiyahnya, KH Ahmad Asnawi menyitir ayat Al-Qur’an dari Surah Al-Isra' ayat 70:
"وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْٓ اٰدَمَ وَحَمَلْنٰهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ وَفَضَّلْنٰهُمْ عَلٰى كَثِيْرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلًا"
Artinya: “Sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam dan Kami angkut mereka di darat dan di laut. Kami anugerahkan pula kepada mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.”
Baca Juga
Tiga Hikmah dalam Peringatan Haul
KH Ahmad Asnawi menjelaskan bahwa manusia dianugerahi kemuliaan oleh Allah swt, bukan hanya karena bentuk fisiknya yang sempurna, tetapi juga karena kemampuan intelektual yang diberikan kepada mereka. Potensi ilmu ini dapat meningkatkan derajat dan nilai seseorang, layaknya sebuah batu yang tampak biasa, namun ketika diolah oleh tangan seorang ahli, dapat berubah menjadi karya seni berharga.
“Diakui atau tidak, terasa atau tidak, ketika ada ilmu di situ maka ada nilai yang tinggi. Sebuah batu yang pada awalnya tidak berharga, ketika diukir oleh tangan orang berilmu, nilainya akan meningkat. Demikian pula manusia, hakikatnya mereka mahal, semahal-mahalnya, karena Allah telah memberikan kemuliaan kepada mereka,” ujar KH Ahmad Asnawi di hadapan para hadirin.
Beliau juga menyoroti betapa pentingnya peran orang tua dalam membentuk anak yang sholeh. Menurutnya, terdapat tujuh syarat yang harus dipenuhi oleh orang tua agar anak dapat tumbuh menjadi individu yang beriman, berakhlak baik, dan sholeh.
Tujuh Syarat Agar Anak Menjadi Sholeh:
1. Bibit yang unggul, yaitu ayah yang memiliki akhlak mulia dan keimanan yang kuat. Ayah berperan sebagai fondasi awal dalam pendidikan anak, dan keteladanan yang ditunjukkannya akan menjadi teladan utama bagi perkembangan karakter anak-anaknya.
2. Lahan yang subur, yakni peran ibu. Pendidikan anak tidak dapat dipisahkan dari peran ibu yang mendampingi ayah. Seperti halnya tanaman yang memerlukan lahan yang subur agar dapat tumbuh dengan baik, anak pun memerlukan ibu yang baik untuk mendukung perkembangan moral dan spiritualnya.
3. Lembaga pendidikan yang berkualitas. KH Ahmad Asnawi menekankan pentingnya memilih lembaga pendidikan yang memiliki tenaga pengajar berilmu dan memiliki sanad keilmuan yang bersambung hingga Rasulullah saw. Lembaga pendidikan formal yang baik akan berperan dalam menanamkan nilai-nilai agama yang kuat pada anak.
4. Lingkungan yang kondusif. Kondisi lingkungan sekitar memiliki pengaruh besar dalam membentuk watak dan karakter seseorang. Anak yang dibesarkan di lingkungan yang positif cenderung akan meniru perilaku baik yang ada di sekitarnya.
5. Teladan dari orang tua. Orang tua perlu menjadi panutan yang nyata bagi anak-anak mereka. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW menjadi contoh bagi umatnya, orang tua harus mampu menampilkan sikap dan perilaku yang dapat dijadikan teladan oleh putra-putri mereka.
6. Doa kedua orang tua. Pembina Majelis Taklim Al Ibaad ini menegaskan pentingnya peran doa dalam kehidupan anak. Doa orang tua, khususnya ibu, sangatlah berharga dan memiliki kekuatan luar biasa untuk memberikan keberkahan dan perlindungan bagi anak-anak mereka. "Doa orang tua untuk anak itu sebanding dengan doa Nabi untuk umatnya, terlebih lagi jika doa itu datang dari seorang ibu," jelasnya.
7. Menjaga rezeki yang halal. Syarat terakhir, dan yang paling krusial, adalah memastikan bahwa rezeki yang diperoleh berasal dari sumber yang halal.
Ulama yang lahir pada 22 Oktober 1965 ini kemudian mengutip kisah ayah Imam Syafi’i, Idris, yang rela bekerja tanpa imbalan demi menjaga kehalalan sepotong kecil buah delima. Beliau menekankan bahwa ayah bertanggung jawab dalam mencari nafkah, sementara ibu berperan dalam mengelola rezeki tersebut. Rezeki yang halal akan membawa berkah bagi seluruh keluarga dan menjadi kunci keberhasilan dalam mendidik anak yang sholeh.
Di akhir tausiyahnya, KH Ahmad Asnawi memberikan penekanan tentang esensi dan makna haul, yang seringkali disalah pahami hanya sebagai peringatan semata.
“Makna tertinggi dari haul adalah mengikuti jejak orang yang dihauli, mengambil hikmah dari kehidupan dan perjuangannya. Demikian pula, makna tertinggi dari Maulid Nabi adalah mengikuti jejak-jejak Rasulullah Muhammad saw, bukan sekadar merayakan kelahiran beliau,” tuturnya.
Beliau mengajak para jamaah yang hadir untuk tidak hanya mengenang perjuangan para ulama yang telah wafat, tetapi juga berusaha meneladani akhlak dan amalan mereka dalam kehidupan sehari-hari. KH Ahmad Asnawi menutup tausiyahnya dengan harapan agar para orang tua dapat mendidik anak-anak mereka dengan penuh kasih, doa, dan komitmen untuk menanamkan nilai-nilai agama yang kuat dalam diri generasi penerus.
Tausiyah KH Ahmad Asnawi yang penuh makna itu memberikan pencerahan kepada para jamaah bahwa keberhasilan dalam mendidik anak menjadi sholeh tidak hanya bergantung pada satu faktor, melainkan merupakan kombinasi dari peran orang tua, lingkungan, dan rezeki yang halal.
Sebagai informasi, dalam acara Khotmil Qur'an yang diselenggarakan oleh pesantren Al-Munawwir yang dipimpin KH Sholichin Syihab, sebanyak 63 santri Juz Amma, 30 santri Binnadzor 30 juz, dan 2 santri Bil Hifdzi 30 juz berhasil diwisuda. Acara ini menjadi momen penting bagi para santri untuk menunjukkan pencapaian mereka dalam mempelajari Al-Qur'an.
Sementara itu, acara Haul KH Ahmad Munawwir ke-35 dihadiri oleh berbagai kalangan, termasuk Ketua Tanfidziyah PCNU Batang, Kapolres Batang, serta ribuan santri, alumni, dan masyarakat setempat. Kehadiran mereka menunjukkan rasa hormat dan penghargaan terhadap warisan dan kontribusi KH Ahmad Munawwir dalam pendidikan dan agama.
Terpopuler
1
Rais Syuriyah PWNU Jateng: NU Kokoh Berkat Peran Kolektif Ulama dan Santri
2
Ujian Akhir Santri TPQ Metode Tilawati di Jatinegara-Bojong Libatkan 240 Peserta
3
Keutamaan Bulan Rajab Selain Isra’ Mi’raj Menurut Mbah Maimoen
4
Khutbah Jumat: Bulan Rajab Menuntut Ilmu Ai: Kecerdasan Buatan
5
Khutbah Jumat: Memanfaatkan Teknologi Digital dengan Baik
6
Pasien Diare dan Dengue Shock Syndrome Meningkat di Rembang di Januari 2025,
Terkini
Lihat Semua