• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 29 Maret 2024

Regional

Tiga Hikmah dalam Peringatan Haul

Tiga Hikmah dalam Peringatan Haul
Peringatan haul ke-36 KH Humaidullah Irfan, diselenggarakan di Pesantren Apik Kaliwungu Kendal, Senin (10/5). (Foto: istimewa)
Peringatan haul ke-36 KH Humaidullah Irfan, diselenggarakan di Pesantren Apik Kaliwungu Kendal, Senin (10/5). (Foto: istimewa)

Kendal, NU Online Jateng

Peringatan wafatnya seorang ulama atau yang biasa dikenal dengan istilah haul, hampir sering kita ikuti atau paling tidak kita ketahui acara tersebut. Dalam peringatan haul, setidaknya ada beberapa pelajaran atau hikmah yang bisa kita ambil.


Hal tersebut disampaikan Pengasuh Pesantren Salaf Apik Kaliwungu Kendal Jawa Tengah, KH Sholahuddin Humaidullah dalam rangka peringatan haul ke-36, sang pengasuh pondok terdahulu, Allah yarham KH Humaidullah Irfan, di aula Al-Muzakka Pesantren Salaf Apik Kaliwungu, Senin (10/5).


Pertama adalah lil istighfar yang artinya memohon ampunan kepada Allah swt dengan membacakan doa serta meminta rahmat untuk diri kita dan para guru, khususnya guru yang sedang diperingati haulnya.


“Tujuannya lil istighfar meminta ampunan kepada Allah swt, meminta curahan rahmat kepada Almarhum KH Humaidullah, khususnya juga para almarhum masyayikh Pesantren Apik juga kepada guru-guru kita dan kiai-kiai kita,” kata Abah Sholah 


Hikmah kedua yaitu lil istidzkar, artinya melalui forum haul, kita yang masih hidup bisa meneladani dengan mengenang perjanan hidup dan mengingat kembali kebaikan-kebaikan yang dilakukan almarhum.


Ketiga adalah lil istijma’, yakni agar dikumpulkan bersama para guru dan ulama, yang sedang diperingati haulnya. "Semoga kita dipertemukan dan dikumpulkan dengan para kekasih dan guru, khususnya bersama Mbah Humaid. Sebuah kebanggan bagi kaum muslimin apabila dapat dipertemukan kembali dengan orang yang diidolakan, terlebih bisa bertemu dengan Nabi Muhammad saw, untuk ikut dibarisanya dan mendapatkan syafaatnya," tuturnya.


Dalam kesempatan ini, Kiai Sholahuddin menyampaikan manaqib Mbah Humaid, di antaranya perjalanan mencari ilmu Mbah Humaid dari pesantren satu ke pesantren lainya. Dijelaskan Kiai Sholah, sebelum mengaji ke para kiai di luar Kaliwungu, Mbah Humaid terlebih dahulu mengaji kepada ayahnya kemudian mengaji Al-Qur’an kepada Kiai Ahmad Badawi Kaliwungu dan mengaji kitab kuning kepada Kiai Abdul Aziz Kaliwungu.


“KH Humaidullah Irfan, Semasa kecilnya mengaji kepada kiai yang masih kerabat seperti mengaji Al-Qur'an kepada Kiai Ahmad Badawi dan kitab kuning  kepada Kiai Abdul Aziz. Pada waktu ayahnya wafat beliau masih berumur 18 tahun dan adiknya yang paling kecil (Nyai Ibadiyyah) masih berumur satu tahun,” terang pengasuh Pesantren Apik itu.


Setelah Mbah Humaid berusia 18 tahun, ayahnya yakni KH Irfan bin Musa wafat. Pada usia yang relatif muda ini Mbah Humaid menjalani kehidupan tanpa ditemani sang ayah, namun tidak membuat Mbah Humaid putus asa. Ia semakin memiliki ghiroh untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya. 


Kontributor: Abdullah Faiz

Editor: Ajie Najmuddin


Regional Terbaru