Gus Baha Sebut Sebelum Silaturrahim, Seseorang Harus Tahu Ilmunya
Selasa, 6 Agustus 2024 | 09:00 WIB
Kudus, NU Online Jateng
Rais Suriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Bahaudin Nur Salim (Gus Baha) menyampaikan bahwa meski silaturahim mempunyai banyak manfat dan keberkahan, tetapi harus dilakukan dengan ilmu.
“Silaturahim bukan berarti sering bertamu saja, tapi harus tahu tata aturannya, jangan sampai gara-gara silaturahim malah mempersulit orang lain” tutur Gus Baha dalam Ngaji Kitab Sahih Muslim di Pondok Pesantren Mazro’atul Ulum Damaran, Kudus, Jawa Tengah, Jumat (2/8/2024).
Gus Baha menuturkan bahwa suatu ketika, ia pernah bertamu ke rumah temannya. Akan tetapi, pada saat itu temannya sedang dimarahi oleh sang istri. "Bertamu seperti ini kurang pas, karena bertamu di saat tidak tepat," kata Gus Baha.
Kemudian Gus Baha’ menyitir ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan Silaturahim.
Baca Juga
Gus Baha: Sedekah Itu Pengabadian Harta
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ لَا تَدۡخُلُوا۟ بُیُوتًا غَیۡرَ بُیُوتِكُمۡ حَتَّىٰ تَسۡتَأۡنِسُوا۟ وَتُسَلِّمُوا۟ عَلَىٰۤ أَهۡلِهَاۚ ذَ ٰلِكُمۡ خَیۡرࣱ لَّكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ
Dari ayat tersebut, Gus Baha menggaris bawahi lafaz 'Hatta Tasta’nisu'. Disampaikannya, ketika bertamu ke rumah seseorang, pastkan orang tersebut dalam keadaan nyaman.
“Artinya, ketika kamu datang yang kamu datangi itu dalam keadaan senang dan baik-baik saja,” Jelas Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Lembaga Pembinaan, Pendidikan, dan Pengembangan Ilmu Al-Qur’an (LP3IA), Narukan, Rembang, Jawa Tengah itu.
"Jadi, ketika bertamu dipastikan tuan rumah dalam keadaan senang dan baik-baik saja. Baru kemudian mengucapkan salam. Bukan kebalikannya," jelasnya.
Gus Baha mencontohkan, banyak orang yang bertamu dengan dalih silaturahim, tetapi justru merepotkan pemilik rumah. Misalnya ketika sedang dalam waktu bekerja.“Buruh pabrik didolani waktu kerja ndak tuntas,” kata Gus Baha.
Lebih dari itu, Gus Baha mengaitkan dengan Tarikh Nabi Muhammad SAW. Ia menyampaikan, Allah tidak akan mengutus Nabi kecuali dari kasta marga terbesar.
"Allah tahu, nabi itu ada kontroversialnya lantaran mendakwahkan sesutau yang tidak lazim di eranya. Misalnya saat di zaman Jahiliyah, banyak orang yang menyembah berhala, tapi nabi justru menantang berhala," kata dia.
“Nah ini ikan resiko, Resiko ini supaya tidak terlalu masalah marganya harus tinggi,” lanjutnya.
Sehingga, lanjut Gus Baha, meski banyak kaum kafir di Koya Makkah membenci Nabi Muhammad, namun tidak ada satu pun yang berani untuk membunuhnya, sebab dari keluarga terhormat.
"Nabi Syu’aib pun demikian, andai tidak dari keluarga terhormat sudah dirajam oleh kaumnya," lanjut Gus Baha.
Kemudian Gus Baha’ menyebut ayat:
قَالُوا۟ یَـٰشُعَیۡبُ مَا نَفۡقَهُ كَثِیرࣰا مِّمَّا تَقُولُ وَإِنَّا لَنَرَىٰكَ فِینَا ضَعِیفࣰاۖ وَلَوۡلَا رَهۡطُكَ لَرَجَمۡنَـٰكَۖ وَمَاۤ أَنتَ عَلَیۡنَا بِعَزِیزࣲ
“Jadi bisa dikatakan, barokahe silaturahmi itu sudah terbukti di sekian sejarah,” katanya.
Selain menjelaskan tentang silaturahim, dalam pengajian yang dihadiri ribuan orang itu Gus Baha juga menjelaskan tentang pentingnya meninggalkan mafsadah kemaksiatan meskipun tidak didasari rasa ikhlas.
Gus Baha’ mengutip perkataan Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya’Ulumuddin yang menyebutkan bahwa, tidak ikhlas itu boleh-boleh saja dalam hal-hal yang bersifat mafsadah, seperti halnya meninggalkan maksiat.
“Meski tidak mendapatkan pahala dari amal perbuatan lantaran tidak didasari ikhlas, namun Allah senang karena tidak terjadi kemaksiatan,” terang Gus Baha.
Gus Baha mencontohkan, ada seorang kiai yang tidak berani melakukan kemaksiatan lantaran takut jatuh harga dirinya, atau karena takut nama baiknya hancur. Menurutnya alasan tersebut sudah baik, meskipun tidak didasari rasa ikhlas.
“Tidak ikhlas itu penting, bagaimanapun niatnya yang penting adalah kemaksiatan itu tidak terjadi,” tegasnya.
Oleh karenanya, menurut Gus Baha, amal seseorang memiliki tingkatan. "Jangan bilang, buat beramal tapi kalau tidak ikhlas, tidak akan dapat pahala," lanjutnya.
“Dalam hal shalat misalnya, walau belum bisa ikhlas betul, tapi kalau dilihat dari Langit kan sudah keren, ketimbang orang yang tidak shalat,” urainya.
Oleh Arif Wibowo, Jepara
Terpopuler
1
Rais Syuriyah PWNU Jateng: NU Kokoh Berkat Peran Kolektif Ulama dan Santri
2
Ujian Akhir Santri TPQ Metode Tilawati di Jatinegara-Bojong Libatkan 240 Peserta
3
Keutamaan Bulan Rajab Selain Isra’ Mi’raj Menurut Mbah Maimoen
4
Khutbah Jumat: Bulan Rajab Menuntut Ilmu Ai: Kecerdasan Buatan
5
Khutbah Jumat: Memanfaatkan Teknologi Digital dengan Baik
6
Pasien Diare dan Dengue Shock Syndrome Meningkat di Rembang di Januari 2025,
Terkini
Lihat Semua