• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Kamis, 25 April 2024

Regional

Pelajar NU Pekalongan Selenggarakan Kajian Kitab Ha'ulaa'i Masyayikhuna

Pelajar NU Pekalongan Selenggarakan Kajian Kitab Ha'ulaa'i Masyayikhuna
Kajian yang diselenggarakan Pelajar NU Pekalongan (Dok. Anwar)
Kajian yang diselenggarakan Pelajar NU Pekalongan (Dok. Anwar)

Pekalongan, NU Online Jateng
Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kota Pekalongan membuka kegiatan Rutinan Selapanan dan Kajian Kitab Ha'ulaa'i Masyayikhuna bertempat di Masjid Ash-Sidiq Kelurahan Kalibaros, Kecamatan Pekalongan Timur, Selasa (5/7).

Ketua PC Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kota Pekalongan Ustadz Nur Sholeh yang menjadi narasumber kajian tersebut menyampaikan, pada saat awal NU berdiri, poin besarnya adalah untuk mempertahankan akidah Islam ahlussunnah wal jamaah. Akidah Islam ahlussunnah wal jamaah, menurutnya, meliputi tiga poin, pertama tauhid, kedua fiqih dan ketiga tasawuf atau ilmu akhlak.

“Maka IPNU-IPPNU jika akan masuk ke pesantren besar NU tiga poin itu harus betul-betul paham, maka harus ada kajian-kajian seperti ini. Ini bagus sekali sebagai gerakan IPNU-IPPNU yang nanti bermuaranya ke NU sudah paham betul akidah ahlussunnah wal Jamaah," ucapnya.

Dikatakan, IPNU-IPPNU harus sudah paham betul Aswaja, akidahnya mengikuti Imam Abu Hasan al-Asy'ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi, paham aqaidul khomsin, paham sifat-sifat Allah dan rasul, paham nama-nama malaikat. Kemudian sampai fiqih mengikuti empat madzhab, dan bertasawufnya mengikuti  Imam Ghozali dan Imam Junaid al-Baghdadi. 

“Karena kalau kita tidak mengenal tauhid, kita akan mudah tersesat, apalagi perkara fiqih yang sangat penting untuk kita kaji. Sekarang ini ilmu fiqih mudah terombang-ambing, sementara di luar sana banyak yang mengkaji ilmu fiqih lewat youtube, instagram sehingga dengan mudah mengomentari dan mengkritik ajaran Islam Aswaja. Maka itulah yang disebut NU sebagai pesantren besar yang harus kita pegang teguh ajarannya dan harus kita jaga,” tambahnya.

Ketua PC IPNU Kota Pekalongan Nurul Iman kepada NU Online Jateng, Sabtu (9/7) mengatakan, rutinan selapanan yang akan dilaksanakan setiap malam Rabu Pon, dalam rangka melestarikan tradisi pesantren yang sudah mulai luntur di kalangan IPNU-IPPNU yakni kajian kitab.

"IPNU dan IPPNU harus kembali kepada jati dirinya sebagai organisasi pelajar dan keagamaan. Oleh karena itu pentingnya kita kembali mengkaji keilmuan-keilmuan yang diturunkan para ulama-ulama NU yang termaktub dalam kitab klasik pesantren,” katanya.

Disampaikan, IPNU-IPPNU harus melestarikan tradisi kajian pesantren karena tidak semua anak-anak NU memiliki kesempatan mondok di pesantren. Maka IPNU-IPPNU harus hadir memberikan kesempatan itu untuk kader maupun anggotanya.

Kegiatan rutinan selapanan sekaligus dialog dengan tema 'IPNU-IPPNU sebagai Gerbang Awal Pesantren Besar NU' diikuti kader IPNU-IPPNU se-Kota Pekalongan diawali pembacaan Ratib Al-Athas dan dilanjutkan Kajian Kitab Ha'ulaa'i Masyayikhuna oleh Ahmad Arfan. 

Kontributor: Khairul Anwar


Regional Terbaru