• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 17 Mei 2024

Regional

Film 'Mbatil' Angkat Potret Kehidupan Kaum Perempuan di Kudus

Film 'Mbatil' Angkat Potret Kehidupan Kaum Perempuan di Kudus
salah satu adegan dalam film "Mbatil". (sumber: Youtube PC Fatayat NU Kudus)
salah satu adegan dalam film "Mbatil". (sumber: Youtube PC Fatayat NU Kudus)

Kudus, NU Online Jateng
Sirahku ngelu yu, ngrasakna tugase bocah-bocah. Sekolah daring marai wong tua gering temenan!”

Dialog yang terjadi di dalam sebuah angkutan kota (angkot) oleh beberapa ibu tersebut, menjadi pembuka dalam film pendek berjudul ‘Mbatil’ di channel YouTube Pimpinan Cabang (PC) Fatayat NU Kudus. Hingga berita ini ditulis, film berdurasi hampir lima menit tersebut, telah ditonton 7.881 warganet dan dikomentari ratusan orang.

 

Ketua PC Fatayat NU Kudus Nik Hayati mengatakan, produksi film pendek yang dilakukan perdana tersebut sengaja mengambil judul ‘Mbatil’ sebagai aktivitas khusus masyarakat di Kudus. Dijelaskan dalam film tersebut, Mbatil berarti memotong rokok.

 

“Kita ingin mengangkat ciri khas tenaga kerja yang ada di Kudus dengan mbatil, yaitu memotong ujung rokok,” ungkapnya. Menurut Nik, film tersebut bercerita tentang kehidupan sehari-hari kaum ibu di Kota Kretek itu.

 

Ia juga menyuarakan pesan-pesan antri kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang disisipkan di akhir cerita. “Film tersebut menceritakan sejumlah buruh rokok yang hendak berangkat kerja. Mereka sedang asyik ngobrol di atas angkot, hingga membicarakan keadaan salah satu buruh yang mengalami KDRT,” jelasnya.

 

Nik menjelaskan, kisah tersebut terinspirasi dari kejadian kekerasan yang dialami oleh sebagian perempuan, yang sudah sibuk bekerja namun masih mendapat perlakuan yang tidak baik. Nik menambahkan, banyak pesan yang disampaikan dalam film tersebut. Salah satunya bahwa perempuan memiliki kekuatan yang tidak kalah dengan laki-laki dalam memajukan ekonomi keluarga. Oleh karena itu, kita harus menghargai jerih payah mereka. 

 

“Dengan menghargai perempuan, maka dapat mempertahankan keutuhan rumah tangga. Selain itu, perlu memberikan kebebasan kepada mereka untuk berkiprah dan aktif di masyarakat,” tuturnya.

 

Empat Hari

Dihubungi terpisah, sang penulis naskah, Miftahurrohmah menjelaskan bahwa penggarapan film tersebut cukup singkat. Hanya berlangsung empat hari. “Mulai dari menulis skrip, membaca naskah, hingga syuting sekaligus editing,” jelasnya.

 

Ketua PC Fatayat NU Kudus periode 2017-2018 itu mengungkapkan, dalam penulisan naskah sekaligus ia membayangkan siapa saja pemain yang cocok memerankan cerita tersebut.

 

“Jadi tanpa casting. Saya bayangkan saja siapa yang cocok memerankan tokohnya. Tokoh-tokoh yang juga sebagian dari pengurus Fatayat NU Kudus sendiri alhamdulillah sangat antusias memerankan. Meskipun harus berulang kali mengulang. Karena, itu hal baru buat mereka,” jelasnya.

 

Ia berharap, film tersebut dapat mengedukasi masyarakat untuk lebih menghargai perempuan dengan menghentikan kekerasan terhadap perempuan demi harmonisasi kehidupan. "Semoga film ini bisa ada episode selanjutnya untuk mengedukasi masyarakat terkait isu-isu perempuan, anak, dan kaum marjinal. Film ini banyak menuai komentar positif," tuturnya.


Kontributor: Afina Izzati
Editor: Ajie Najmuddin


Regional Terbaru