• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 3 Mei 2024

Pendidikan Tinggi

Rektor IAIN Kudus di Maroko: Implementasi Praktik Moderasi Beragama di Indonesia Sangat Baik

Rektor IAIN Kudus di Maroko: Implementasi Praktik Moderasi Beragama di Indonesia Sangat Baik
Rektor IAIN Kudus Prof KH Abdurrahman Kasdi (Foto: Dok)
Rektor IAIN Kudus Prof KH Abdurrahman Kasdi (Foto: Dok)

Maroko, NU Online Jateng 
Gerakan moderasi beragama (wasathiyah) yang berkembang di Indonesia merupakan implementasi Islam yang tidak berlebih-lebihan, khususnya dalam praktik keagamaan sangat mendukung demokrasi, Pancasila, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)


Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus Prof KH Abdurrahman Kasdi mengatakan, konsep moderasi Islam ini sangat cocok diterapkan di Indonesia karena merupakan jalan tengah atau moderat.


"Indonesia bahkan sudah menerapkan konsep Islam wasathiyyah itu sendiri. Pancasila, UUD 1945, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika merupakan wujud implementasi dari Islam wasathiyyah di Indonesia," katanya.


Prof Abdurrahman yang juga Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Demak mengatakan hal itu saat menyampaikan kuliah umum di hadapan civitas akademika Fakultas Syari’ah Universitas Sidi Mohamed Ben Abdellah Fes, Maroko, Jumat (10/11/2023) lalu.
 

Menurutnya, dengan sikap wasathiyyah, ketaatan pada agama menjadikan seorang muslim Indonesia kooperatif secara aktif dengan Pancasila, termasuk dengan golongan dan lembaga lain yang berkembang di Indonesia. 


Indonesia lanjutnya, menyediakan ruang terbuka yang tepat dan nyaman bagi siapapun termasuk agama lain sehingga mereka yakin bahwa Islam membawa kebaikan sebagai agama yang rahmatan lil alamin.
 


Disampaikan, melihat fenomena ini, Indonesia layak menjadi poros implementasi dan pengembangan wasathiyyah Islam dunia. Ini dilandasi oleh beberapa faktor, pertama Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.


"Terdapat tanggung jawab untuk menjadi penggerak utama dalam menebarkan nilai toleransi, demokrasi dan Islam rahmatan lil alamin, dan menciptakan perdamaian dunia seperti yang diamanatkan dalam undang-undang," ucapnya.


Kedua lanjutnya, Indonesia memiliki pengalaman yang baik dalam mengembangkan dialog untuk membangun saling pengertian. Dalam kaitan ini, Indonesia memiliki pengalaman melaksanakan Dialog Lintas Agama dan Budaya sejak tahun 2004 dalam rangka menciptakan rasa toleransi dan rasa saling pengertian dan menghargai antara komunitas beragama.


"Pengalaman Indonesia dalam mengembangkan Dialog Lintas Agama ini dapat ditiru untuk mengembangkan dialog dalam agama Islam. Indonesia juga mempunyai Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban (UKP-DKAAP)," terangnya. 


Ketiga, Indonesia senantiasa berkomitmen mengambil peranan sebagai bridge builder dalam mengatasi pertikaian atau perseteruan guna membuahkan perdamaian. Expertise Indonesia ini dapat dimanfaatkan untuk menciptakan Islam wasathiyyah baik antarsesama negara muslim atau negara lain.


"Selain itu, Indonesia bisa memperluas dialog antarsesama muslim yang melibatkan kalangan ulama dan cendekiawan muslim dengan menggagas suatu forum baru sebagai upaya untuk lebih mempererat persatuan umat Islam," ungkapnya kepada NU Online Jateng, Senin (13/11/2023). 


Hal ini menurutnya, dapat direalisasikan dengan melaksanakan dialog antaragama untuk para pemuda-pemudi muslim dunia. Forum seperti ini akan bermanfaat untuk memberikan pemahaman bagi generasi penerus Islam untuk selalu mencari jalan tengah dengan cara mencari persamaan di antara sesama muslim.


"Upaya ini sangat positif dibandingkan hanya menyoroti perbedaan-perbedaan yang dapat memicu pemisahan dan perseteruan, " pungkasnya.


Penulis: Samsul Huda


Pendidikan Tinggi Terbaru