• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Minggu, 28 April 2024

Opini

Merawat Budaya Membaca Shalawat di Seni 'Bantulan'

Merawat Budaya Membaca Shalawat di Seni 'Bantulan'
Kesenian 'Bantulan' di Temanggung yang kian punah keberdaannya tergerus oleh perkembangan zaman (Foto: Istimewa)
Kesenian 'Bantulan' di Temanggung yang kian punah keberdaannya tergerus oleh perkembangan zaman (Foto: Istimewa)

Di Dusun sumur Desa Ngadisepi, Kecamatan Gemawang, Kabupaten Temanggung mempunyai tradisi unik yaitu membaca shalawat Nabi Muhammad SAW melalui sebuah kesenian yang di sebut 'bantulan' yaitu tradisi membaca shalawat yang menceritakan tentang kehidupan Rasulullah.

 

Kabar tentang riwayat kelahirannya di kala umat manusia dalam kegelapan dan kehilangan pegangan hidupnya, maka lahirlah seorang bayi kecil dari keluarga yang sederhana, yaitu seorang bayi yang akan membawa perubahan besar bagi sejarah peradapan dunia. Ayahnya bernama Abdullah dan ibunya Aminah kelahiran Nabi Muhammad SAW pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun gajah di Mekah. 

 

Karena mengisahkan tentang Rasulullah inilah tradisi Bantulan dilakukan untuk memperingati lahirnya Nabi Muhammad. Pelaksanaan Bantulan dilakukan  setiap malam tanggal 12 Rabiul Awal dimulai dari sore hari sampai pagi atau semalam suntuk dilakukan oleh ibu-ibu muslimat sebagai peringatan maulid Nabi. 

 

Seni shalawat bantulan merupakan kesenian warisan nenek moyang kita dan merupakan warisan budaya Islam yang ada di Indonesia khususnya di Kabupaten Temanggung. Bantulan dibaca dari buku dzibaan dan di iringi alat musik tradisional yaitu kendang, saron, kenong, gender, dan Gong. 

 

Tradisi ini sangat menyenangkan, suaranya yang merdu dan iringan musik yang enak didengar membuat kesenian ini masih di sukai oleh ibu-ibu muslimat dan tetap dilestarikan hingga saat ini. Akan tetapi seiring berjalannya waktu generasi sekarang masih banyak yang tidak mempedulikan kesenian ini sehingga kesenian bantulan semakin ke sini semakin redup keberadaannya. Selain itu redupnya tradisi bantulan karena generasi muda, generasi milenial lebih menyukai musik pop, rock, ataupun dangdutan yang kadang lirik lagunya tidak mendidik, bahkan generasi muda sekarang cenderung menikmati musik dari handphone. 

 

Pada zaman dahulu, kesenian bantulan banyak disukai masyarakat di Temanggung dan sekitarnya. Masyarakat berbondong-bondong untuk menonton bantulan.  zaman terus berubah, teknologi menjadikan masyarakat serba dimudahkan, sehingga hal-hal yang berbau tidak praktis mulai ditinggalkan. Sehingga kesenian bantulan yang banyak pengandung pesan dan cerita kenabian mulai ditinggalkan.

 

Sebagai generasi muda pecinta tradisi nusantara bernuansa religi, kesenian bantualan harus merawat dan mempertahankan agar tetap lestari. Oleh karena itu hal ini tidak bisa dibiarkan sampaii mengalami kepunahan. Seni bantulan merupakan kesenian yang turun temurun dari nenek moyang kita dan sangat bagus isinya, karena membaca sejarah Nabi melalui sebuah nyanyian dan di iringi musik. 

 

Menurut saya seharusnya dibentuk grup baru dari generasi muda supaya belajar dan mempelajari kesenian ini. Karena sekarang sudah banyak yang tidak peduli. Kalau hal ini di biarkan bisa-bisa grup bantulan ini bisa bubar karena sedikit peminatnya. 

 

Tak hanya generasi muda yang harus melestarikan tapi menurut saya pemerintah daerah Kabupaten Temanggung hendaknya turun tangan dan mencari solusi supaya kesenian Islam ini tetap lestari. Misalnya di beri fasilitas atau diadakan pentas seni supaya generasi muda bisa mengenal kesenian ini dan bisa melestarikannya.

 

Kenapa tradisi kesenian bantulan ini perlu dilestarikan? Tidak lain Karena membaca shalawat di mana barangsiapa pun membaca shalawat Nabi maka dia akan mendapat syafaat atau pertolongan dari Nabi Muhammad SAW. 

 

Selain itu karena sejarah seni bantulan adalah kesenian yang bernuansa Islami, berpakaian sopan, dan yang dibaca adalah bacaan-bacaan yang sifatnya religi. Jika tidak dilestarikan, maka kesenian ini akan punah karena sedikit peminatnya. Dan kita bisa kehilangan kesenian islami bantulan ini tanpa jejak bahkan hilang begitu saja peninggalan sejarah yang terkandung di dalamnya. 

 

Untuk itu, mari kita sebagai generasi muda jangan lupakan peninggalan sejarah kesenian tradisional ini kalau kita tidak akan kehilangan harga diri sebagai bangsa yang menjunjung tinggi tradisi tanpa mengurangi isi.


 

Ning Supinah, mahasiswa Program Studi (Prodi) pada Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Institut Islam Nahdlatul Ulama (Inisnu) Temanggung


Opini Terbaru