• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Sabtu, 4 Mei 2024

Opini

Problematika Pembelajaran Masa Pandemi Covid-19 pada Anak Berkebutuhan Khusus

Problematika Pembelajaran Masa Pandemi Covid-19 pada Anak Berkebutuhan Khusus
Foto: Ilustrasi (solider.id)
Foto: Ilustrasi (solider.id)

Tahun 2020  dunia digegerkan dengan kemunculan wabah virus bernama corona. Kasus pertama kali ditemukan di Wuhan, China ini sebenarnya telah muncul di tahun 2019, tetapi mulai menyebar ke seluruh negara di dunia pada tahun 2020. Wabah virus corona atau pada istilah kedokteran dinamakan dengan Corona Virus Disease 19  (Covid-19) ini telah memakan banyak korban jiwa. 

 

Terhitung hingga artikel ini dibuat Covid-19 telah mewabah di 222 negara di dunia, 180.493.835 kasus terkonfirmasi dengan 165.178.758 pasien sembuh dan 3.909.682 orang telah meninggal dunia. Di Indonesia sendiri sudah 2.053.995 orang terkonfirmasi dengan 171.542 pasien dalam perawatan, 1.826.504 orang sembuh dan 55.949 orang telah meninggal dunia akibat terjangkit covid-19. 

 

Berbagai dampak ditimbulkan dari pandemi Covid-19 di berbagai bidang, tak terkecuali bidang pendidikan. Pada tanggal 24 Maret 2020, pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 yang berisi tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19. 

 

Pembelajaran yang semula diterapkan secara tatap muka dialihkan menjadi pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran daring (dalam jaringan). Hal ini tentu saja dilaksanakan sebagai upaya untuk menekan laju penyebaran covid-19, serta agar pendidikan tetap bisa terus terlaksana meskipun dalam kondisi yang sulit. Media atau aplikasi yang digunakan dalam pembelajaran jarak jauh ini bermacam-macam, siswa berinteraksi dengan guru menggunakan google classroom, google meet, zoom, whatsapp group, dan lain-lain.

 

Surat Edaran tersebut menjelaskan bahwa proses belajar mengajar ditetapkan dilaksanakan di rumah melalui pembelajaran daring (jarak jauh). Peraturan tersebut tidak hanya diberlakukan bagi sekolah umum saja, tetapi juga sekolah inklusi yang memiliki siswa dengan latar belakang berkebutuhan khusus.

 

Problematika pembelajaran jarak jauh yang dihadapi oleh siswa berkebutuhan khusus di antaranya tidak adanya bimbingan dari kalangan ahli, tidak tersedianya fasilitas yang dapat menunjang belajar di rumah seperti fasilitas yang ada di sekolah, anggapan ABK bahwa belajar itu di sekolah bukan di rumah, dan lain sebagainya.

 

Perlu diketahui bahwa anak berkebutuhan khusus yaitu anak yang mengalami keterbatasan baik fisik, mental-intelektual, sosial maupun emosional yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia dengannya.  

 

Dalam prosesnya, pendidikan yang dilakukan oleh anak berkebutuhan khusus seharusnya mendapatkan guru pendamping khusus dari pihak sekolah. Akan tetapi di saat pandemi covid-19 ini guru pendamping khusus tidak bisa jika harus mendampingi penuh peserta didik seperti saat pembelajaran sebelum pandemi. Mayoritas anak berkebutuhan khusus hanya didampingi oleh orang terdekat saat proses pembelajaran jarak jauh. Hal ini tentu saja menimbulkan problematika yang serius terhadap anak berkebutuhan khusus, mengingat pendamping mereka dalam proses pembelajaran jarak jauh bukan dari kalangan ahli. Sehingga pembelajaran jarak jauh pada anak berkebutuhan khusus terlaksana secara tidak maksimal.

 

Adanya perubahan sistem pembelajaran sebagai dampak dari pandemi Covid-19, menyebabkan munculnya problematika pada pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dengan sistem jarak jauh. Bagi beberapa pihak, pembelajaran dirasa cukup menyulitkan karena beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut di antaranya kondisi internal peserta didik, ketersediaan teknologi dan finansial, kondisi tempat tinggal (misalnya tempat tinggal dengan kondisi sinyal yang buruk), dan lain-lain.

 

Problematika pembelajaran jarak jauh juga muncul pada sekolah yang menampung anak berkebutuhan khusus. Seperti yang diketahui, peserta didik berkebutuhan khusus membutuhkan pembelajaran dan penanganan secara langsung. Pembelajaran dengan sistem jarak jauh atau daring membuat siswa yang dengan keterbatasan mentalnya akan mengalami keterlambatan berpikir karena mereka tidak mendapatkan bimbingan belajar dari kalangan ahli secara langsung. 

 

Penurunan hasil belajar pada anak berkebutuhan khusus juga terlihat dari tugas yang diselesaikan oleh orang tuanya. Orang tua yang bukan dari kalangan ahli pendidikan inklusi biasanya akan kehilangan kesabaran saat mendampingi anaknya belajar di rumah, sehingga pembelajaran jarak jauh bagi anak berkebutuhan khusus menjadi tidak efektif. 

 

Pelaksanaan pembelajaran jarak jauh juga memunculkan problematika berupa mindset anak yang beranggapan bahwa belajar itu di sekolah bukan di rumah dan membuat mood anak cepat berubah. Selain itu, problematika lain juga dialami oleh anak berkebutuhan khusus yang tidak memiliki fasilitas belajar yang memadai seperti di sekolahnya, misalnya seperti penyandang tunanetra yang tidak memiliki alat tulis braille di rumah untuk menunjang proses belajarnya.

 

Dalam menghadapi masalah yang muncul dalam pembelajaran jarak jauh, tentunya perlu diterapkan strategi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan tepat. Strategi yang dapat digunakan dalam menghadapi pembelajaran jarak jauh pada anak berkebutuhan khusus adalah penerapan 5M yang terdiri atas:

  1. Memanusiakan hubungan dengan praktik pembelajaran yang dilandasi orientasi pada anak berdasarkan relasi positif yang saling memahami antara guru, siswa dan orang tua.
  2. Memahami konsep dengan praktik pembelajaran yang memandu siswa bukan sekadar menguasai konten tapi menguasai pemahaman mendalam terhadap konsep yang dapat diterapkan di beragam konteks.
  3. Membangun keberlanjutan dengan praktik pembelajaran yang memandu siswa mengalami rute pengalaman belajar yang terarah dan berkelanjutan melalui umpan balik dan berbagi praktik baik.
  4. Memilih tantangan dengan praktik pembelajaran yang memandu siswa menguasai keahlian melalui proses yang berjenjang dengan pilihan tantangan yang bermakna.
  5. Memberdayakan konteks dengan praktik pembelajaran yang memandu siswa melibatkan sumber daya dan kesempatan di komunitas sebagai sumber belajar sekaligus kesempatan berkontribusi terhadap perubahan. 

 


Nahdiyatul Mustahfiroh, mahasiswi Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Institut Islam Nahdlatul Ulama (Inisnu) Temanggung e-mail: [email protected]


Opini Terbaru