• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Sabtu, 4 Mei 2024

Opini

Pentingnya Bangun Komunikasi untuk Tingkatkan Motivasi Belajar Siswa di Sekolah Inklusi

Pentingnya Bangun Komunikasi untuk Tingkatkan Motivasi Belajar Siswa di Sekolah Inklusi
Foto: Ilustrasi (istimewa)
Foto: Ilustrasi (istimewa)

Setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan. Ada golongan anak dengan keadaan normal, dan ada pula anak dengan keadaan berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan anak dengan karakterisitik yang sedikit berbeda dengan anak pada umumnya. Mereka adalah tunarungu, tunanetra, tunagrahita, kesulitan belajar, gangguan perilaku, dan lain sebagainya. 

 

Berkomunikasi merupakan kebutuhan pokok setiap manusia. Dalam kesehariannya, manusia tak lepas dari interaksi dan komunikasi dengan manusia yang lain. Komunikasi yang baik, juga mempengaruhi sistem tatanan hidup yang baik pula. Berkaitan dengan kesetaraan pendidikan, saat ini dikenal istilah pendidikan inklusif, yaitu sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan bagi semua peserta didik yang memiliki kelainan dan potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk megikuti kegiatan pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan bersama dengan peserta didik pada umumnya. 

 

Memberikan pembelajaran terhadap siswa non-ABK sekaligus siswa ABK tidaklah mudah. Komunikasi belajar pada siswa berkebutuhan khusus membutuhkan keterampilan tersendiri, baik itu untuk anak dengan keterbelakangan mental, maupun anak dengan kebutuhan khusus seperti kesulitan belajar. Meskipun faktor genetik memiliki pengaruh yang kuat, namun lingkungan belajar juga merupakan faktor yang penting. 

 

Faktor eksternal yang mempengaruhi kesulitan belajar anak antara lain seperti strategi pembelajaran yang kurang tepat, kegiatan pembelajaran yang cenderung monoton, kurangnya motivasi terhadap siswa, sulitnya berkomunikasi, dan beberapa faktor lainnya. Hal ini tidak hanya berakibat terhadap rendahnya hasil belajar siswa, namun juga berdampak pada masalah psikologis lainnya. Tak jarang siswa yang mengalami kesulitan belajar dianggap sebagai siswa yang bodoh, malas, ceroboh, tidak ada usaha, sehingga timbul perasaan minder dan kurang percaya diri terhadap teman-temannya.

 

Dalam upaya memberikan dorongan semangat dan motivasi untuk siswa berkesulitan belajar, diperlukan beberapa strategi komunikasi untuk menunjang proses pembelajaran mereka. Diharapkan, siswa dapat lebih percaya diri terhadap apa yang menjadi kelebihannya. Strategi memotivasi belajar siswa dapat dilakukan 5 langkah berikut ini.

 

1. Mengenali karakter siswa. Untuk meningkatkan keberhasilan siswa yang berkesulitan belajar agar bisa mengikuti pembelajaran di kelas umum, maka guru terlebih dahulu memahami karakteristik dari siswa tersebut. Setiap guru memiliki cara masing-masing untuk berkomunikasi dengan siswa ABK. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara seperti melakukan pendekatan secara khusus dengan melihat biodata siswa, mendalami latar belakang keluarganya, serta memahami riwayat kesehatannya. Komunikasi khusus dengan orang tua siswa juga penting dilakukan agar bisa menggali informasi terkait siswa tersebut sehingga dapat memudahkan guru di sekolah dalam menangani siswa tersebut.

 

2. Melakukan pendekatan dengan siswa. Siswa berkebutuhan khusus atau siswa yang mengalami kesulitan belajar cenderung tertutup apabila ia tidak dekat dengan guruya. Maka dari itu, guru terlebih dahulu melakukan pendekatan secara personal dengan siswa ketika kegiatan belajar berlangsung. Diharapkan, siswa dapat dekat dan terbuka paling tidak dengan guru kelas tersebut.

 

3. Menggunakan bahasa tubuh. Menggunakan bahasa tubuh juga bisa membantu guru untuk berkomunikasi dengan siswa berkebutuhan khusus. Bahasa non-verbal yang biasa digunakan seperti raut muka yang ekspresif, artikulasi yang jelas, gaya tubuh dan bahasa tubuh yang menarik, sentuhan, serta tatapan mata. 

 

4. Menumbuhkan minat. Salah satu upaya agar siswa dapat nyaman dalam pembelajaran adalah menyesuaikan metode pembelajaran dengan minat siswa tersebut. Misalnya, siswa berkebutuhan khusus tersebut mempunyai minat dalam hal menggambar dan mengamati gambar, maka guru harus bisa menyampaikan pembelajaran dengan variasi media dan metode yang menarik, seperti dengan menyertakan gambar dalam penyampaian materi. 

 

5. Sikap posistif dan suportif. Siswa yang mempunyai kesulitan dalam belajar sering mempunyai pemikiran bahwa mereka tidak mampu berhasil. Keyakinan tersebut biasanya dikarenakan kegagalan yang terjadi berulang-ulang. Berkaitan dengan hal tersebut, guru mempunyai peran penting dalam menunjukkan kekuatan kepada siswa bahwa mereka mampu untuk mencapai keberhasilan. Dengan memberikan dorongan semangat dan pemikiran positif, diharapkan siswa bisa lebih percaya diri terhadap kemampuan yang dimilikinya serta tidak mudah menyerah. 

 

Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus bisa bersikap humais terhadap siswa terutama dengan siswa berkebutuhan khusus, dengan menganggap bahwa siswa tersebut seperti anak sendiri agar guru bisa melakukan apapun yang terbaik tanpa ada perbedaan. Guru dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa salah satunya dengan cara memuji usaha yang telah dilakukan oleh siswa, atau dengan memuji keberhasilan yang telah dicapai. 

 

Guru tidak hanya mengajarkan materi formal saja, namun juga harus berusaha untuk menempatkan diri dalam diri siswa dan mencoba untuk memahami apa yang siswa rasakan. Diharapkan, hal-hal yang telah dijelaskan di atas, dapat meningkatkan semangat siswa dan termotivasi untuk terus berusaha mencapai keberhasilan.


 

Evi Nur Indah Maghfira Yuniar, mahasiswi Program Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Institut Islam Nahdlatul Ulama (Inisnu) Temanggung


Opini Terbaru