Pertumbuhan penduduk dunia terus bertambah, diikuti dengan meningkatnya kebutuhan hidup yang semakin kompleks. Manusia membutuhkan dukungan sarana dan prasarana yang memadai demi mempertahankan kelayakan hidup. Namun, seiring dengan meningkatnya kebutuhan tersebut, sumber daya alam yang digunakan untuk menciptakan sarana dan prasarana semakin menipis, menuntut eksplorasi potensi sumber daya baru.
Di sisi lain, kondisi alam yang semakin tidak bersahabat kerap kali disebabkan oleh eksploitasi alam yang berlebihan. Rantai masalah ini pada akhirnya mengarah pada degradasi lingkungan yang berdampak pada kehidupan manusia. Salah satu upaya untuk menghadapi situasi ini adalah dengan meningkatkan kualitas sarana dan prasarana, sekaligus memperbaiki proses pembuatannya. Di ranah industri, upaya ini menjadi tujuan utama dari Bagian Riset dan Pengembangan (R&D).
Riset dan pengembangan memiliki peran vital dalam menciptakan ilmu pengetahuan baru dan mengaplikasikannya demi meningkatkan kualitas produk atau proses produksi. Riset dasar bertujuan untuk memperluas pengetahuan ilmiah, sementara riset terapan berupaya mengeksplorasi potensi penemuan ilmiah yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut. Inovasi dan invensi sering kali terjadi dalam proses riset ini.
Di lembaga-lembaga riset Amerika Serikat dan Cina, jumlah pegawai non-peneliti umumnya berkisar sekitar 25%. Jumlah pegawai non-peneliti yang besar bisa menggambarkan proses birokrasi yang kurang efisien dan biaya overhead (OH) besar. Untuk jumlah anggaran total yang sama, ini juga memperkecil kuantitas dan kualitas riset dari lembaga tersebut. Penyederhanaan proses birokrasi, pemakaian sistem IT yang komprehensif merupakan beberapa langkah untuk mengurangi biaya OH suatu lembaga riset. Dalam hal management riset, management yang terlalu sentralistik akan menghambat proses penelitian.
Kondisi ini dapat diperburuk dengan birokrasi yang berbelit-belit. Lembaga-lembaga riset yang sudah mapan umumnya menerapkan proses keputusan piramida dimana setiap level management dapat memutuskan sesuatu tanpa harus diteruskan ke atasannya. Misalnya suatu lembaga riset di Amerika Serikat, level Manager dapat memutuskan langsung pengeluaran atau pengadaaan barang sampai $10,000.
Baca Juga
Alam Semesta Dikuasakan Kepada Manusia
Dengan metode ini, suatu keputusan dapat diambil dengan cepat dan tepat. Kompetisi dana penelitian internal sebaiknya dilakukan secara transparan. Penilaian proposal penelitian dapat dilakukan oleh Dewan Peniliti Utama atau Dewan Profesor Riset dengan metrik yang jelas.
Hal paling klise yang sering diberitakan dan ini yang terpenting adalah output dari suatu lembaga riset. Output lembaga riset umumnya adalah temuan/pengetahuan baru, pemajuan temuan/pengetahuan yang telah ada dan aplikasi temuan/pengetahuan tersebut. Dalam definisi level kesiapan teknologi (Technology Readiness Level, TRL), tingkat kemanfaatan ini dapat dibagi menjadi 9 level. Level-1 mempunyai output prinsip/teori dasar yang perlu diteruskan ke level konsep (Level-2).
Level berikutnya merupakan demonstrasi di laboratorium, prototipe dan pengembangan akhir. Level-9 sebagai level tertinggi adalah aplikasi temuan/pengetahuan dalam sistem riil yang beroperasi di lapangan. Sesuai dengan kategori riset di atas, outcome dari suatu akitifitas riset dapat bervariasi dari TRL-1 sampai dengan TRL-9.
Baca Juga
NU Merawat Bumi, Membangun Peradaban
Bahwa kenyataannya hasil riset di suatu lembaga riset belum memberikan dampak nyata untuk menyelesaikan masalah di lapangan bisa karena beberapa hal. Sebagian besar riset-riset yang dilakukan kemungkinan mempunyai outcome TRL rendah sehingga belum bisa diterapkan langsung. Sementara topik-topik riset dasar inilah yang memudahkan periset untuk menuliskan hasilnya di suatu jurnal nasional atau internasional sehingga dapat meningkatkan nilai impak jurnal-jurnalnya.
Di Indonesia, berdasarkan Perpres Nomor 78 Tahun 2021, seluruh lembaga riset pemerintah seperti LIPI, BPPT, BATAN, dan LAPAN telah dilebur menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Diharapkan BRIN dapat menjadi lembaga riset unggulan yang mampu menarik peneliti-peneliti handal, menghasilkan riset berkualitas, serta memberikan kontribusi nyata bagi kemaslahatan umat.
Penulis berpandangan bidang pertanian, kelautan, kehutanan dan pertambangan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan kesejukan suasana politik masih akan menjadi perhatian utama pemerintah baru. Aktifitas riset yang mendukung tercapai tujuan pemerintah tersebut adalah amanah dari dibentuknya BRIN. BRIN seyogyanya duduk bersama denga para stakeholder bangsa ini untuk merumuskan bidang dan target riset jangka pendek, menengah dan jangkan panjang menuju Indonesia emas 2045. Hasil-hasil riset BRIN akan menentukan kualitas sarana dan prasarana yang pada akhirnya menggambarkan tingkat perabadan bangsa Indonesia. Maju terus BRIN.
Zainal Abidin, Ph.D
Principal Engineer dan Manager di Southwest Research Institute, USA
Adjunct Professor di University of Texas at San Antonio, USA
Katib Syuriyah PCINU Amerika Serikat dan Kanada
Terpopuler
1
Promosi Doktor H M Faojin: Strategi Implementasi Kebijakan PAI di Sekolah Non-Muslim untuk Moderasi Pendidikan Agama di Indonesia
2
Menghidupkan Warisan Ulama Nusantara, Ma’had Aly Amtsilati Gelar Seminar Manuskrip dan Pelatihan Tahqiq Bersama Nahdhatut Turats
3
PAC GP Ansor Margasari Adakan Rapat Kerja Perdana Masa Khidmat 2024-2027
4
Khasiat Doa Akhir Bulan Rajab dan Puasa Menurut KH Achmad Chalwani
5
Program Makan Bergizi Gratis Mulai Berjalan di Pati Meskipun Sempat Terlambat
6
Peringatan Harlah Ke-102 NU, PCNU Banjarnegara Tekankan Kebersamaan demi Harmoni Masyarakat
Terkini
Lihat Semua