Ahlun Najah Faqrulloh
Kontributor
Dewasa ini, tanpa disadari, banyak pemahaman yang logis seringkali berbanding terbalik dengan hakikat yang semestinya. Sebagian besar masyarakat meyakini bahwa kebenaran logis adalah apa yang terjustifikasi dan dipercayai oleh mayoritas. Hal ini mencakup asumsi yang sering kali menghubungkan hal-hal fisik dengan pengaruh roh atau hal-hal gaib. Pemikiran semacam ini sejalan dengan pandangan Tan Malaka dalam MADILOG terkait "Logika Mistika." Dalam perspektif demokrasi, pernyataan tersebut bisa dianggap logis, namun apakah sudah memenuhi syarat epistemik untuk disebut sebagai pengetahuan yang benar?
Beberapa fenomena yang terjadi di Indonesia saat ini mencerminkan kegagalan dalam menyusun proposisi yang tepat. Misalnya, premis-premis kontradiktif yang disatukan dengan kesimpulan yang salah: "P: hujan adalah air, Q: air bukan hujan, maka PQ: air adalah benda 'salah.'" Contoh ini menunjukkan bahwa premis-premis yang tidak tersusun dengan baik akan menghasilkan proposisi yang keliru.
Situasi serupa juga pernah dibahas dalam sebuah seminar tentang akal sehat, di mana kesalahan berpikir disebabkan oleh ketidakmampuan dalam menimbang sebuah pernyataan secara tepat. Hal ini menyebabkan kekacauan dalam berpikir dan pada akhirnya membuat seseorang lebih rentan terhadap hoaks dan kekeliruan berpikir. Dalam buku Alam Pikiran Yunani, Moh Hatta menegaskan bahwa inilah yang kemudian menjadi peran utama logika manusia sebagai alat untuk menghimpun setiap proporsisi dari premis atau pernyataan-pernyataan yang ada.
Lalu apa yang disebut pengetahuan atau itu? Secara garis besarnya Immanuel Kant menggambarkan pengetahuan sebagai segala sesuatu yang didapatkan seseorang melalui penalaran pribadi dan pengalaman yang datang dari dirinya sendiri maupun orang lain.
Tahapan Berpikir Kritis
Berpikir kritis merupakan metode untuk mencapai kesempurnaan dalam memperoleh pengetahuan yang benar. Proses ini bisa diibaratkan seperti mengolah batu akik; agar menjadi indah dan sempurna, batu tersebut harus melalui proses pembelahan, penggosokan, penghancuran, hingga hanya menyisakan yang esensial. Berikut beberapa tahapan dalam berpikir kritis:
1. Pertanyakan Asumsi
Setiap pernyataan pasti didasarkan pada asumsi tertentu. Oleh karena itu, penting untuk selalu mempertanyakan asumsi yang mendasari sebuah argumen. Misalnya, tanyakan pada diri sendiri, "Mengapa saya mempercayai sesuatu?"
2. Cari Sudut Pandang yang Berbeda
Berpikir kritis mengharuskan kita untuk terbuka terhadap berbagai perspektif. Otak yang cerdas mampu mengolah ide tanpa harus memutuskan percaya atau tidak. Yang penting adalah belajar dari setiap informasi dan menyaringnya secara kritis.
3. Analisis dan Evaluasi Argumen
Kemampuan untuk mengidentifikasi premis, pernyataan pendukung, dan kesimpulan dari sebuah argumen sangat penting dalam berpikir kritis. Ini bukan berarti kita harus menjadi skeptis, melainkan mengembangkan kemampuan untuk menilai konsistensi logis dari sebuah argumen.
4. Belajar Menyimak
Mendengarkan dengan seksama adalah salah satu kunci dalam berpikir kritis. Jangan hanya mendengarkan secara pasif, tetapi perhatikan setiap detail argumen yang disampaikan.
5. Waspadai Bias Diri Sendiri
Kita perlu menyadari bahwa setiap orang memiliki bias. Dengan mengembangkan keterampilan penalaran logis, kita dapat mengenali titik lemah dalam argumen dan asumsi kita sendiri.
6. Terimalah Ketidakpastian dan Ambiguitas
Dunia ini penuh dengan ketidakpastian dan ambiguitas. Manusia tidak memiliki informasi yang lengkap, dan perspektif baru bisa mengubah kesimpulan kita. Oleh karena itu, penting untuk tetap terbuka dan rendah hati dalam menghadapi berbagai perspektif, sebagaimana yang diungkapkan oleh Socrates, "Aku tahu bahwa aku tidak tahu."
7. Terlibat dalam Pemikiran Reflektif
Berpikir kritis juga melibatkan refleksi diri. Dengan merenungkan pengalaman kita, kita bisa belajar dari kesalahan dan tidak mengulanginya di masa depan.
Relevansi Berpikir Kritis dengan Islam
Konsep critical thinking memiliki relevansi dengan ajaran Islam, sebagaimana yang tertuang dalam tafsir QS. Al-Alaq ayat 1-5. Syekh Dr Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan dalam kitab Tafsir Al-Munir, jilid XXX, halaman 311, bahwa Allah memberikan potensi kepada manusia untuk berkembang menjadi kuat. Manusia dapat belajar dan mengembangkan diri melalui membaca dan menulis. Dengan membaca dan menulis, manusia dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Membaca dan menulis adalah keterampilan yang penting untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman. Ini juga menunjukkan bahwa manusia berbeda dari makhluk lainnya. Melalui media baca dan menulis, manusia dapat berkomunikasi, belajar, dan mengembangkan diri.
Sementara itu, Buya Hamka dalam kitab Tafsir Al-Azhar, jilid X, halaman 708, mengatakan bahwa surat Al-'Alaq adalah ayat yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. atau yang lebih dikenal dengan nama surat Iqra'. Ayat-ayat tersebut merupakan rahmat dan nikmat yang pertama kali dilimpahkan kepada umat manusia.
Lebih lanjut, surat tersebut mengingatkan tentang asal usul kejadian manusia, yaitu dari darah yang segumpal. Namun, kemudian manusia dimuliakan dengan ilmu dan pengetahuan. Menurutnya, ilmu dan pengetahuan dapat diperoleh dengan membaca, baik dengan otak, lidah, maupun tulisan. Hal ini sesuai dengan inti dari surat Al-'Alaq ayat 1-5, yang menerangkan penilaian yang tinggi terhadap kecakapan dalam membaca dan menulis.
Dalam ayat ini, Allah swt menekankan pentingnya berpikir, menggunakan akal sehat, serta mengevaluasi dan mengambil keputusan berdasarkan ilmu pengetahuan. Kemampuan berpikir kritis seharusnya dikuasai oleh setiap Muslim agar dapat menjalankan perannya secara optimal di tengah masyarakat dan mencapai ketakwaan kepada Allah swt.
Terpopuler
1
Amalan yang Dilakukan pada Malam Nisfu Sya’ban
2
Doa Mustajab di Malam Nisfu Sya’ban yang Dibaca Syekh Abdul Qadir Al-Jilani
3
Muslimat NU Rayakan Nisfu Syaban di Kongres Ke-18 dengan Pemberian Ijazah Amalan
4
Pengukuhan Ranting Fatayat NU Juwiring Klaten, Awal Berkhidmah dan Mendakwahkan Islam Ahlusunah wal Jama’ah
5
Khutbah Jumat: Mengelola Karunia Allah pada Bidang Pertanian untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan
6
MWCNU Jatinegara Tegal Resmikan Klinik Pratama dan Peringati Harlah ke-102 NU
Terkini
Lihat Semua