Taushiyah

Membaca Shalawat, Amal Istimewa yang Tetap Diganjar Walau Tanpa Keikhlasan

Ahad, 11 Agustus 2024 | 18:30 WIB

Membaca Shalawat, Amal Istimewa yang Tetap Diganjar Walau Tanpa Keikhlasan

KH Sholahuddin Fatawi menyampaikan ceramah pada Haul Guru Mursyid dan Awalussanah di Lapangan Kridosono Dewi, Desa Kandri, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (10/8/2024). (Foto: istimewa)

Semarang, NU Online Jateng

 

Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Lasem masa khidmah 2024-2029, KH Sholahuddin Fatawi menyampaikan pesan penting tentang amalan membaca shalawat. Ia mengungkapkan bahwa ada satu ibadah yang memiliki kedudukan istimewa di hadapan Allah SWT, yaitu membaca shalawat. 

 

Dijelaskannya, membaca shalawat merupakan amalan istimewa yang tetap diganjar oleh Allah SWT meskipun dilakukan tanpa keikhlasan.

 

"Satu ibadah yang bisa kita lakukan walaupun tidak ikhlas itu masih tetap diganjar oleh Allah SWT," tuturnya dalam mauidzah hasanah saat Haul Guru Mursyid dan Awalussanah yang bertempat di Lapangan Kridosono Dewi, Desa Kandri, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Sabtu (10/8/2024). 

 

Menurut KH Sholahuddin, shalawat memiliki keistimewaan tersendiri, sebab amalan tersebut berhubungan langsung dengan kecintaan umat kepada Rasulullah SAW. 

 

Bahkan, ketika seseorang melakukan shalawat hanya untuk pamer atau sekadar rutinitas tanpa didasari keikhlasan, amal tersebut tetap mendapatkan ganjaran dari Allah. 

 

"Ini adalah amal istimewa, pamer saja masih diganjar," tegasnya.

 

KH Sholahuddin juga mengingatkan bahwa ketika seseorang merasa tidak enak hati atau sedang menghadapi banyak pikiran, membaca shalawat bisa menjadi solusi yang efektif. 

 

"Orang kalau lagi nggak enak pikiran, itu kalau membaca shalawat, hati bisa menjadi lebih tenang. Karena shalawat itu membawa rahmat dan berkah, baik di dunia maupun di akhirat," lanjutnya.

 

Lebih dari itu, KH Sholahuddin menjelaskan bahwa shalawat bukan hanya sekadar bentuk kecintaan kepada Rasulullah SAW, akan tetapi juga sebagai salah satu bentuk doa yang akan kembali kepada pembacanya. 

 

"Ketika kita membaca shalawat, sesungguhnya kita sedang mendoakan kebaikan untuk diri kita sendiri, keluarga, dan orang-orang di sekitar kita. Shalawat akan mendatangkan syafaat Nabi Muhammad SAW di hari kiamat nanti," imbuhnya.

 

KH Sholahuddin juga mengajak seluruh jamaah untuk senantiasa mengamalkan shalawat dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keadaan lapang maupun sempit. 

 

"Mari kita perbanyak membaca shalawat di mana pun dan kapan pun. Jangan tunggu hati kita ikhlas dulu baru bershalawat. Justru dengan memperbanyak shalawat, insya Allah, keikhlasan itu akan tumbuh dengan sendirinya," ajaknya dengan penuh semangat.

 

Acara kemudian dilanjutkan dengan pembacaan shalawat bersama yang dipimpin oleh Habib Farid Al Munawwar yang diikuti oleh seluruh jamaah yang hadir. Habib Farid berharap semakin banyak umat Islam yang memahami dan mengamalkan pentingnya shalawat dalam kehidupan sehari-hari.

 

"Serta menjadikan shalawat sebagai salah satu ibadah yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan, meskipun keikhlasan itu tidak selalu hadir sejak awal," pungkasnya. 

 

Acara ini juga dihadiri Tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Mandiri Inisiatif Terprogram (MIT) ke-18 Posko 11 Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Kota Semarang.

 

Penulis: M. Raif Al Abrar