Kiai Mustain: Mengagungkan Maulid Nabi Membawa Keberkahan Luar Biasa
Senin, 16 September 2024 | 20:00 WIB
Surakarta, NU Online Jateng
Pondok Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan Surakarta mengadakan acara peringatan maulid Nabi dengan menghadirkan KH Ahmad Muhamad Mustain Nasoha selaku pengurus Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum (LPBH) Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Tengah sekaligus Pembina Lembaga Bahsul Masail Pondok Pesantren Al-Muayyad, pada Ahad (15/9/2024).
Pada kesempatan itu, Kiai Mustain menyampaikan berbagai dalil mengenai keutamaan maulid Nabi berdasarkan kitab-kitab kuning klasik, termasuk An-Ni’matul Kubra ‘alal ‘Alami fi Maulidi Sayyidi Waladi Adam karya Imam Ibnu Hajar al-Haitami dan Al-Mausu’ah Al-Yusufiyyah karya Syekh Yusuf Khottor.
Kiai Mustain mengawali ceramah dengan menyampaikan bahwa peringatan maulid Nabi Muhammad saw merupakan salah satu amalan mulia yang telah dipraktikkan oleh generasi salaf, termasuk para sahabat Nabi, yakni Sayyidina Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali ra. Ia mengutip An-Ni’matul Kubra ‘alal ‘Alami fi Maulidi Sayyidi Waladi Adam halaman 5-7 untuk menjelaskan berbagai keutamaan dari mengagungkan maulid Nabi.
1. Sayyidina Abu Bakar ra berkata: “Barangsiapa membelanjakan satu dirham untuk mengadakan pembacaan Maulid Nabi SAW, maka ia akan menjadi temanku di surga.”
2. Sayyidina Umar ra berkata: “Barangsiapa mengagungkan Maulid Nabi SAW, maka sesungguhnya ia telah menghidupkan Islam.”
3. Sayyidina Utsman ra berkata: “Barangsiapa membelanjakan satu dirham untuk mengadakan pembacaan Maulid Nabi SAW, maka seakan-akan ia ikut serta menyaksikan Perang Badar dan Hunain.”
4. Sayyidina Ali ra berkata: “Barangsiapa mengagungkan Maulid Nabi SAW, dan ia menjadi sebab dilaksanakannya pembacaan Maulid, maka tidaklah ia keluar dari dunia melainkan dengan keimanan dan akan dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab.”
Lebih lanjut, ia juga mengutip pandangan para ulama besar seperti Imam Hasan Bashri, Imam Junaedi al-Baghdadi, dan Imam Fakhruddin ar-Razi mengenai keberkahan maulid Nabi. Dalam pandangan mereka, menghadiri dan mengagungkan maulid Nabi membawa keberkahan luar biasa, baik dalam kehidupan dunia maupun di akhirat. Sebagai contoh, Imam Fakhruddin ar-Razi berkata:
“Barangsiapa membaca Maulid Nabi di atas makanan atau air, maka akan tampak keberkatan padanya, dan Allah akan memasukkan seribu cahaya dan rahmat ke dalam hatinya.”
Selain mengutip kitab-kitab klasik, Kiai Mustain juga merujuk jurnal internasional berjudul American Milad: Celebrating the Birthday of the Prophet dari Universitas Chicago. Dalam jurnal tersebut, maulid Nabi dipandang sebagai sarana pemersatu umat di berbagai negara, termasuk di Amerika Serikat. Menurut jurnal ini, perayaan maulid bukan hanya bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad saw, tetapi juga cara untuk memperkuat solidaritas dan kebersamaan di tengah masyarakat multikultural.
Baca Juga
Lafal Mahalul Qiyam Maulid Barzanji
Kiai Mustain menegaskan bahwa peringatan maulid bukan hanya sekadar seremonial saja, tetapi juga sebagai sarana untuk memperdalam pemahaman tentang ajaran-ajaran Rasulullah saw. Ia menjelaskan bahwa maulid Nabi adalah momen untuk merenungi betapa besar rahmat yang diberikan Allah melalui kehadiran Rasulullah saw.
Lebih dari itu, Kiai Mustain mengutip Kitab Tafsir Durul Mansur karya Imam as-Suyuthi, tentang kebesaran Nabi Muhammad saw sebagai rahmat bagi alam semesta sebagaimana disebutkan dalam Surat Al-Anbiya ayat 107: "Wa ma arsalnaka illa rahmatan lil 'alamin” (Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam).
Kiai Mustain juga merujuk pada Kitab Iqtidzo' Sirotol Mustaqim karya Ibnu Taimiyah yang meskipun kritis terhadap beberapa bentuk perayaan, tetap menegaskan bahwa memperingati kelahiran Rasulullah dapat menjadi bentuk ta'zim (penghormatan) terhadap beliau selama dilakukan dengan niat yang baik dan tidak melanggar syariat.
“Maulid adalah momen untuk meneguhkan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad saw dan mengambil pelajaran dari kehidupan beliau. Ini merupakan bukti cinta kita kepada Rasulullah, sebagaimana Rasulullah sendiri bersabda, 'La yu’minu ahadukum hatta akuna ahabba ilaihi min walidihi wa waladihi wan naasi ajma’iin' (Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian hingga aku lebih ia cintai daripada orang tua, anak, dan seluruh manusia) HR Bukhari dan Muslim,” jelas Kiai Mustain.
Kiai Mustain juga menambahkan bahwa peringatan maulid Nabi memiliki akar yang kuat dari Nabi Muhammad saw sendiri. Ia merujuk kepada Kitab Al-Mausu’ah Al-Yusufiyyah karya Syekh Yusuf Khottor yang menyebut bahwa Rasulullah saw memperingati kelahiran Nabi Isa dan Nabi Adam sebagai wujud penghormatan kepada para nabi.
“Ini menunjukkan bahwa memperingati kelahiran para Nabi adalah tradisi yang dimuliakan oleh Rasulullah saw, dan maulid Nabi Muhammad saw sepatutnya juga menjadi momen yang penuh keberkahan,” ujarnya.
Dalam pungkasannya, Kiai Mustain mengajak hadirin untuk meneladani akhlak mulia Nabi Muhammad saw, sebagaimana ditunjukkan dalam berbagai hadits dan ayat Al-Qur'an. Selain itu, ia juga menekankan pentingnya menuntut ilmu sebagai bagian dari kewajiban umat Islam. Menurutnya, para santri harus berusaha keras dalam menuntut ilmu agar dapat mewarisi ajaran-ajaran Rasulullah.
Kiai Mustain menutup ceramah dengan menekankan pentingnya cinta tanah air. Ia menjelaskan bahwa semangat mencintai tanah air sejalan dengan ajaran Islam. Rasulullah saw sendiri menunjukkan kecintaan yang mendalam terhadap tanah kelahirannya, Mekkah, sebagaimana disebutkan dalam Kitab Al-Bidayah wan-Nihayah karya Ibnu Katsir.
Penulis: Tim LBM PP. Al Muayyad
Terpopuler
1
Rais Syuriyah PWNU Jateng: NU Kokoh Berkat Peran Kolektif Ulama dan Santri
2
Ujian Akhir Santri TPQ Metode Tilawati di Jatinegara-Bojong Libatkan 240 Peserta
3
Keutamaan Bulan Rajab Selain Isra’ Mi’raj Menurut Mbah Maimoen
4
Khutbah Jumat: Bulan Rajab Menuntut Ilmu Ai: Kecerdasan Buatan
5
Khutbah Jumat: Memanfaatkan Teknologi Digital dengan Baik
6
Pasien Diare dan Dengue Shock Syndrome Meningkat di Rembang di Januari 2025,
Terkini
Lihat Semua