• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Minggu, 28 April 2024

Sosok

Kader NU Kudus Nur Said Raih Doktor di UIN Walisongo Semarang

Kader NU Kudus Nur Said Raih Doktor di UIN Walisongo Semarang
Ketua Lakpesdam NU Kudus H Nur Said (tengah) terima gelar doktor di UIN Walisongo Semarang (Foto: Dok)
Ketua Lakpesdam NU Kudus H Nur Said (tengah) terima gelar doktor di UIN Walisongo Semarang (Foto: Dok)

Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) Nahdlatul Ulama NU Kabupaten Kudus H Nur Said yang juga dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus resmi menyandang gelar Doktor dari UIN Walisongo Semarang, setelah berhasil mempertahankan disertasinya dalam ujian terbuka Promosi Doktor pada Selasa (4/7/2023) lalu.


Kajian disertasinya berjudul 'Struktur Filsafat Islam Jawa dalam Ngelmu dan Laku RMP Sosrokartono' berhasil dipertahankan di depan dewan penguji yang terdiri atas Prof Dr H Imam Taufiq MAg (diwakili Prof Dr H Abdul Ghofur MAg), sekretaris penguji Prof Dr Hj Sri Suhandjati (Promotor/ Penguji), Dr H Abdul Muhaya MA (Co-Promotor/ Penguji),  Prof Dr Phil Asfa Widiyanto MAg MA (Penguji Eksternal/ UIN Salatiga), serta penguji internal yang terdiri atas Prof Dr H Suparman Syukur MAg, Dr H Anasom MHum, dan Dr H Machrus MAg. 


Disertasinya itu berhasil mendapatkan apresiasi positif dari para penguji dan tamu yang hadir, lantaran salah satu temuannya di samping menformulasikan bangunan filsafat khas Islam Jawa Sosrokartono -yang tak lain kakak kandung RA Kartini- juga ada serpihan kode etik politik kemengan yang relevan dalam  menghadapi Pemilu 2024. 


“Setiap Pemilu digelar, di situ sering muncul kerawanan konflik social-horizontal yang mengkhawatirkan ketahanan keamananan bangsa. Pesta demokrasi yang sering berkiblat pada Barat, seringkali tak selaras dengan identitas lokal di Indonesia, maka perlu memanfaatkan kesadaran budaya dan kecerdasan budaya sebagai solusinya,” ujarnya dalam rilis yang diterima redaksi NU Online Jateng, Senin (31/7/2023).

 
Menurutnya, Sosrokarono yang dikenal sebagai guru spiritual Ir Soekarno (Presiden I RI) dalam berbagai surat-suratnya berpesan pentingnya menang tanpo ngasorake (menang tanpa merendahkan). 


“Pesan ini ternyata bersayap, karena dalam pesan yang lain ia juga menegaskan pentingnya menang tanpa mejahi tanpa nyakiti, menang tan ngrusak ayu tan ngrusak adil. Yen unggul, sujud bakti marang sesami”. (Menang tanpa 'membunuh' tanpa menyakiti, merusak keindahan dan merusak keadilan. Kalau menang tunjukkan dengan berbakti kepada sesama),” terangnya.

 
Dalam pandangannya, pesan-pesan Sosrokartono bersifat universal. Jika dihubungkan dengan pemilu, bukan saja ketika KPU telah mengumumkan siapa pemenangnya. Kemenangan lebih merupakan sikap kejiwaan seseorang, yang menyangkut integritas dan karakter individu dalam berkontestasi. 


“Kemenangan bisa diperoleh pra pemilu, saat pemilu dan pascapemilu. Kemenangan sebelum Pemilu adalah ketika para kontestan siap menang tanpa mejahi tanpa nyakiti. Jangan sampai sebelum pemilu dimulai terjadi pembunuhan (mejahi) karakter seperti kampanye hitam (black campaign) dan berbagai ragamnya melalui para buzzer dan sejenisnya. Pola-pola seperti ini tentu menyakitkan bagi yang menjadi korban pembunuhan karakter,” katanya. 


Maka menurutnya, menang tanpo ngasorake merupakan kode etik moderasi dalam politik kemenangan. “Yang menang tidak merasa berbangga dan menonjolkan diri, sedang yang kalah tidak berkecil hati dan merasa terhina. Dengan demikian, kemenangan tetap akan menumbuhkan kekeluargaan, kehangatan dan kasih sayang,” ucapnya.


Dalam aktivitas kesehariannya, Nur Said selain mengajar Filsafat di Fakultas Ushuluddin IAIN Kudus juga Muhadlir Islam dan Budaya Lokal di Ma’had Aly Tasywiquth Thullab Salafiyyah (TBS) Kudus. Di samping sebagai dosen, kini juga dipercaya, ia juga sebagai Ketua Lakpesdam NU Kudus setelah sebelumnya sebagai Ketua LTNNU Kudus. 


Dalam dunia seni Said sebagai Wakil Ketua Pengurus Wilayah Ikatan Seni Hadrah (Ishari) Jateng. Di tengah kesibukan sosialnya sebagai founder Pesantren Riset dan Literasi Prisma Quranuan, dirinya juga dipercaya sebagai Sekretaris Majelis Pengurus Cabang (MPC) Majelis Permusyaratan Pengasuh Pesantren Se-Indonesia (MP3I) Kabupaten Kudus.


Kini sedang mengembangkan 'Gusjigang Leadership', suatu sistem kepemimpinan dakwah yang santun dan moderat yang terinspirasi dari kearifan Sunan Kudus untuk Indonesia dan perdamain dunia melalui Yayasan Prisma Quranuna Indonesia. (*)


Sosok Terbaru