• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Kamis, 9 Mei 2024

Regional

Wagub Taj Yasin: Santri Harus Jaga Keutuhan NKRI

Wagub Taj Yasin: Santri Harus Jaga Keutuhan NKRI
Wakil Gubernur Jawa Tengah, H. Taj Yasin Maimoen saat menghadiri pengajian di Pesantren Raudlatul Falah, Gembong, Pati (dokumentasi)
Wakil Gubernur Jawa Tengah, H. Taj Yasin Maimoen saat menghadiri pengajian di Pesantren Raudlatul Falah, Gembong, Pati (dokumentasi)

Pati, NU Online Jateng
Wakil Gubernur Jawa Tengah KH Taj Yasin Maimoen mengajak para santri untuk turut menjaga keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dia menilai, keamanan dan kenyamanan beribadah di Indonesia telah mendapatkan jaminan dari undang-undang. Sehingga, kedamaian tersebut harus dijaga bersama-sama.


"Seperti halnya kecintaan kita pada NKRI bahwa NKRI kan sudah enak kita belajar, keamanan sudah terjamin, yuk kita jaga kedamaian ini, keamanan ini. Kita bandingkan dengan negara lain, rasanya kita tidak ada tandingannya," kata Taj Yasin saat menghadiri pengajian di Pesantren Raudlatul Falah, Gembong, Pati, Rabu (9/2) malam. 


Gus Yasin, sapaan akrab Taj Yasin juga mengimbau agar masyarakat tidak mudah saling menyalahkan. Menurutnya, saat ini banyak oknum-oknum yang mencari kesalahan orang lain dengan tujuan tertentu. 


Dia menilai hal itu bisa membuat perpecahan di antara masyarakat. Maka itu, rasa nasionalisme perlu dipupuk terus sehingga kesatuan dan persatuan tetap kokoh menjaga keutuhan NKRI.


"Artinya jangan kita menyikapi orang seperti itu, sedikit-sedikit menyalahkan orang, membuat orang marah. Nggak perlu saling menyalahkan, saling mencintai saja di negara ini. Itu pondasi," tegasnya.


Lebih jauh, orang nomor dua di Jateng itu meminta kepada para santri untuk memahami sanad tokoh agama secara jelas. Bagi salah satu putra KH Maimoen Zubair ini, apabila tokoh agama memiliki sanad yang jelas, maka tidak akan mudah memberikan ajaran yang mengajarkan kebencian.


"Dalam literasi pesantren, kita disyaratkan dengan keilmuan sanad. 'Dia belajar ke siapa ya? Ajarannya bagaimana ya?' Kalau ada yang mengarah kepada kebencian, perlu digaris besar 'ini siapa ya?'. Padahal kalau dalam ajaran Islam, (kita diajarkan) tidak membinasakan namun memohonkan ampun," tutupnya. (*)


Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat
Editor: M Ngisom Al-Barony


Regional Terbaru