• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Senin, 29 April 2024

Regional

Menengok Mantan Anak Jalanan di Pesantren Al-Hasani Kebumen dari Mengaji hingga Bertani

Menengok Mantan Anak Jalanan di Pesantren Al-Hasani Kebumen dari Mengaji hingga Bertani
Aktivitas anak jalanan di Pesantren Fajim Kebumen (Foto: NU Online Jateng/Syarif Hidayat)
Aktivitas anak jalanan di Pesantren Fajim Kebumen (Foto: NU Online Jateng/Syarif Hidayat)

Kebumen, NU Online Jateng 

Berbeda dengan para santri di pesantren pada umumnya, para santri yang tergabung dalam wadah Forum Anak Jalanan Insyaf, Mengaji (Fajim) Pesantren Al-Hasani, Desa Jatimulyo, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen secara fisik tampak sangar dan garang. 


Bagaimana tidak, sejumlah santri Fajim itu tampak berambut panjang dan pirang. Tak hanya itu, beberapa santri yang datang dari berbagai macam daerah itu sekujur badannya juga nampak dipenuhi tato. Tak heran, jika dilihat sepintas, komplek santri Fajim ini bak Lapas.


"Mereka ini datang dari berbagai daerah. Selain dari Kebumen, beberapa ada yang dari Malang, Demak, Lampung, Semarang, dan sejumlah daerah lainnya," kata Pengasuh Pesantren Al-Hasani, Gus Asyharry Muhammad Alhasani kepada NU Online Jateng di Komplek Fajim, komplek pesantren setempat, Ahad (25/04) sore.


Aktivitas keseharian para santri Fajim di bulan Ramadhan kali ini, kata Gus Asyharry, tak jauh berbeda dengan hari-hari biasa, hanya saja aktivitas mengaji di bulan suci ini lebih diintensifkan, terutama saat sore dan malam hari. Jadwal ngajipun cukup fleksibel, tak seperti santri-santri pada umumnya.


"Metode ngajinya santai dan bisa dilakukan kapan saja. Lebih banyak melalui forum diskusi dan tanya jawab. Secara garis besar, yang lebih kita tekankan adalah akhlak atau adab juga ibadah wajib seperti shalat misalnya," jelas Gus Asyharry atau yang lebih akrab disapa Gus Hari di sela-sela diskusinya bersama para santri Fajim.


Lebih lanjut Gus Hari menuturkan, selain ngaji, aktivitas puluhan mantan anak jalanan itu di antaranya yakni berternak dan bertani di sekitar komplek pesantren setempat. Beberapa santri lainnya juga ada yang berdagang dan membuat kerajinan tangan. Para santri sesekali juga bermusik melalui gitar yang ada di komplek setempat.


"Kita tekankan agar para santri ini belajar menjadi orang benar. Kalau ngomong orang pintar, banyak santri yang sudah pintar-pintar di sini. Ini ada lho, santri yang punya gelar S2 lulusan Australia. Yang mantan pembunuh dan anak punk juga ada," ucapnya sembari menunjuk salah satu santri lulusan S2 jurusan peternakan.


Gus Hari yang juga merupakan Ketua PSNU Pagar Nusa Kebumen menggarisbawahi bahwa pada pembelajaran santri Fajim sendiri tak bisa lepas dari prinsip-prinsip mendasar yang ada dalam ajaran islam rahmatan lil'alamin atau corak Islam yang membawa rahmat bagi semesta. 


"Dari sini kita punya semacam jargon atau slogan, yakni Man Arofa Nafsahu, Faqad Arofa Robbahu. Maknanya kurang lebih yaitu barangsiapa yang mengenal jati dirinya, niscaya ia akan mengenal tuhannya," paparnya.


Fajim sendiri Gus Hari menambahkan, sekitar 6 bulan yang lalu baru saja membuka cabang di kawasan Cikarang, Jakarta. Kendati demikian, sejauh ini Fajim sendiri belum menampung santri jalanan putri, meskipun beberapa kali sudah mulai ada yang mendaftarkan diri.


"Kalau SDM pendamping atau pengajar sih sudah ada dan siap. Namun lahan di komplek kita masih terbatas. Tidak bisa santri khusus seperti ini terus kemudian digabung satu komplek ataupun satu kamar dengan santri umum, apalagi untuk santri putri," imbuhnya.


Gus Hari berharap, Fajim ke depan dapat menjadi alternatif nyata dan solusi kongkrit bagi persoalan sosial, kriminal, juga stabilitas keamanan dan ketertiban di tengah masyarakat. Dirinya juga berharap, Fajim dapat menjadi wadah bagi anak jalanan yang merasa kesulitan untuk kembali ke jalan yang benar. 


"Sejauh apapun kaki salah melangkah, masih ada jalan untuk merubah diri menjadi lebih baik," pungkasnya.


Kontributor: Syarif Hidayat

Editor: M Ngisom Al-Barony


Regional Terbaru