Pesantren Ramadhan Sarana Kenalkan Anak ke Dunia Pondok Sejak Dini
Senin, 19 April 2021 | 19:00 WIB
Naeli Rokhmah
Kontributor
Cilacap, NU Online Jateng
Sebanyak 60 santri Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT) Tahfidul Qur’an I Dusun Cimeneng, Desa Kamulyan, Kecamatan Bantarsari, Kabupaten Cilacap mengikuti Pesantren Ramadhan. Kegiatan ini menjadi sarana untuk mengenalkan dunia pesantren sejak usia dini.
“Kegiatan ini adalah bagian dari pembiasaan dan pengenalan karakteristik santri pesantren kepada santri MDT yang bukan berbasis santri pesantren. Semua kegiatan dikemas seperti halnya di pesantren,” terang Kepala MDT Tahfudlul Qur’an Cimeneng HJ Syar’iyah kepada NU Online Jateng, Ahad (18/04).
Menurutnya, al ini dimaksudkan agar kelak ketika mereka pergi ke pesantren sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan pesatren. Semua kegiatan pesantren Ramadhan ini diseting persis seperti di dalam pesantren.
“Jadwal mengaji, shalat jamaah, makan, mandi, dan jam besuk orang tua sangat dibatasi. Bahkan bagi santri yang pulang harus melalui prosedur izin dari pengurus. Hal ini didasari atas kesepakatan bersama antara pengurus dan wali santri,” terangnya.
Usatadzah Hj Siti Syar’iyah ibu satu ini memang pejuang sejati, selain menjadi Kepala Madrasah Diniyah dirinya juga adalah aktivis Muslimat NU di Kecamatan Bantarsari. Bahkan juga Bendahara Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) Kecamatan Bantarsari.
Ia menjadi penggagas dan inisiator kegiatan Pesantren Ramadhan di MDT Tahfidul Qur’an. Kegitan merupakan agenda rutin yang sudah berjalan enam tahun dari mulai tanggal 1–21 Ramadan 2021.
Lalu, bagaimana mereka yang sekolah formal? Pada waktu jam sekolah formal santri diperbolehkan untuk belajar di sekolah, karena pada saat ini musim pendemi jadi sekolah formal menggunakan sistem dalam jaringan (Daring) dengan fasilitas yang disediakan oleh pihak MDT sebagai penyelenggara kegiatan Pesantren Ramadhan.
“Sebelum ada pendemi mereka berangkat dan pulang kembali dari asrama pesantren Ramadhan, santri tidak diperkenan pulang kerumah selama 21 hari,“ terang Hj Siti Syari’yah.
Disampaikan, rasa kemandirian dan keberanian satri dalam mengikuti kegiatan ini sangat tinggi, sehingga kegiatan berjalan dengan maksnimal. Adapun kitab yang dikaji dalam pesantren Ramadhan ini adalah kitab Safinah, Taklim, Usfuriyah, Sulam Taufik, dan Arbain Nawawi.
"Pengajian kitab ini diasuh oleh 8 Ustadz dan Usatadzah dengan jadwal yang sudah ditentukan. Adapun pembayaran pesantren Ramadhan ini hanya 100 ribu selama 21 hari dengan yang dipergunakan untuk fasilitas makan 2 kali (buka dan sahur), penginapan serta bisayarah untuk ustadz/ustadzah," ungkapnya.
"Kami berharap, mereka akan mengetahui betapa nikmatnya belajar di pesantren dan pada akhirnya mereka akan bangga dengan predikat menjadi santri. Dalam hal ini adalah santri yang berilmu, bertaqwa, serta berakhalakul karimah," pungkasnya.
Kontributor: Mafoel Pratama, Naeli Rokhmah
Editor: M Ngisom Al-Barony
Terpopuler
1
Abu Sampah Disulap Jadi Paving, Inovasi Hijau LPBI NU dan Banser Trangkil
2
Khutbah Jumat: Pelajaran Yang Tersirat Dalam Ibadah Haji
3
Semarak Harlah ke-75, Fatayat NU Wonogiri Gali Potensi Kader dengan Semangat Kartini
4
Kasus Pneumonia Jamaah Haji Meningkat, dr Alek Jusran Imbau Jaga Kesehatan
5
Gelorakan Dakwah Lewat Tulisan, NU Online Kumpulkan Jurnalis Muda Nahdliyin se-Jateng dan DIY
6
NU Online dan LAZISNU Gelar Workshop Jurnalistik Filantropi, Cilacap Jadi Tuan Rumah
Terkini
Lihat Semua