Para leluhur telah menciptakan berbagai ritual-ritual yang mengandung nilai historis pada setiap orang yang melaksanakannya, salah satunya yaitu tradisi sesajen. Sesajen sebagai pelajaran yang harus dipelihara oleh setiap generasi. Karena sesajen mengandung makna yang sangat dalam dan berkelanjutan demi menjaga nilai dan norma yang ada di masyarakat. Diharapkan pula oleh para leluhur terdahulu kita dengan adanya sesajen ini dimaksudkan agar manusia lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan yang Maha Esa, serta tanpa hentinya berdoa meminta keselamatan dari segala marabahaya yang mengancam dirinya.
Â
Munculnya kebudayaan ini tidak terlepas dari unsur budaya Hindu yang melekat di masyarakat Indonesia khususnya di wilayah Jawa dan Bali dan menjadi akulturasi dari budaya Hindu-Islam. Indonesia sebagai negara yang majemuk, terdiri berbagai macam suku dan memiliki berbagai macam tradisi yang masih dilestarikan dan dipertahankan hingga kini. Harapan besar semoga generasi muda dapat meneruskan warisan budaya ini, sehingga nilai dan kearifan lokal budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang terdahulu dapat terjaga dengan baik dan menghasilkan ekosistem yang dapat terjaga dan dapat terus saling menghargai dengan makhluk hidup serta menghargai kepada para pendahulu.
Â
Dahulu orang-orang Jawa kuno sering menggunakan sesajen sebagai sarana memuja hal-hal yang bersifat ghaib dan yang mereka percayai sebagai pembawa keberuntungan dan sumber dari segala apa yang mereka minta. Hal itu dipercayai karena mereka masih terpengaruh sangat kental menganut kepercayaan animism dan dinamisme. Menurut orang Jawa praktik sesajen/cok bakal/sesaji bancakan mempunyai makna dan tujuan untuk dipersembahkan tidak lain, mewujudkan rasa menghormati, menghargai, bentuk rasa syukur kepada Tuhan sekaligus sebagai ekspresi sikap welas asih secara nyata kepada seluruh makhluk penghuni jagat semesta.Â
Â
Sesajen biasanya berisi sebagai berikut:
- Potongan ayam cemani, ayam yang sebagian tubuhnya berwarna hitam pekat, karena konon ayam cemani banyak disukai oleh bangsa setan dan jin. Selain itu juga dipercaya bisa memperoleh ilmu sakti, kekebalan, dan hingga ilmu penangkal sihir.
- Pisang, menurut leluhur buah pisang merupakan buah yang sangat dihormati oleh umat Hindu, karena buah pisang memiliki keistimewaan yang tidak akan mati sebelum pisang menghasilkan buahnya. Pisang disimbolkan sebagai  kemakmuran dan biasanya pisang yang dipilih yakni pisang mas.
- Kopi hitam, bagi sebagian orang bahwa kopi merupakan minuman yang sudah dari dulu ada dan para leluhur juga menggunakan kopi sebagai sesajen, kopi dihidangkan sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur yang sudah pulang untuk kemudian mengunjungi keluarganya yang masih hidup.
- Bunga tujuh rupa, adalah sebutan bagi sehimpunan bunga yang dipersiapkan untuk upacara keagamaan, salah satunya ada pada tradisi sesajen, bunga tujuh rupa terdiri dari gabungan bunga mawar, bunga gading merah, bunga gading putih, bunga kenanga, bunga melati, bunga kantil, dan bunga sedap malam.
Â
Uraian di atas merupakan segala hal yang harus dipersiapkan untuk memenuhi segala kebutuhan pada tradisi sesajen. Namun seiring berjalannya waktu, setelah para tokoh penyebar Islam ke tanah Jawa (Walisongo) ritual sesajen perlahan-lahan diganti dalam konsep penyajian hidangan ataupun bentuk secara identitasnya menjadi slametan/tasyakuran yang mengganti sesajen dengan brekat slametan. Dalam penyajian Brekat slametan mempunyai tujuan utama yang semula sebagai sarana pemujaan kemudian bertransformasi menjadi serangkaian doa-doa yang dipanjatkan sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah SWT atas beribu-ribu nikmat yang telah kita rasakan setiap hari, baik nikmat sehat ataupun nikmat keimanan kepada Allah SWT.
Â
Pada prosesi brekat slametan dalam tradisi Nahdlatul Ulama (NU), setelah Agama Islam datang ke Nusantara, brekat slametan sedikit dirubah dan di inovasi dalam pelaksanannya yang semula pelaksanaanya bertujuan untuk memuja roh-roh halus serta masih kental dengan nuansa mistik dan supranatural. Kini, pelaksanaan brekat slametan yang sering dilakukan oleh warga NU biasanya berupa susunan acara rangkaian pembacaan ayat-ayat suci Al-Qurâan dan doa bersama yang dipimpin oleh kiai atau ulama setempat dengan diawali dengan bacaan tawasul dengan membacakan daftar arwah ahli kubur yang telah meninggal dunia dan dilanjutkan dengan pembacaan surat yasin dan tahlil, lalu ditutup dengan doa bersama yang di amini pula oleh para tamu undangan. Dan biasanya sebelum pulang para tamu undangan oleh tuan hajat (shahibul Bait) dipersilahkan membawa brekat yang berupa nasi tumpeng dan aneka lauk pauk yang sudah disediakan oleh tuan hajat (shahibul bait) untuk bisa dibawa pulang kerumah. Makna brekat, sendiri bertujuan semua yang menghadiri acara slametan itu bisa mendapatkan keberkahan atas doa-doa yang sudah dipanjatkan dan bertujuan sebagai upaya rasa terima kasih dari tuan hajat atas kehadiran dari tamu yang di undang.
Â
Inovasi yang dilakukan dalam tradisi brekat slametan ini pada dasarnya tidak mengurangi makna simbolik dalam praktiknya, akan tetapi lebih menekankan pada sisi budaya lokal yang dikolaborasikan dengan bersumber pada Ajaran agama Islam. secara singkat tradisi brekat slametan ini berfungsi sebagai wujud rasa syukur atas karunia Allah SWT dan harapan untuk selalu berada dalam lindungan Allah SWT untuk menciptakan keadaan yang aman dan sejahtera dari berbagai gangguan baik dari makhluk nyata ataupun halus (jin dan syetan) dan sebagai interaksi sosial yang bertujuan dengan tersambungnya tali silaturahim antara sesama muslim.
Â
Besar harapan, semoga tradisi-tradisi yang sudah diwariskan oleh nenek moyang kita terdahulu, untuk bisa kita jaga bersama. Dan sebagai generasi yang sadar dengan kekayaan yang sudah leluhur wariskan maka seyogyanya kita terus mengali baik makna, manfaat, ataupun tujuannya.
Â
Aâisy Hanif Firdaus, mahasiswa Ilmu Al-Qurâan dan Tafsir UIN Walisongo Semarang, Sekretaris Umum Ikatan Keluarga Al-Fajar Babakan-Tegal, dan Sekretaris PR IPNU Dukuh Kedawon, Larangan, Kabupaten Brebes
Terpopuler
1
Kiai Abdan Koripan Magelang, Sang Jurkam NU
2
NU Peduli Lasem Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir di Gubug, Grobogan
3
Biro Infokom Banser Tegal Gelar Kopdar, Bahas Penguatan Komunikasi dan Kesiapsiagaan
4
Ketua Baru PR GP Ansor Karangasem Tegal Terpilih, Siap Wujudkan Pemuda Maju dan Berkhidmat
5
Lakpesdam PWNU Jateng Gandeng PCNU Kota Semarang Gelar Forum Kader NU Jateng yang Perdana
6
Lakmud PAC IPNU-IPPNU Gebog: Bangun Kontinuitas Trilogi untuk Gebog Berdedikasi
Terkini
Lihat Semua