• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 29 Maret 2024

Opini

Hizib Sakran Media Pelindung Santri Saat Belajar di Pesantren

Hizib Sakran Media Pelindung Santri Saat Belajar di Pesantren
Foto: Ilustrasi (nu online)
Foto: Ilustrasi (nu online)

Hizib dalam tradisi pondok pesantren menjadi salah satu identitas yang melekat. Selain ada wirid, ratib, tahlil, istighotsah, hizib juga menjadi amalan yang banyak dilakukan oleh kiai yang kemudian diijazahkan, atau paling tidak dibaca bersama para santri. Salah satunya adalah Hizib Sakran yang disusun oleh Imam Ali bin Abu Bakar as-Saqqaf. 

 

Secara bahasa hizib berarti wirid, kelompok, golongan. Sementara Sakron berasal dari sakiro-yaskuru-sakaron, menjadi sakron yang artinya mabuk. Nama hizib ini memang terkesan nyeleneh. Namun, penamaan ini disandarkan pada penyusunnya yang merupakan wali (kekasih) Allah, yang sangat mencintai Allah seperti orang yang tidak sadar diri (mabuk). Konon Hizib Sakran memiliki aura yang lebih kuat daripada hizib yang lain.

 

Hizib Sakran bisa dijumpai di lingkungan pondok pesantren, misalnya yang dilakukan oleh para santri Al-Hikmah 2 Benda, Sirampog, Bumiayu, Kabupaten Brebes. KH Masruri Abdul Mughni yang menjadi pengasuh pesantren kala itu mendapatkan ijazah Hizib Sakran dari KH Dalhar Watucongol, Muntilan, Kabupaten Magelang. 

 

Dari penulusuran penulis dengan putra sulung Abah Masruri, yakni Gus Sholahuddin Masruri ketika pesantren masih dalam tahap pembangunan pada 1986 Masehi, ada beberapa gangguan yang membuat pesantren tidak nyaman. Lalu Abah Masruri sowan ke Mbah Dalhar termasuk meminta restu agar gedung yang dibangun cepat selesai.

 

Gus Sholah melanjutkan, salah satu media yang digunakan Pesantren Al-Hikmah 2 Benda untuk berzikir adalah dengan membaca Hizib Sakran. Ada pula Hizib Nashor dan Hizib Iqbal. Hal ini diwanti-wanti oleh Abah Masruri supaya para santri tidak lalai dari mengingat Allah dengan berzikir dari hati sampai lisannya. Selain itu, Hizib Sakran juga memiliki faedah yang luar biasa ketika diamalkan secara benar.

 

Secara fungsional pembacaan Hizib Sakran sebagai perantara doa meminta perlindungan dari gangguan makhluk maupun perasaan. Hal ini semakin kentara ketika melihat isi dari Hizib Sakron. Misalnya pada lafaz berikut:

 

اَللَّهُمَّ إِنْ أَحَدٌ أَرَادَنَا بِسُوءٍ مِنَ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ وَالْوُحُوشِ مِنْ بَشَرٍ أَوْشَيْطَانٍ أَوْسُلْطَانٍ أَوْ وَسْوَاسٍ, فَارْدُدْ نَظَرَهُمْ  فِى انْتِكَاسٍ, وَقُلُوبِهِمْ فِى وَسْوَاسٍ, وَأَيْدِيْهِمْ فِى إِفْلاَسٍ, وَأَوْبِقْهُمْ مِنَ الرِّجْلِ إِلَى الرَّأْسِ, لاَ فِى سَهْلٍ يَجْدَعُ, وَلاَ فِى جَبَلٍ يَطْلَعُ, بِمِائَةِ اَلْفِ اَلْفِ اَلْفِ لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ. وَصَلىَّ الله عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

 

Artinya: Wahai Allah, jika ada yang menghendaki keburukan terhadapku baik dari golongan jin, manusia, syaitan, penguasa, maupun godaan, maka tolaklah pandangan mereka dalam ketundukkan. Buatlah mereka dalam kerisauan hati, tangan dan kakinya lemah tidak berdaya, pendam mereka (ketika hendak mencelakai kami). Tidak ada kemudahan baginya, baik di lembah yang mereka susuri ataupun gunung yang mereka daki. Tidak ada daya dan upaya selain Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung. Semoga rahmat dan keselamatan Allah limpahkan kepada Muhammad SAW dan para keluarga beserta para sahabatnya.

 

Setelah penulis melakukan kajian lebih dalam, bagi para santri yang mengamalkan Hizib Sakran pada setiap bakda shalat Isya berjamaah, ada beberapa motivasi dan fungsi yang lahir. Sebagian mengatakan bahwa hizib ini untuk media penangkal gangguan jin ataupun hal-hal yang mengganggu santri dan sebagai sarana ketenangan jiwa. Ada juga santri yang mengatakan bahwa Hizib Sakron mampu membentuk karakter dan kepribadian santri menjadi lebih disiplin dan berwibawa.

 

Keutamaan dari Surah al-Fatihah dan Ayat Kursi semakin meningkatkan kadar keutamaan Hizib Sakron yang memang di dalamnya terdapat keduanya. Mulai dari Nabi Muhammad, sahabat, tabiin, hingga para ulama sampai diterima oleh kita, Surah al-Fatihah dan Ayat Kursi merupakan yang istimewa di antara ayat Al-Qur’an yang lain. Misalnya, kisah sahabat Nabi yang membacakan Surah Al-Fatihah kepada salah satu penduduk yang sakit (HR Bukhori, No. 5007). Lalu hadits yang mengatakan Ayat Kursi sebagai ayat yang paling mulia dan agung (HR Muslim, No. 810).

 

Ada satu praktik simbolik yang terbilang unik ketika pembacaan Hizib Sakran di Pesantren Al-Hikmah 2 Benda. Ketika selesai pada bagian Surah al-Fatihah, terdapat bacaan suur (artinya pagar, tameng, benteng), tangannya diletakkan di atas kepala dengan posisi menunjuk lalu diputar mengelilingi kepala sebanyak tiga kali (sesuai jumlah bacaan suur). 

 

Sebagaimana diungkap oleh Gus Sholah dan sebagian besar santri, gerakan tersebut merupakan simbol dari meminta perlindungan untuk dipagari, dijaga dari gangguan atau sebagai penangkal. Sementara kepala merupakan wakil anggota badan yang paling mulia. Memohon perlindungan (istiadzah) dan pertolongan (istianah). Menurut Gus Sholah ritual itu merupakan bentuk keimanan sekaligus pengakuan diri atas kelemahan seorang hamba. Kemudian gerakan ini menjadi simbolnya.

 

Keyakinan para santri terhadap keutamaan Hizib Sakran merupakan salah satu bentuk resepsi (penerimaan) terhadap sesuatu. Apalagi, dalam dunia pesantren doktrin keagamaan semacam ini seperti sudah mengakar, turun temurun dari para muassis (pendiri) pesantren sampai ke masyayikh (guru-gurunya). 

 

Sebagai catatan, Hizib Sakran merupakan media perantara saja. Adapun segala yang terjadi adalah mutlak dari Allah. Gus Sholah menegaskan, “Yang menjadi tujuan adalah Allah semata, adapun Hizib Sakran ini wasilah kita untuk sampai ke sana (terkabulnya doa),” tutur Gus Sholah.

 

Hari ini, pandemi Covid-19 masih berada di tengah kehidupan. Selain ikhtiar lahir, para pengasuh pesantren tidak terkecuali dilakukan oleh Gus Sholah dan sanak saudaranya, melakukan ikhtiar batin yang lebih. Tidak ketinggalan adalah Hizib Sakran ini, sebagai media perlindungan dari ganasnya virus Covid-19. 

 

*Artikel ini diolah dari Skripsi Penulis; Resepsi Fungsional Al-Qur’an; Praktik Pembacaan Hizib Sakran di Pesantren Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes

 

 

M Badruz Zaman, mahasiswa Ilmu al-Qur'an dan Tafsir Program Magister UIN Walisongo Semarang. Saat ini menjadi pengajar di Pondok Pesantren Darul Falah Besongo Semarang 


Opini Terbaru