• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Senin, 29 April 2024

Opini

Ketika 'Belajar' Jadi Mahkota

Ketika 'Belajar' Jadi Mahkota
Foto: Ilustrasi (nu online)
Foto: Ilustrasi (nu online)

Kehormatan manusia adalah pengetahuan. Orang–orang yang bijak adalah suluh yang menerangi jalan setapak kebenaran. Di dalam pengetahuan terletak kesempatan untuk keabadian. Sementara manusia bisa mati, kebijakan hidup abadi. (Ali bin Abi Thalib) 

 

Pandemi membuat semua aktivitas sedikit tergganggu. Ekonomi, industri, penerbangan, berkesenian, pengajian, bahkan pendidikan pun terkena imbasnya. Hampir dua tahun ini pendidikan formal dilaksanakan secara daring atau pembelajaran jarak jauh (PPJ). Berbagai langkah untuk menyikapi dua pembelajaran juga sudah dilakukan seperi rekayasa kurikulum, pemadatan kompetensi dasar, hingga pemilihan metode yang tepat dan relevan dengan kondisi. Semua dilakukan untuk menjawab jika belajar merupakan hal yang urgen meski pandemi tengah melanda. Kalau masih dianggap kurang maksimal hal tersebut wajar mengingat situasi emergency seperti. 

 

Namun yang terpenting adalah semangat belajar anak–anak terjaga dan mereka terus bisa mengikuti pembelajaran di tengah kekurangan–kekurangan selama ini. Bagi bapak ibu guru bukan sekadar tiap hari memberi tugas tapi juga memantau, menjalin komunikasi kepada peserta didik sehingga anak tidak sampai stagnan dalam belajar. Konsepsi seperti ini yang coba dirumuskan di tahun kedua masa pandemi. 

 

Orang tua juga harus memahami jika belajar merupakan tanggung jawab bersama. Dengan belajar orang pun jadi sadar bila hidup itu butuh pintar. Karena belajar tidak dibatasi oleh jarak dan ruang. Belajar tidak semata–mata ingin tenar, tapi belajar adalah upaya menjadikan pribadi anak lebih tahu mana yang salah dan mana yang benar sehingga ketika besar tidak gampang gusar oleh sesuatu samar-samar. 

 

Dengan membangun semangat belajar sejak dini, diharapkan anak–anak ini tidak mudah kesasar dalam belantara dunia yang masih samar. Mengingat di luar sana, orang yang terkapar karena salah dalam belajar. Mereka bukannya semakin pintar tapi malah semakin tercemar membuat para orang tua dan masyarakat semakin bingung dan gamang. 

 

Ketika belajar tanamkan rasa sabar pada anak–anak, berilah pengertian dalam belajar karena memang kondisi tengah darurat seperti ini. Belajar dituntut harus sabar, walau harus dari lembar perlembar. Dengan sabar diharapkan supaya pikiran ini tidak mudah tercemar oleh virus-virus merasa paling pintar. Sebab banyak orang yang merasa pintar dengan takaburnya mengatakan jika orang itu tidak benar. 

 

Belajar merupakan kewajiban, sekaligus menjawab segala tuntutan zaman. Banyak orang yang tersesat dalam belantara kehidupan yang disebabkan rendahnya pengetahuan dan iman. Boleh jadi mereka itu tidak tahu, tapi oleh orang orang tahu dijadikan obyek propaganda semu. Ironis memang tapi mau bilang apa jika hal tersebut  sekarang tengah melanda sebagaian orang di negeri ini.  Inilah  faktanya, namun demikian jangan menyerah begitu saja. Maka dari itu selagi ada waktu dan kesempatan, tetaplah  untuk menuntut ilmu walau hanya membaca satu lembar perhari.  

 

Belajar menjadi hal yang wajib tatkala untuk memerangi kebodohan. Kebodohan merupakan hulu permasalahan yang sudah sepantasnya diperangi, namun jangan sampai bertindak arogansi hingga menyebab salah persepsi. Salah satu wujud kebodohan adalah sikap skeptis terhadap perubahan zaman.  Di mana ketika ditutut akselarasi kehidupan, mereka justru asyik dengan permainan yang akibatnya tertinggal dari keadaan. Ini yang dikuatirkan terhadap anak–anak sekarang. 

 

Dalam belajar hendaklah bersikap yang wajar, agar tidak bikin onar masyarakat sekitar. Belajarlah di mulai dari diri sendiri. Konstruksilah visi dan misimu, dengan semangat literasi. Meski hanya tiga puluh menit sehari. Bacalah buku, jadikan buku sebagai teman harianmu. Jika memang harus berguru datanglah pada orang–orang yang berilmu agar dirimu mendapat kesempatan untuk bertabaruk serta bimbingan. 

 

Bila demikian, belajar bisa menjadi satu kebutuhan bagi mereka yang ingin berkemajuan. Tak peduli luasnya lautan atau tingginya pegunungan kalau memang itu satu keharusan akan mereka lalui guna memantaskan diri dengan keadaan. Sebuah kesuksesan diawali oleh satu kesempatan. Maka tidak mengherankan jika ada satu kesempatan mereka optimal kan guna menjawab tantangan zaman.

 

Belajar itu butuh waktu dan ketekunan. Belajar juga butuh praktikkan dan  ujian. Jangan merasa hebat dirimu, jika belum bisa menyelesaikan tantangan dalam belajar. Tugas dan hapalan dalam belajar merupakan satu tahapan untuk memberi ruang tanggung jawab bagi mereka yang rindu kemajuan. Tugas dan hapalan dapat menjadi parameter sejauh mana orang tersebut semangat dalam belajar.  

 

Dari potret itu diharapkan dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar bisa berjalan dengan lancar dibutuhkan kemampuan dalam menjadwal kegiatan. Belajar atau pembelajaran bisa berjalan jika lingkungan memungkinkan untuk belajar. Dalam belajar biasanya dibutuhkan pengajar agar belajar tidak keluar dari tujuan belajar. Belajar terbaik adalah belajar dilaksanakan dengan penuh kesadaran. Dan materinya tidak harus banyak dan luas melainkan sesuai kebutuhan. 

 

Bila kuatir dalam belajar pilihlah pembelajaran yang bisa membimbing diri ini ke arah yang lebh baik, terutama dalam budi pekerti dan ketauhidan. Seberapa pun pintarnya dirimu dan luasnya pengetahuanmu jika tidak ada budi pekerti (akhlak) ibarat tumbuhan yang berkembang namun tidak sedikitpun memiliki aroma yang mewangi. Belajar juga bisa menjadi bahan koreksi diri sendiri. Pepatah mengatakan, semakin kita belajar maka semakin tampak jelas kebodohan kita. Pepatah ini mengisyaratkan bahwa dengan belajar yang tekun diharapkan dapat menutup celah kebodohan atau ketidaktahuan yang selama telah memasung diri ini dalam kegelapan pengetahuan.

 

Belajar merupakan proses pematangan jiwa/mental. Belajar itu sendiri    adalah pembentukan jiwa (akhlak) seorang siswa/santri kepada guru/kiai. Walau itu tidak dituturkan secara verbal, pembelajaran yang ideal tetap menekankan  pada persyaratan moral, antara guru dengan siswa. Dalam interaksi guru dan  siswa tetap harus dalam proses menjunjung tinggi etika dan moral tanpa harus mematikan kreativitas dan dinamika belajar. Sedangkan belajar dan  pembelajaran menurut Imam al-Ghozali; belajar itu suatu proses jiwa untuk memahami makna sesuatu sebagai upaya pembentukan akhlakul karimah guna mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub) demi mencapai keselamatan di dunia dan di akhirat.   

 

Orang Islam memandang bahwa semua ilmu itu penting dan mereka menganggap yang paling tinggi di dunia adalah ilmu, karena Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan. Karenanya mencari ilmu   menjadi kewajiban mutlak bagi manusia. Islam juga mengajarkan bahwa ilmu itu  menentukan selamat atau tidaknya manusia di dunia dan di akhirat.


 

Lek Basyid Tralala, Pengurus Harian Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Kaliwungu Selatan, mantan Wakil Sekretaris PC IPNU Kendal


Opini Terbaru