• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Minggu, 19 Mei 2024

Opini

Mengikuti kehendak Allah

Mengikuti kehendak Allah
Foto: Ilustrasi (nu online)
Foto: Ilustrasi (nu online)

Mengikuti kehendak Allah, artinya adalah mengikuti Al-Qur'an dan Sunnah, sebagaimana suri tauladan Rasulullah SAW, para Sahabatnya, dan para pengikutnya, serta ulama terdahulu yang shalih. 

 

Al-Qur'an dan Sunnah adalah kehendak Allah Taala yang mencerminkan sifat Rahman dan Rahim-Nya dan kasih sayang-Nya kepada hamba-hamba-Nya agar selamat dunia akhirat. Karena itu memahami Al-Qur'an dan Sunnah tidak dapat kalau hanya menggunakan pemikiran akal semata, melainkan harus mengikuti manhaj, pendekatan, atau metodologi yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW, para sahabatnya, dan para ulama terdahulu yang shalih, atau dalam bahasa ushul fiqih disebut ijma dan qiyas.

 

Allah Ta'ala telah memberikan kelebihan kepada nabi dan utusan-Nya dengan wahyu atau kitab suci yang disampaikan melalui malaikat Jibril AS. Juga diberikan kecerdasan dan kelebihan lainnya yang disebut mu'jizat.

 

Sedangkan kepada manusia secara umum diberikan oleh Allah berupa akal. Dengan akal, agar manusia dapat berpikir tentang ayat-ayat atau tanda-tanda kekuasaan-Nya, agar manusia beriman dan bertaqwa kepada-Nya.

 

Tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah diciptakannya bumi dan langit seisinya yang bergerak teratur sesuai dengan kedudukan dan fungsinya. Semua makhluk-Nya atau ciptaan-Nya selalu bertasbih, siang dan malam, pagi dan sore. Gunung-gunung, lautan, tumbuhan, dan hewan-hewan selalu bertasbih sesuai dengan kemampuan dan bahasanya masing-masing. Namun kebanyakan kita menjadi lalai.

 

Kelalaian atau ghaflah sebagian umat manusia disebabkan karena nafsunya. Sebab nafsu selalu mengajak kepada keburukan, kecuali nafsu yang dirahmati-Nya. Sedangkan Allah selalu mengajak kepada kebaikan dan kebahagiaan dunia akhirat.

 

Kehendak Allah Taala adalah mutlak. Jika Allah menghendaki maka tiada yang dapat menghentikannya. Jika Allah tidak menghendaki, maka tiada yang dapat mengerjakannya. Karena itu, sebagai manusia yang beriman telah diajarkan agar selalu berikhtiar dan berdoa, agar mendapatkan hidayah, taufiq, dan inayah-Nya. 

 

Hidayah, artinya adalah petunjuk dari Allah Taala. Allah telah memberikan petunjuk kepada para Nabi dan Rasulullah berupa kitab suci. Manusia secara umum juga diberikan petunjuk yang berupa panca indera, akal dan seluruh makhluk ciptaan-Nya, agar manusia dapat berpikir positif tentang seluruh kejadian yang dialaminya.

 

Jika di antara umat manusia belum mampu memahami petunjuk tersebut, dianjurkan untuk bertanya kepada para ahli dzikir, yakni para kekasih-Nya atau Auliya dan ulama salafu shalih. 

 

Bertanya kepada para ahli dzikir tidak hanya secara verbal menyampaikan pertanyaan, namun juga memperhatikan dan mengikuti kebiasaan-kebiasaanya sesuai kemampuan yang ada. Karenanya berkumpul dengan ulama dalam majelis-majelisnya, lambat laun Insyaallah pada akhirnya dapat memahaminya.

 

Taufiq, artinya adalah memohon kepada Allah agar kehendak manusia yang beriman selaras dengan kehendak-Nya. Sebab dalam keimanan diajarkan, tiada yang dapat mendatangkan kebaikan dan kebahagiaan kecuali atas anugerah-Nya. Tiada yang dapat menolak kerusakan atau mafsadat kecuali atas kekuasaan-Nya. Tiada kenikmatan kecuali atas pemberian-Nya. Dan tiada daya dan upaya kecuali atas kekuatan-Nya. 

 

Sedangkan Inayah adalah pertolongan-Nya. Keberhasilan yang dicapai dalam kehidupan manusia bukan semata-mata hasil jerih payahnya, melainkan juga atas keputusan dan ketetapan-Nya. Sebab tidak semua keinginan dan cita-cita kita bisa terwujud. Kadang berhasil, kadang tidak. Semua ini tergantung pada ikhtiar kita dan kehendak-Nya. 

 

Karenanya para ulama mengajarkan agar ada keseimbangan antara usaha dan doa, ikhtiar dan tawakal, rasa takut (khauf) dan berharap (raja'). Bukankah dibalik kesulitan akan ada kemudahannya? Wallahu a'lam. Semoga kita mendapat hidayah, taufiq dan inayah-Nya, amin

 

 

H Mohamad Muzamil, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah


Opini Terbaru