Kebangkitan kaum santri secara nasional adalah periode pada paruh pertama abad ke-20 di Nusantara, ketika para ulama merasa penting untuk menjamiyahkan jamaah dan membentengi ajaran Ahlussunnah wal jamaah, menumbuhkan rasa kesadaran nasional sebagai 'orang Islam Indonesia'. Di samping tergugah untuk berikhtiar melakukan fungsi diplomasi dengan dunia Islam, maka embrio yang dipimpin KH Abdul wahab Hasbullah muda lahirlah komite hijaz. Dari situ kebangkitan para ulama sangat mendesak untuk mendirikan Jamiyah Nahdlatul Ulama adalah kebangkitan para ulama.
Kebangkitan ulama mempunyai arti yang sangat strategis. Bukan dinilai dengan sebelah mata seolah-olah para kiai dalam kondisi terpuruk atau tertidur, tetapi kebangkitan di sini mempunyai arti bahwa tidak semua ulama mempunyai jiwa bangkit untuk mengubah tatanan sosial atau kondisi di sekitarnya dan lewat NU kesadaran berjuang, berkarya, berinovasi serta inprovisasi untuk kepentingan ummat dipikul bersama.
Simpul yang bisa ditarik dari perjuangan ulama untuk bangkit mengubah tatanan sosial ialah mereka berusaha menjaga dan merawat tanah air yang berawal dari lingkup lokal. Kondisi dan tatanan kehidupan sosial yang tidak seimbang dan cenderung negatif menggerakkan para ulama untuk melakukan langkah perubahan ke arah yang lebih baik, persis dengan tema yang diusung pada Muskerwil ke-2 NU Jateng yang masih menuntaskan kemandirian agar mampu disenergikan adalah 'Merawat Jagat, Membangun Peradaban'.
Muskerwil Strategis
Di tengah tengah ketidakpastian berakhirnya pandemi Covid-19 yang selalu bermunculan varian-varian baru entah sampai kapan berakhir. Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah berusaha membangkitkan kembali untuk menyemangati jamaah agar tidak putus asa dalam menyikapi kondisi. Kebangkitan ini harus dimulai melakukan terobosan baru mengawal kemandirian jamiyah, di samping membuktikan bahwa virus itu akan selalu ada maka sikap ramah terhadap lingkungan dan mampu menyikapi kondisi adalah tuntutan bersama. Ikhtiar bangkit adalah perjuangan tanpa henti yang selalu dikobarkan sejak perjuangan mengusir penjajah, sampai kapanpun perjuangan tidak boleh berhenti, karena perjuangan adalah wujud dari pengabdian atau ibadah.
Muskerwil periode khidmah 2018-2023 yang diselenggarakan di Masjid Agung Jawa Tengah MAJT adalah titik awal kebangkitan dari pelaksanaan program yang sempat terseok-seok oleh pandemi, bukan berarti para pengurus selama 2 tahun berhenti total tetapi pelaksanaan program sengaja memilih kerja silent yang tidak bersifat a foce, maka ada beberapa terobosan yang sangat ada korelasisinya kemandirian merawat jagat, membangun peradaban.
Program Terobosan yang Inovatif
Muskerwil ini akan ditandai dengan kerja sama strategis dengan Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB) dengan melakukan terobosan teknologi tepat guna untuk para warga NU yang bergerak di sektor pertanian, sektor industri, UMKM, dan semua sektor yang bertalian dengan perakitan teknologi mesin untuk meningkatkan produktivitas dengan tujuan teknologi itu murah dan terjangkau.
Sektor pertanian ini sangat perlu diperhatikan oleh Pengurus NU yang selama ini belum ada keseriusan dan diperhatikan padahal warga NU dan para santri banyak dari pedesaan atau petani dan peternak, maka Muskerwil ini sebagai cambuk untuk membangkitkan kembali pada para pengurus di masing-masing tingkatan untuk meperhatikan para jamaahnya.
Di era digital dengan maraknya ekonomi berbasis digital dan Indonesia terhitung pengguna seluler yang paling tinggi di seluruh dunia, sedang warga Indonesia terbesar adalah warga NU, maka sektor perekonomian akan ditandai dengan penggunaan 'Aplikasi Tajagat' ini akan berimprovisasi dengan semua sektor pergerakan perekonomian warga NU agar tidak tertinggal dan dikendalikan oleh pera petualang ekonomi yang dikuasi oleh segelitir konglomerat. Gerakan ini akan dinahkodai dengan Koperasi Serba Usaha yang telah di beri nama Koperasi Jagat Kamulyan.
Berbicara tentang modal usaha NU dengan penduduk terbesar di Jawa Tengah dan di buktikan selama 3 tahun pendataan SISNU (Sistem Strategis Nahdlatul Ulama), merupakan social capital yang tidak dimiliki oleh warga yang lainnya. Tinggal bagaimana menyadarkan warga agar bangkit untuk mengejar ketetinggalan.
Penutup
​​​​​​​Muskerwil adalah ajang evaluasi kerja tahunan sebagai koreksi selama perjalanan yang telah terlaksana dan mengamankan keputusan Knferwil sebuah lembaga tertinggi yang mengamanati program selama lima tahun, maka sudah sepatutnya para peserta untuk mencermati dengan secara serius dan bersungguh-sungguh seperti yang telah diteladankan oleh para muasis NU. Selamat bermusyawarah Â
H Munib Abd Muchith, alumni Lirboyo '92 dan Pesantren Al-Itqon Bugen Kota Semarang,
Wakil Katib PWNU Jateng
Terpopuler
1
Abu Sampah Disulap Jadi Paving, Inovasi Hijau LPBI NU dan Banser Trangkil
2
Khutbah Jumat: Pelajaran Yang Tersirat Dalam Ibadah Haji
3
Semarak Harlah ke-75, Fatayat NU Wonogiri Gali Potensi Kader dengan Semangat Kartini
4
Kasus Pneumonia Jamaah Haji Meningkat, dr Alek Jusran Imbau Jaga Kesehatan
5
Muslimat NU DIY Gelar Bakti Sosial dan Pasar Murah Guna Ringankan Beban Masyarakat
6
Gelorakan Dakwah Lewat Tulisan, NU Online Kumpulkan Jurnalis Muda Nahdliyin se-Jateng dan DIY
Terkini
Lihat Semua