Pesantren Raudlatul Muhibbin Surakarta Hidupkan Kajian Kitab Tasawuf Klasik
Kamis, 21 Agustus 2025 | 13:00 WIB
Surakarta, NU Online Jateng
Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Muhibbin Al Mustainiyyah Surakarta, KH Ahmad Muhamad Mustain Nasoha meneguhkan tradisi pengajian kitab klasik. Pada Selasa (19/8/2025), ia menuntaskan kajian kitab Manhajul Hanif, karya Imam Abu Yazid Al-Busthami, yang berisi amalan hikmah serta pembinaan spiritual bagi seorang salik.
Khataman berlangsung di aula utama pesantren, diikuti para santri, alumni, dan tokoh masyarakat yang hadir dengan penuh antusias.
Kiai Mustain menjelaskan bahwa kitab ini bukan hanya berisi teori, melainkan panduan praktik yang harus diamalkan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.
"Dalam mengajar dan mengkaji kitab ini, saya senantiasa menggunakan metode ‘utawi-iki-iku’, yaitu pertama diperlihatkan, kemudian dijelaskan secara rinci, dan pada akhirnya saya membagikan pengalaman spiritual pribadi ketika mengamalkan amalan-amalan yang terdapat dalam kitab tersebut. Dan setiap kali akan memulai pengajian kitab apapun, saya selalu berusaha sowan dan memohon izin serta doa restu dari para Kyai dan Syaikh yang selama ini membimbing dan mendidik saya," katanya.
Selepas khataman, Kiai Mustain mengijazahkan kitab tersebut kepada para santri dan hadirin, sebagaimana beliau dulu menerima ijazah dari para guru, baik di Indonesia maupun Timur Tengah. Pengajian kemudian dilanjutkan dengan pembahasan kitab Sirrul Jalil karya Syaikh Abu Hasan Ali asy-Syadzili, serta Mujarobat Dairobi Kubro karya Syekh Ahmad Dairobi al-Kabir.
Dalam pengajian, Kiai Mustain menekankan pentingnya doa dan dzikir yang diamalkan sesuai syariat.
"Doa dan rajah dalam kitab Mujarobat Dairobi hanya digunakan untuk kebaikan serta perlindungan diri, bukan untuk tujuan yang menyimpang," ujarnya.
Ia menegaskan bahwa pengajian kitab-kitab klasik ini bukan sekadar ritual, melainkan pembinaan spiritual yang menyeimbangkan ilmu, ibadah, dan akhlak.
“Santri adalah pewaris ilmu dan hikmah. Ilmu yang diamalkan akan menjadi cahaya (nur) dalam kehidupan mereka, membawa ketenangan hati (sakinah al-qalb) dan keberkahan bagi dunia dan akhirat. Ilmu tanpa amal ibarat pohon tanpa buah,” pungkasnya.
Dengan khataman dan pengajian ini, Pondok Pesantren Raudlatul Muhibbin Al Mustainiyyah meneguhkan komitmen menjaga tradisi keilmuan klasik sekaligus memperkuat spiritualitas santri, agar siap menghadapi tantangan zaman dengan akhlak dan keimanan yang kokoh.
Terpopuler
1
Penjelasan dan Tata Cara Shalat Rebo Wekasan menurut Mbah Maimoen
2
Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji’un, KH Thoifur Mawardi Pengasuh Pesantren Darut Tauhid Kedungsari Wafat
3
Rebo Wekasan: Antara Tradisi, Doa, dan Makna di Zaman Sekarang
4
Amalan yang Dianjurkan saat Rebo Wekasan: Shalat hingga Menulis Tujuh Ayat Salam
5
Pesantren Raudlatul Muhibbin Solo Bedah UUD 1945 dalam Perspektif Fiqih Empat Mazhab di Puncak Madirda
6
Bedah Buku Manaqib Putra KH Manshur Popongan, Bukti Peran Besar Generasi Kedua
Terkini
Lihat Semua