• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Sabtu, 20 April 2024

Fragmen

Pesantren Al-Iman Hadir Sebelum Kabupaten Purworejo Lahir

Pesantren Al-Iman Hadir Sebelum Kabupaten Purworejo Lahir
Komplek Pesantren Al-Iman Bulus, Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo (Foto: Dok)
Komplek Pesantren Al-Iman Bulus, Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo (Foto: Dok)

Purworejo, NU Online Jateng
Kabupaten Purworejo merupakan wilayah Jawa Tengah bagian selatan. Kabupaten Purworejo sendiri memiliki beberapa pesantren besar yang masing-masing memiliki sejarah panjang dalam menyebarkan ajaran Islam. Salah satunya adalah Pesantren Al-Iman Gebang, Purworejo. 

 

Sebelumnya, pesantren ini dinamai Pesantren Al-Islamiyah yang pertama kali didirikan oleh seorang guru dari Mbah Sholeh Darat Semarang, yaitu Mbah Ahmad Alim. Mbah Alim bahkan sudah merintis pesantren, jauh sebelum adanya Kabupaten Purworejo. 

 

Makamnya berada di Desa Bulus, Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo. Mbah Ahmad Alim pertama kali datang membuka hutan belantara untuk dijadikan pesantren. Datangnya Mbah Ahmad Alim disebabkan karena dibuang oleh pihak Belanda. 

 

Dengan dibukanya hutan belantara ini akhirnya daerah ini pun menjadi hunian masyarakat. Mbah Alim seringkali menjumpai hewan bernama Bulus sehingga dinamakan Desa Bulus sekitar abad 18-19. 

 

Mbah Ahmad Alim masyhur sebagai seorang sufi yang masih keturunan Sunan Gresik, Jawa Timur. Kepemimpinan Mbah Ahmad Alim dalam memajukan pesantrennya membuat masyarakat semakin banyak untuk berguru padanya. 

 

Setelah Mbah Kiai Ahmad Alim wafat, kepemimpinan pesantren tersebut diteruskan oleh salah satu menantunya, yaitu Raden Sayyid Ali. Beliau dipilih karena kedalaman ilmu yang dimilikinya. Selain itu, nasabnya yang mulia juga merupakan salah satu pertimbangan. 

 

Putra-putra Mbah Alim pada masa Pangeran Diponegoro, tepatnya sekitar abad ke-18 pindah dari Bulus dan mendirikan sebuah pesantren yang bernama Pondok Pesantren Maron, Solotiang, dan Pondok Pesantren Al-Anwar Purworejo. 

 

Setelah Sayyid Ali, kepemimpinan pesantren Al-Iman kemudian dilanjutkan oleh anaknya, yaitu Sayyid Muhammad. Kemudian diteruskan oleh Sayyid Dahlan. Kepemimpinan Kiai Sayyid Dahlan berakhir sekitar tahun 1935. 

 

Setelah itu, Pesantren Al-Iman sempat vakum. Hal ini disebabkan karena pindahnya pengasuh pesantren ini ke daerah Kauman, yaitu dekat masjid Jami Purworejo. 

 

Kepindahan ini merupakan permintaan dari Bupati Cokronegera untuk dinobatkan menjadi imam dan kiai di Kauman. Masjid Jami Purworejo saat itu mengalami kekosongan. Sehingga mau tidak mau, atas permohonan sang Bupati maka dilaksanakanlah. 

 

Namun berdampak negatif pada pesantrennya sendiri. Setelah lama vakum, pesantren ini tidak memiliki aktivitas. Akhirnya setelah tugasnya selesai, beliau kembali ke Pesantren al-Iman dan membangun serta menggerakkan kembali dengan bantuan Khadratul Walid sekitar tahun 1955. 

 

Khadratul Walid merupakan bapak dari KH Hasan Agil Ba’bud yang sekarang menjadi pengasuh pesantren tersebut. Bersamaan dengan itu, pesantren yang dulunya bernama al-Islamiyah kemudian diganti namanya menjadi al-Iman. 

 

Hal ini sesuai dengan latar belakang beliau yang notabenenya dulu Khadratul Walid, pernah belajar pada Ustadz Segaf Al-Jufry di Magelang yang memiliki madrasah bernama al-Iman. Nama inilah yang menginspirasi Khadratul Walid. 

 

Singkat cerita, setelah masa kepemimpinan Khadratul Walid, pesantren ini dilanjutkan oleh Sayyid Agil, adik dari Khadratul Walid. Setelah dibangun oleh Khadratul Walid itulah, mulai berdiri madrasah model klasikal, model formal namun tetap mempertahankan konsep diniyahnya. 

 

Kontributor: Achmad Rohadi 
Editor: M Ngisom Al-Barony


Fragmen Terbaru