• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Kamis, 18 April 2024

Opini

Berilmu yang Bijak

Berilmu yang Bijak
Foto: Ilustrasi (nu online)
Foto: Ilustrasi (nu online)

Prinsip keimanan mengatakan bahwa manusia memperoleh kehormatan karena ilmu yang Allah anugerahkan kepadanya. "Dia (Allah) mengajarkan kepada Adam nama-nama dari seluruh materi yang ada, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman, 'Sebutkan kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang yang benar!' Mereka menjawab, 'Maha Suci Engkau tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana" (QS Al-Baqarah:30-31).


Karakter berilmu lebih tepat meneladani sifat Al-Alim Allah, tentu manusia berupaya menambah ilmunya secara terus-menerus. Bertolak dari pengalaman Nabi Muhammad setelah diperintahkan pada wahyu pertama untuk membaca, diperintahkan juga agar berdoa, "Memohonlah wahai Muhammad) Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan" (QS Taha : 114).


Ilmu pengetahuan atau mengetahui sesuatu menurut Rasulullah Saw. tidak terbatas hanya pada kemampuan mengekspresikannya dalam bentuk kata-kata, akan tetapi diharapkan ilmu itu menyentuh hati sehingga lahir amal-amal yang sesuai dengan petunjuk Ilahi. Jadi berilmu yang bijak perlu dicita-nyatakan. Seseorang berilmu harus memiliki cara-cara tepat dalam menyikapi setiap keadaan dan peristiwa, terutama diterapkan di dunia pendidikan. Berilmu yang bijak itu menyadari bahwa Tuhan Allah Subhanahu wa Taala adalah sumber ilmu dan ilmu pengetahuan yang dimiliki itu mampu menyentuh hati hingga memancarkan sikap-sikap keadilan, ketundukan yang rendah hati (tawadlu) dan kebeningan hati.


Sedang performance dari berilmu yang bijak itu perlu tampilan peran etik, otonomi, tanggung jawab dan fungsi antisipatif pemangku kepentingan keilmuan hingga berkewajiban: 

 
  1. Memelihara dan mengembangkan fungsi-fungsi penting pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian melalui penegakan etika dan keteguhan ilmiah dan intelektual dengan berbagai aktivitasnya; 
  2. Mampu berpendapat dan berbicara argumentatif yang tegas mengenai persoalan moral, budaya dan sosial secara independen, dan dengan menyadari tanggung jawabnya menegakkan otoritas intelektual yang diperlukan masyarakat; 
  3. Memperkuat fungsi-fungsi kritis dan orientasi ke masa depan melalui analisis berkelanjutan tentang kecenderungan perubahan dan perkembangan sosial, ekonomi, budaya dan lainnya yang sedang tumbuh; 
  4. Menegakkan kapasitas intelektual dan prestise moralnya untuk mendukung secara aktif pengajaran nilai-nilai universal, yaitu Islam Ahlussunnah wal-jamaah dan kebangsaan Indonesia dan dunia. 
  5. Menikmati kebebasan berilmu dan otonomi keilmuan yang tentunya fully responsible dan accountable kepada masyarakat.


Seorang berilmu yang bijak dituntut agar memberi nilai-nilai spiritual terhadap ilmu yang diraihnya, sejak motivasi hingga tujuan dan pemanfaatannya. Memang riyadlah, tirakat, dan belajar terampil berilmu yang bijak dengan bisikan yang lembut sangatlah perlu dilakukan hingga jiwa terisi nilai-nilai spiritual. Bahkan penuh dengan pengagungan terhadap sesuatu yang benar-baik-indah, kecuali diikuti oleh rasa rindu kepada keagungan dan keindahan-Nya, serta dorongan untuk menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji -kalau ini memungkinkan- dan kalau tidak, sedikitnya sebagian dari yang dirindukan itu.


Kerinduan semacam itu tidak akan luput dari siapa pun kecuali akibat salah satu dari Kemungkinan kelemahan pengetahuan dan keyakinan terhadap sifat-sifat keagungan dan keindahan Ilahi atau Kemungkinan jiwa yang bersangkutan dipenuhi oleh rasa rindu terhadap yang lain, seperti seorang murid yang mengagumi kedalaman ilmu gurunya, pasti timbul rasa ingin untuk menjadi seperti sang guru hingga meneladani kehebatannya; kecuali jika ketika itu, misalnya si murid itu sedang sangat lapar sehingga keinginannya pada makanan menghambat kerinduannya kepada ilmu.


Itulah sebabnya berilmu yang bijak bagi seorang hamba yang berkeinginan mengenal sifat-sifat Allah hendaknya mengosongkan jiwanya dari segala keinginan selain kepada Allah. Wallahu a'lam bis shawab


H Sa'dullah Assa'idi, Rektor Universitas Islam Nahdlatul Ulama (Unisnu) Jepara


Opini Terbaru